***
Ini baru 1 atau 2 contoh yang menggambarkan betapa kota tua Rotterdam benar-benar disediakan bagi warga kota muda yang menginginkan kemodernan dan bagi warga kota yang terbatas, khususnya pemakai kursi roda, seperti aku.
Permukaan jalan pedestriannya memakai paving atau batu-batu asli tetapi dipipihkan secara mesin, yang membuat permukaannya sangat rata dan nyaman untuk kursi rodaku.Â
Jika di kota-kota lainnya di Eropa, pedestriannya menggunakan batu-batu zaman itu, yang tidak dipipihkan serta membuat jarak antara 1 batu dengan batu yang lain bisa selitar 2 atau 3 cm, yang membuat kursi rodaku sangat kesulitan dan sama sekali tidak nyaman bagiku di atas kursi roda.Â
Hampir semua pedestrian di kota-kota di seluruh Eropa, seperti ini adanya, yang sama sekali tidak nyaman untuk kursi roda dan membuat kursi rodaku kendor skrup-skrupnya serta tubuhku pun pegal-pegal, hahahaha.
Semakin kami jauh melangkah, memang semakin aku melihat konsep Rotterdam ini memang berbeda dengan konsep kota yang lain di Belanda bahkan di Eropa. Karena aku juga sering ke USA, aku bisa mengatakan bahwa Rotterdam lebih mirip kota-kota suburb di USA.Â
Bedanya jika dengan kota-kota besar USA, memang Rotterdam tidak membangun bangunan-bangunan bertingkat banyak kecuali beberapa apartemen dan perkantoran. Area perbelanjaan yang sudah aku tuliskan bahwa Eropa menganut perbelanjaan sebagai "shopping street", mempertahankan konsep kotatua mereka.
***
Kami berjalan terus perlahan, karena aku sibuk merekam perjalanan kami ini lewat foto dan video untuk research dan survey-ku. Sangat detail, aku perhatikan untuk melihat bagaimana sebuah tempat (dalam hal ini adalah Rotterdam), mempunyai aksesibilitas bagi warga kota.
Karena saat ini yang terpenting adalah kota tersebut atau area tersebut, contoh Rotterdam ini, HARUS BISA DI DATANGI OLEH SEMUA ORANG TANPA TERKECUALI, akses dan inklusi serta tanpa diskriminasi.Â