Anak2 dan remaja itu justru tidak malu2 untuk mendekati aku. Dan, aku mempersilahkan mereka untuk menekan2 tombol kursi rodaku. Berjalan, mundur, sedikit apeed 5 ngwbut dan membunyikan klakson.
Mereka senang sekali. tertawa2 bahagia. Dan, ibu2 mereka pun mendekatiku untuk berfoto Bersama. Untuk mereka, kursi roda (elektrik) adalah barang yang aneh dan keinginan-tahuan mereka mengalahkan keengganan mereka dengan turis asing berbahasa non-Uzbek .....
                           Mereka berkerumun mengelilingiku dan mencoba tombol2 yagn ada di kursi rodaku .....
Â
Pada kenyataannya, semua negara mempunyai ciri masing2 dalam menghadapi situasi inklusi. Jika aku sebagai disabilitas, malu dan marah dengan keadaanku, semuanya tidak seperti yang kugambarkan di tulisan2ku diatas.
Justru aku meminta mereka mendekatiku untuk kaingin-tahuan mereka tentang kursi roda. Aku yakin, mereka mengagap kursi rodaku adalah mobil2an, bukan sebuah bulliyan atau penghinaan .....
***
Kembali lagi tentang "guiding block" untuk tuna netra di Uzbekistan.
Untukku sendiri, ketika fasilitas perkotaannya belum mewadahi dan belum menyediakan, tetapi warga local nya ramah dan tanpa diminta tetap bisa membantu, seperti yangm aku alami beberapa kali disana.
Bahwa, walaupun fasilitas perkotaannya belum ada, tetapi waarga kotanya ramah dan helpful, itu sudah cukup sampai pemerintah menyediakannya. Karena "ramah disabilitas" itu bukan semata fasilitas2 fisik saja, tetapi lebih kepada peranan KEPEDULIAN dari warga2 lokal yang helpful tanpa diminta .....