Di angkasa gelap gulita terperangkap,
Tersesat dalam kelam, hati hampa meratap,
Namun tiba saatnya kisah berganti,
Dalam rembulan terang cahaya bersemi.
Kehidupan yang pernah terlupa,
Bersua dengan waktu, menyatu dalam rupa,
Daur ulang cahaya, detik demi detik,
Menghapus luka, kembali tumbuh percik.
Dalam setiap jeda, harapan merekah,
Seperti bintang-bintang, bersinar memandu arah,
Menggapai langit yang dahulu terlalu tinggi,
Kini mampu terbang, di awan berlari riang.
Dalam setiap celah, cinta mekar kembali,
Bagaikan bunga musim semi yang merona indah,
Yang layu terbungkus waktu, kini hidup lagi,
Saling menggenggam erat, takkan pernah terlupa.
Bumi pun bergetar dalam alunan nyanyian,
Hidup takkan pernah berakhir dalam keabadian,
Daur ulang cahaya, mengisi jiwa dengan arti,
Mengajarkan tentang perjalanan kehidupan yang takdir.
Di setiap langkah, di setiap hela napas,
Kehidupan kembali, mengajak kita berdansa,
Melewati liku, merangkai mimpi,
Dalam daur ulang cahaya, kita menemukan diri.
Bersyukurlah akan detik yang berganti,
Percayalah, cahaya selalu kembali,
Menerangi jalan dalam gelap yang menyelimuti,
Dalam daur ulang cahaya, kita menemukan arti.
Kembalilah, wahai jiwa yang terlelap,
Bersama mentari, menyongsong fajar yang terang,
Daur ulang cahaya, menjadi saksi abadi,
Kehidupan kembali, mengalir dalam nyanyian bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H