Peristiwa kekerasan yang terjadi di kalangan anak dan remaja telah menjadi perhatian serius di masyarakat kita. Kasus seperti murid di Cilacap yang menendang temannya atau bahkan siswa yang menganiaya guru dengan celurit hingga bersimbah darah menunjukkan betapa mendalamnya masalah ini. Untuk mengatasi kriminalitas anak dan remaja, kita perlu merenung lebih dalam tentang akar masalahnya dan menyusun rencana tindakan yang konkrit dari berbagai sudut pandang, termasuk keluarga, guru, dan masyarakat.
Menggali Akar Masalah
1. Pengaruh Media dan Teknologi
Perkembangan teknologi telah membuka akses lebih luas bagi anak-anak dan remaja terhadap konten kekerasan. Film, video game, dan media sosial sering kali menggambarkan tindakan kekerasan tanpa konsekuensi yang sesungguhnya, yang dapat memengaruhi persepsi mereka tentang realitas dan akibat dari tindakan kekerasan.
Solusi: Orang tua dan pendidik harus aktif dalam mengawasi apa yang dikonsumsi anak-anak dan remaja mereka di media. Pelajaran tentang dampak negatif dari tindakan kekerasan dalam media harus diajarkan di sekolah.
2. Kurangnya Pengawasan Orang Tua
Banyak anak dan remaja menghabiskan waktu mereka di luar rumah tanpa pengawasan yang memadai. Kurangnya interaksi dengan orang tua atau anggota keluarga dapat membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh negatif dari teman sebaya atau lingkungan sekitar yang mungkin kurang mendukung.
Solusi: Orang tua perlu lebih aktif terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Ini melibatkan komunikasi yang terbuka, perhatian terhadap teman sebaya anak-anak, dan pembicaraan yang konsisten tentang nilai-nilai yang dipegang keluarga.
3. Masalah Pendidikan
Lingkungan sekolah yang tidak aman atau kurang berkualitas dapat menjadi faktor penting dalam perilaku kekerasan anak dan remaja. Mereka mungkin menjadi korban atau pelaku kekerasan di sekolah, yang dapat mengganggu perkembangan mereka.
Solusi: Pendidikan harus menjadi solusi, bukan masalah. Sekolah perlu menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif. Ini termasuk pelatihan bagi guru untuk mengatasi konflik dan mengidentifikasi masalah perilaku sejak dini.