Di bawah langit senja yang perlahan meredup,
Terlukis indah kisah cinta dalam pelukan suci,
Namun semuanya kini hancur, terpecah belah,
Kerana sejuta luka yang menyiksa batin ini.
Dulu, kita berdua menyatu dalam serasi,
Seperti orkestra indah, melodi tercipta,
Hati dan jiwa bersatu, dalam kehangatan,
Namun kini, semua indah itu tinggal kenangan.
Hujan deras mengiringi tangisku malam ini,
Menghapus jejak senyum yang pernah kau beri,
Harmoni yang kini hancur berkeping-keping,
Seperti reruntuhan mimpi yang terus terhempas.
Cinta yang tulus, kini layu tak berarti,
Kau pergi tinggalkan diriku, pilu menyergap,
Dan tiada lagi yang bisa kuucapkan,
Kecuali derita dalam hampa yang tak berujung.
Berpisah, bagai lukisan yang tercabik,
Warna-warna merah jingga menjadi abu kelabu,
Dalam senandung pilu malam yang kelam,
Hanya sunyi dan sepi, teman setia kini.
Tapi meski hati ini hancur dan terluka,
Akan kuat ku berdiri, merajut mimpi baru,
Mungkin esok atau nanti, luka ini bersemi,
Dan harmoni kembali menyapa dalam cinta yang berbeda.
Sampai saat itu tiba, biarlah aku meratapi,
Harmoni yang hancur, kenangan yang mengiris,
Karena dari puing-puing luka dan kepedihan,
Aku akan bangkit, merajut hidup dalam keindahan.
Harmoni yang hancur takkan mampu menghapus,
Jejak langkahku menuju cinta yang lebih murni,
Dan meski pilu datang dan pergi menyapa,
Akan kugenggam harapan, cerita baru akan tiba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H