Mohon tunggu...
Christina
Christina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisi] Tarian Meniju Gelap

5 Agustus 2023   13:16 Diperbarui: 5 Agustus 2023   13:25 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pergelangan malam yang larut,
Tersulut nyala lilin yang redup.
Rintik hujan seakan mengusik,
Menari di jendela yang terbuka lebar.

Tepi lorong gelap, hening senyap,
Langkah kaki terdengar rapuh,
Seakan merenung dalam kelam,
Tentang takdir yang tak tertolong.

Dalam gulita, sepi berkisah,
Rintihan angin memayungi raga.
Gelap itu tiba, tiada terelak,
Takdir tak henti menari dalam irama.

Namun janganlah kau duka terlalu dalam,
Sebab di sini tak berakhir tarian.
Meski awal ini hampa dan dingin,
Jua bercahaya keabadian.

Tentu akan tiba saat berjumpa,
Di antara bintang berkilauan.
Sambutlah senyuman yang lembut,
Ketika kematian tak lagi menakutkan.

Biarlah puisi ini mengingatkan,
Tentang takdir yang mengantarkan kita.
Pada tarian menuju gelap,
Menyatu dengan abadi kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun