Mohon tunggu...
Christina
Christina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Puisi] Jejak Hujan, Harmoni Suara dan Harapan Baru

15 Desember 2023   17:20 Diperbarui: 15 Desember 2023   17:26 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bawah langit Desember yang peluk hujan lembut,
Embun menceritakan kisah dalam goresan butirnya.
Simfoni suara hujan, melodi bunga-bunga pun turut,
Desember membawa rahasia, menyelip dalam senyuman embunnya.

Paduan suara kehidupan berkumpul dalam rimba nada,
Harmoni yang merayap, mengalun di balik malam basah.
Suara hujan dan nyanyian jiwa membaur bersama,
Desember, panggung magis, memancarkan keindahan tak tergantikan.

Ujian perkuliahan mengintip di balik tirai gerimis,
Buku-buku terbuka, ilmu menari di halaman yang basah.
Desember tak hanya tentang hujan yang perlahan merisau,
Namun juga tentang kebijaksanaan yang turun bersama setiap tetesnya.

Amal menjadi pelangi dalam langit kelam Desember,
Senyum anak-anak menyala dalam redupnya sore.
Kebaikan yang bermekaran, memberi warna pada kisah yang lalu,
Desember, bulan di mana hati kita berbicara dalam bahasa kasih.

Persiapan tahun baru, seraya kembang api bersinar di angkasa,
Harapan merekah di setiap percikan cahaya.
Desember, tak sekadar hitungan waktu yang terlalu cepat berlalu,
Namun juga momentum merangkai mimpi di tahun yang bakal tiba.

Dalam ketidakpastian, Desember adalah puisi,
Setiap baris menceritakan tentang kehidupan yang damai.
Hujan yang turun, paduan suara yang menghantar mimpi,
Ujian yang dihadapi dengan keberanian, amal yang tulus, persiapan tahun baru yang sarat makna.

Desember, puisi hidup yang tertiup angin dingin,
Dalam goresan hujan, dalam seruan hati yang hening.
Tak terdeteksi, ia menyelinap dalam detik yang gemilang,
Sebuah puisi tercipta di setiap langkah yang kita tempuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun