Di balairung penuh sorotan sinar mentari,
Goresan-goresan intelektual terhampar,
Kanvas pemikiran politik berkelana,
Menari-nari di rimba pemikiran yang luas.
Sentuhan pena merangkai kata-kata,
Mengukir abstrak makna di setiap sudut,
Warna-warna berpadu membentuk citra,
Puisi politik yang tulus dan berani.
Gelombang perubahan bergulung semesta,
Menggetarkan bumi, menggoncang langit,
Suara-suara teriakan di pelataran mimpi,
Menuntut keadilan, hak asasi manusia.
Di palet kehidupan terurai persoalan,
Ideologi berbincang dalam dialog,
Realita dan harapan bermain impian,
Di atas kanvas pemikiran politik yang bebas.
Namun ada yang mengabur, menodai,
Kejujuran pudar, moral terkoyak,
Ambisi menguasai mengabdi tak sepenuh hati,
Kanvas pemikiran rusak, distorsi terurai.
Kemelut dan pertikaian merajai panggung,
Berjuang dalam genggaman ambisi,
Tapi di sela-sela kekacauan dan kebisingan,
Harapan masih mekar, membara dalam jiwa.
Mari kita catat sejarah di relung hati,
Mengukir makna di setiap garis pikiran,
Kanvas pemikiran politik yang suci,
Merangkul kebenaran, tanpa cela.
Jadilah pelukis yang berani dan jujur,
Menyingsingkan malam dengan terang fajar,
Warnai dunia dengan ketulusan hati,
Puisi politik yang abadi hingga masa-masa berakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H