Di bawah langit Desember yang peluk hujan lembut,
Embun menceritakan kisah dalam goresan butirnya.
Simfoni suara hujan, melodi bunga-bunga pun turut,
Desember membawa rahasia, menyelip dalam senyuman embunnya.
Paduan suara kehidupan berkumpul dalam rimba nada,
Harmoni yang merayap, mengalun di balik malam basah.
Suara hujan dan nyanyian jiwa membaur bersama,
Desember, panggung magis, memancarkan keindahan tak tergantikan.
Ujian perkuliahan mengintip di balik tirai gerimis,
Buku-buku terbuka, ilmu menari di halaman yang basah.
Desember tak hanya tentang hujan yang perlahan merisau,
Namun juga tentang kebijaksanaan yang turun bersama setiap tetesnya.
Amal menjadi pelangi dalam langit kelam Desember,
Senyum anak-anak menyala dalam redupnya sore.
Kebaikan yang bermekaran, memberi warna pada kisah yang lalu,
Desember, bulan di mana hati kita berbicara dalam bahasa kasih.
Persiapan tahun baru, seraya kembang api bersinar di angkasa,
Harapan merekah di setiap percikan cahaya.
Desember, tak sekadar hitungan waktu yang terlalu cepat berlalu,
Namun juga momentum merangkai mimpi di tahun yang bakal tiba.
Dalam ketidakpastian, Desember adalah puisi,
Setiap baris menceritakan tentang kehidupan yang damai.
Hujan yang turun, paduan suara yang menghantar mimpi,
Ujian yang dihadapi dengan keberanian, amal yang tulus, persiapan tahun baru yang sarat makna.
Desember, puisi hidup yang tertiup angin dingin,
Dalam goresan hujan, dalam seruan hati yang hening.
Tak terdeteksi, ia menyelinap dalam detik yang gemilang,
Sebuah puisi tercipta di setiap langkah yang kita tempuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H