Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Inklusi Bukan Hanya Fasilitas Perkotaannya saja, Tetapi Termasuk Kepedulian Warga Lokalnya

18 November 2024   10:31 Diperbarui: 18 November 2024   11:04 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

Warga local di kota heritage Bukhara yang aku minta mendekat untuk mereka ingin mencoba tombol2 kursi rodaku. Biasanya, adalah anak2 dan remaja untuk keinginan-tahuan mereka.....

 

Penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok masyarakat di lingkungan kita semua, termasuk di Uzbekistan.

Mereka memiliki metode unik mereka sendiri untuk menjalani aktivitas sehari2. Setiap kekurangan pada tubuh mereka tidak membuat mereka menyerah dalam hidup.

Kebutaan merupakan salah satu kategori penyandang disabilitas, kondisi kebutaan membuat mereka tidak dapat melihat ruang mereka secara nyata. Ruang merupakan salah satu komponen penting dalam arsitektur indra.

Pertanyaannya adalah 

Bagaimana memberi ruang bagi para penyandang disabilitas? 

Pengalaman aktivitas sehari2 mereka membuat mereka mampu mengidentifikasi elemen2 arsitektur untuk mengetahui suatu ruang. Pengetahuan mereka tentang ruang pada penyandang tunanetra berbeda dengan orang biasa.

Pengetahuan mereka tentang ruang didasarkan pada gema suara, suhu, dan ingatan. Elemen arsitektur lainnya memiliki peran penting sebagai pemandu bagi penyandang tunanetra.

Konsep dasar desain arsitektur bagi penyandang tunanetra adalah membuat mereka mengalami semua elemen arsitektur, untuk membuat mereka percaya diri karena mereka mengetahui sinyal ketika mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Untuk membuat fasilitas umum seperti area pejalan kaki, area taman, jalur pejalan kaki, dll. desain universal merupakan salah satu konsep untuk membuat semua pengguna di masyarakat kita memiliki kesempatan yang sama baik secara fisiologis maupun fisik untuk menjalankan aktivitas mereka.

Melalui kata "buta", kita semua percaya bahwa orang selalu diberi kekuatan untuk menjalankan aktivitas mereka. Mereka selalu percaya bahwa lingkungan sekitar dapat memberi mereka kesempatan. Mereka tidak takut untuk mengalami sesuatu karena mereka percaya pada arsitektur manusia dan elemen.

Pertanyaan selanjutnya,

Jika demikian, ruang gerak baru tuna netra harus di fasilitasi dimana pun. Buat mereka, pergerakan adalah yang utama dalam kemandirian, sama juga dengan disabilitas2 lainnya. Karena, hidup adalah "bergerak".

Lalu,

Selama aku berada di Uzbekistan dalam 2 periode di musim semi dan musim panas di beberapa kota besar, aku tidak pernah melihat jalur pemandu bagi tuna netra, atau guiding block. 

  • Apakah Uzbekistan menerapkan jallur pemandu dengan konsep khusus, seperti di Singapore?
  • Ataukah memang belum ada konsep demikian, karena masih membangun?
  • Bagaimana tuna netra bisa bergerak secara mandiri?

 

Hanya 2x aku survey di Uzbekistan, tentu sangat sedikit untuk bisa melihat semunya, termasuk keberadaan warga tuna netra. Bahkan, selama aku disana aku belum pernah melihat warga disabilitas jenis apapun, termasuk tuna netra.

Ketika aku berjalan2 diatas kursi roda di jalan protocol di Tashkent,

Dimana aku berjalan berlawan arah dengan mobil2 di jalan utama, aku melihat dengan jelas semua mata memandangku. Padaq saat itu, jalanan macet dan aku berselancar denagn nyaman dan aku dipandang agak "aneh" (?).

Lalu, aku bertanya pada Zoyir yang berada di sisiku,

"Zoyir, benar ga sih mereka melihat kearahku bukan ke arahmu?", karena Zoyir memang cakap dan ganteng, bisa saja mereka memandang kearahnya bukan ke arahku.

Zoyir menjawab,

"Iya, mereka memandang kearah ibu".

"Mengapa?", tanya ku lagi

"Karena disini belum terlihat ada warga local berjalan2 dengan riang gembira dengan kursi roda. Biasanya, jika berkursi roda mereka adalah orang2 tua dan berjalanj di dorong o;leh keluarganya dan meeka tidak seperti ibu, riang gembira", jawab Zoyir .....

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Aku berselancar di jalan protocol di Tashkent, berlawan arah dengan mobil2 itu, sehingga aku bisa melihat ketika mereka membuka kaca mobil dan memandangiku, hahahaha .....

 

Hahahahahaaaa ......

Berarti, Christie yang narsis dari Indonesia, membuat heboh dan menjadi trend-setter di atas kursi roda, ya?

Begitu juga ketika kami di Samarkand dan Bukhara. Beberapa kota2 heritage Uzbekistan. Beberapa kali, meeka, warga local dan anak2 serta remaja, mereka mengikuti terus dan suatu saat waktu tidak terlalu padat dan senggang, dan aku mengajak mereka mendekati aku.

Anak2 dan remaja itu justru tidak malu2 untuk mendekati aku. Dan, aku mempersilahkan mereka untuk menekan2 tombol kursi rodaku. Berjalan, mundur, sedikit apeed 5 ngwbut dan membunyikan klakson.

Mereka senang sekali. tertawa2 bahagia. Dan, ibu2 mereka pun mendekatiku untuk berfoto Bersama. Untuk mereka, kursi roda (elektrik) adalah barang yang aneh dan keinginan-tahuan mereka mengalahkan keengganan mereka dengan turis asing berbahasa non-Uzbek .....

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

                                                    Mereka berkerumun mengelilingiku dan mencoba tombol2 yagn ada di kursi rodaku .....

 

Pada kenyataannya, semua negara mempunyai ciri masing2 dalam menghadapi situasi inklusi. Jika aku sebagai disabilitas, malu dan marah dengan keadaanku, semuanya tidak seperti yang kugambarkan di tulisan2ku diatas.

Justru aku meminta mereka mendekatiku untuk kaingin-tahuan mereka tentang kursi roda. Aku yakin, mereka mengagap kursi rodaku adalah mobil2an, bukan sebuah bulliyan atau penghinaan .....

***

Kembali lagi tentang "guiding block" untuk tuna netra di Uzbekistan.

Untukku sendiri, ketika fasilitas perkotaannya belum mewadahi dan belum menyediakan, tetapi warga local nya ramah dan tanpa diminta tetap bisa membantu, seperti yangm aku alami beberapa kali disana.

Bahwa, walaupun fasilitas perkotaannya belum ada, tetapi waarga kotanya ramah dan helpful, itu sudah cukup sampai pemerintah menyediakannya. Karena "ramah disabilitas" itu bukan semata fasilitas2 fisik saja, tetapi lebih kepada peranan KEPEDULIAN dari warga2 lokal yang helpful tanpa diminta .....

Jadi, mungkin untuk mereka guiding block tidak diperlukan (aku tidak tahu, karena aku belum menemukan dokumen dan jawaban atas pertanyaanku), ketika warga mereka benar2 helpful untuk membantu warga disabilitas dan prioritas .....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun