By Christie Damayanti
 Sebuah bangunan segitiga dengan aritektur Eropa (campuran Barat dan Timur), mengingatkan pada kota2 Eropa dengan effisiensi lahan mereka yang mungil, sehingga lahan "{pulau" pun dibanun bangunan bertingkat banyak, seperti di Tashkent ini.....
Â
Ibukota "Tashkent Baru" adalah untuk menunjukkan kepada penduduk dan seluruh dunia kekuatan pemerintahan baru, yang berupaya untuk menjadi "modern". Pemerintah memahami "modernitas" sebagai cara berjuang melawan sejarah, dan diskontinuitas dengan tradisi.
Penduduk dipaksa oleh cara berpikir baru, yang sangat di dasarkan pada pujian terhadap sistem yang ada, sebagai sebuah negara pecahan Uni Soviet yang sejak awal merupakan sebuah negara raksasa berfaham sosialis komunis. Dan, Uzbekistan dengan ibukotaa Tashkent lah yang "dipaksa" mengubah berbgai pandangan tentang kehidupan perkotaan yang menjadi lebih modern.
Contoh 2 bangunan baru tetapi di desain seperti bangunan lama ala Eropa. Walaupun konsep bangunan batu ala bangunan lama ini seperti "mengikat" dengan bangunan2 lamanya, tetapi hal ini menurutku bukan konsep yang bagus .....
Â
Selama 150 tahun terakhir, ibukota Tashkent telah menjadi objek "kekaisaran" dari "modernisasi", yang kehilangan historisitasnya, dan berubah menjadi kota "modernisasi/Eropaisasi akhir".
Bagi wisatawan yang baru mengenal Tashkent seperti aku ini, ketika pertamakali kesana, akhir Feruari sampai awal Mareat 2024 lalu, aku memang merasakan sebuah kota seakan beradaq di Eropa Timur, peninggalajn arsitektur2 Soviet. Dengan desain bangunan2 khas Soviet, aku menjadi terkagum2 ketika memasuki area Samarkand apalagi Bukhara .....
Baiklah,Â
Pada artikel ini aku akan sedikit membnahas tentang modernisasi ibukota Tashkent yang cepat sekali berkembang, menyamai ibukota2 negeri Eropa Timur atau Asia Tengah. .....
Pada masa Soviet, Tashkent memiliki arti penting sebagai kota internasional di Timur. Pada masa pasca-Soviet, kota ini berubah menjadi pusat ideologi republic. Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi degradasi budaya perkotaan di Tashkent, karena proses de-urbanisasi berlangsung di dalam penduduk kota.
Meskipun Tashkent adalah ibu kota Uzbekistan, dalam hal pariwisata, kota ini agak jauh dari arus wisatawan dan hanya berfungsi sebagai titik "transit". Selama 150 tahun terakhir, Tashkent telah mengubah citranya, kehilangan "karakter Asia"-nya, dan semakin berubah menjadi kota impian kaum elit republik.
Ini yang aku sudah tuliskan diatas bahwa dengan keberadaan Tashkent yang agak jauh dari area wisata, membuat Tashkent berkembang sendiri tanpa gembar gembor dalam eforia wisatawan2 dunia yang mulai berbondong2 masuk ke Uzbekistan, walau bukan ke Tashkent .....
Penduduk Tashkent juga berubah .....
Kota ini telah berkembang dan muncul kelas penduduk Tashkent "baru" dan "lama". Terlepas dari semua upaya yang dilakukan oleh pemerintah, Tashkent berada di peringkat ke-203 dalam hal tingkat kenyamanan di antara kota-kota di dunia.
Sekarang, sejauh mana Tashkent "di modernisasi" dan "bersejarah"?Â
Bagaimana orang-orang di Tashkent hidup dan "memodernisasi"?Â
Akankah arsitektur pasca-Soviet yang baru dapat menemukan tempatnya dalam sejarah kota?Â
Bagaimana ini akan memengaruhi potensi pariwisata Tashkent?
Berbagai jawaban tentu saja tergantung bagaimana seeorang melihat dari segi yang mana. Termasuk aku, untuk menjawbnya.
Untukku sendiri, ibukota Tashkent yang aku amati selama 1 minggu di bulan Juni 2024 lalu merupkana sebuah kota yang masih sangat bergantung kepada Tashkent "lama" walaupun pada kenyataannya disana sedang bertumbuh bangunan2 baru yang sangat modern.
Ketika aku berdialog dengan seorang teman Uzbek, serta ketika aku blusukan ke permukiman2 Uzbek era Soviet dengan bangunan2 kunonya, ternyata bsngunan2 kuno mereka benar2 masih digunakajn sebagai tempat tinggal mereka bahkan oleh warga Tashkent modern.
Tentang arsitektur pasca Soviet di Tashkent, terlihat mempunyai area2 khusus, bahkan sebagian besar memang menjadi tumpuan arsitektur Tashkent. Berdampingagn dengan arsitektur2 kombinasi dengan gaya Romawi lama, tetapi tidak terlalu terlihat dalam skyline perkotaan Tashkent.
Dan, tentu saja kesemuanya ini menghasilkan sebuah titik pariwisata baru bagi turis2 manca negara, asalkan semuanya bisa dikemas menjadi Tashkent "lama" dan Tashkent "moderm". Dengan berbagai fasilitas2 modern, harus ditambahi dari semuanya, untuk terus menjaring berbagai turis manca negara dunia masuk ke Uzbekistan, terutama ke ibukota Tashkent .....
