Dalam redup senja, hatiku menanti,
Terhempas asa di lautan rindu yang sunyi,
Gelora cinta yang pernah berkobar, kini meredup,
Seakan angin malam berbisik pilu.
Dalam gelap hati, kususuri lorong sunyi,
Jejak langkahku terhanyut dalam sendu,
Cahaya rembulan pun pudar tanpa makna,
Di antara sepi, rasa pilu pun bertandang.
Berselimut kesunyian, aku menangis,
Air mata jatuh, meresapi setiap luka,
Hampa terasa, seakan cinta telah pergi,
Meninggalkan diriku dalam kekosongan.
Tapi dalam lara, ada kekuatan,
Mengangkat diri, bangkit dari kehancuran,
Dari terhempas asa, aku bertahan,
Menemukan arti dalam kesendirian.
Hari-hari berlalu, menghapus duka,
Bunga-bunga harapan kembali mekar,
Aku belajar tuk mengarungi badai,
Menemukan arti sejati dalam hidup.
Terhempas asa tak selamanya abadi,
Ada cahaya yang bersinar di ufuk timur,
Mengajarkan bahwa cinta sejati tak hilang,
Hanya menunggu waktu, tuk hadir kembali.
Kini aku tahu, cinta takkan padam,
Meski terhempas asa, namun tetap bersemi,
Dalam nurani, terukir kisah tak terlupa,
Tentang perjuangan cinta yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H