Di tepi jalan sunyi yang berdebu,
Berjalanlah pelancong sendu.
Meniti jejak rindu yang berangsur pudar,
Dalam hatinya terukir luka yang tiada terucap.
Dia membawa kisah pilu dari masa silam,
Cinta yang pergi, tinggal kenangan nan damai.
Raut wajahnya mencerminkan derita yang terpendam,
Namun dia tetap berjalan dengan langkah lemah.
Sepiring senja menemani langkahnya sendiri,
Rindu merangkai puisi-puisi yang tak pernah selesai.
Di pelupuk matanya, gemerlap bintang meredup,
Seakan-akan cerita asmara telah berlalu.
Setiap langkah, serasa menyusuri lorong waktu,
Kembali ke saat-saat di mana hati masih utuh.
Namun, ia tahu tak mungkin kembali ke masa itu,
Sebab cerita itu telah usai, takdir telah terucap.
Pelancong sendu, bawa aku dalam khayal,
Terbang bersamamu melewati samudera yang kelam.
Sampaikan pesanmu pada mentari yang redup,
Bahwa cinta tak selalu bertahan abadi.
Di ujung perjalanan, dia berhenti sejenak,
Menghela nafas dalam, mengenang yang telah berlalu.
Namun, di balik air mata yang mengalir perlahan,
Ada kekuatan baru yang tumbuh, menerangi jalannya.
Pelancong sendu, meski hatimu pernah patah,
Ingatlah, cinta tak hanya tentang kehilangan.
Dari luka-luka yang pernah ada di dalam dada,
Kau kan temukan dirimu, tumbuh lebih kuat dari sebelumnya.
Kini, langit mulai memudar warnanya,
Pelancong sendu, waktunya kembali pulang.
Bawa cerita ini dalam hatimu yang pernah terluka,
Sebagai pengingat bahwa kisah cinta takkan pernah berakhir.
Di ujung perjalanan, harapan kembali hadir,
Pelancong sendu, janganlah menyerah.
Pada setiap langkah, hadapi dengan tabah,
Cinta akan datang lagi, menghapus semua duka.