Masalah Tashkent "lama" dan "baru"
Tashkent mulai mengubah citranya dan menjadi Eropa pada masa kolonial, ketika kota ini terbagi menjadi bagian "baru" dan "lama".Pada masa Soviet, bagian kota yang "baru" mulai tumbuh pesat karena perkembangan wilayah baru dan berkat kota yang "lama", Dimana gempa bumi tahun 1966 "membantu".
2 buah bangunan ber-desain Eropa campuran Asia Tengah, di Tashkent yang rusak karena gempa besar tahun 1966 yang tidak diperbaiki karena memang akan dihancurkan .....
Â
Aku sangat mengerti ketika Tashkent sangat ingin mengubah kotanya untuk sebuah kota yang lebih modern dan menghancurkan Tashkent lama. Aku juga sangat mengerti, mengapa mereka benar2 ingin mengubah kota ini dan menghancurkan Tashkent "lama".
Sepertinya, semesta dan Tuhan mendukung untuk pengubahan citra ibukota Tashkent di mata dunia. Gempa 1966 benar2 menghancurkan Tashkwnt dan sekarang tinggal beberapa reruntuhan bangunan2 lama yang memang ingin dihancurkannya.
 Akibatnya, bagian kota yang "lama" secara bertahap dihancurkan, otoritas kota memutuskan untuk menghancurkan sebagian dengan adanya program renovasi2 di seluruh kota yang "lama" dan "memodernisasi" pada Tashkent hingga tahun 2030. Dengan demikian, selama 150 tahun terakhir, Tashkent telah menjadi objek "kekaisaran" dari "modernisasi", yang kehilangan historisitasnya, dan berubah menjadi kota "modernisasi/Eropaisasi"
Mungkin, "modernisasi kekaisaran" dari otoritas Tsar dan Soviet menyiratkan modernisasi kota yang "rasional", yang berarti pelestarian dengan ciri khas nya di Tashkent. Yang sangat ertentangan dengan proyek2 kekaisaran kolonial, otoritas modern mendukung "modernisasi" yang keras yang akan menghapus semua memori Sejarah, yang dahulu merupakan bgian dari sosialisme Soviet.
Karena proyek arsitektur dari pemerintah pasca-Soviet yang "baru", Tashkent modern berubah dengan cepat. Arsitektur modern Tashkent mengingatkan kita pada gaya neo-imperial mini yang dalam beberapa hal menyerupai gaya Romawi kuno, yang tidak sesuai dengan sejarah kota tersebut.
Pada beberapa bangunan di Tashkent itu, memang sangat menarik ketika bagunan2 khas Soviet, berdampingan dengan gaya neo-imperial seperti Romawi kuno.
Dalam gaya neo-imperial, warna putih dan kolom mendominasi, menyerupai kemegahan Romawi. Tidak seperti bangunan asli Romawi kuno, gaya kekaisaran Uzbekistan memadukan selera arsitektur Stalin. Lingkungan "lama" di pusat kota Tashkent dihancurkan, dan gedung2 tinggi modern sedang dibangun.
         Sebuah bangunan baru yang di desain Eropa Romawi sederhana, yang membuat wajah Taswhken semakin tidak beraturan .....
Â
Filosofi Tashkent yang baru adalah untuk menunjukkan kepada penduduk dan seluruh dunia, kekuatan pemerintahan baru, yang berusaha untuk menjadi "modern".Â
Pemerintah memahami "modernitas" sebagai perjuangan melawan sejarah, dan diskontinuitas dengan tradisi. Pemikiran "baru" dipaksakan kepada penduduk, yang hanya didasarkan pada pujian terhadap sistem yang ada. Yaitu, kota impian bagi kaum elit.
Tercatat sejak 150 tahun terakhir, bahwa eksperimen baru yang dilakukan oleh pemerintah terakir dalam 150 tahun ini, telah mengubah Taskent menjadi obyek "kekaisaran", yang akhirnya juga mengubah kta Tashkent menjadi impianj elit modern di seluruh negeri cantik ini.
Apakah Tashkent merupakan pusat ideologi atau model pembangunan negara ini?
Pada masa Soviet, Tashkent memiliki peran penting sebagai kota internasional di Timur. Tashkent dengan bangga menyandang nama "Bintang Timur". Tidak seperti masa Soviet, Tashkent pada masa pasca-Soviet berubah menjadi pusat ideologi republik, tempat tren budaya baru menyebar ke seluruh Uzbekistan.
Contoh beberapa bangunan kas Tashkent dengan  desain arsitektural Asia Tengah Soviet dan khas Uzbekistan, yang berdampingan denagn bangunan2 modern di downtown ibukota Tashkent .....
Bahkan, desain "Brutal Arsitektur" pun, walaupun sedikit tetap berdampinan denagn bangunan2 Tashkent lama dan baru .....
Â
Pada saat yang sama, Tashkent sendiri menjadi objek "modernisasi" budaya. Tashkent sebagai ibu kota mulai menarik orang2 paling aktif dari seluruh republik. "Modernisasi" budaya, yaitu keinginan untuk menjadi "modern", dan pilihan gaya hidup tertentu, tidak sesuai dengan situasi ekonomi di negara tersebut.
Dalam hal ini, ada masalah budaya, dan menciptakan "otonomi" budaya.
Dengan demikian, Tashkent mengumpulkan berbagai "otonomi". "Otonomi" budaya memunculkan otonomi "sosial", dengan kata lain, terjadi sosialisasi yang lambat bagi mereka yang datang untuk bekerja di Tashkent.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H