Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tashkent Bagaimana Pembangunan dan Kepeduliannya tentang Aksesibilitas Kota?

28 Agustus 2024   09:36 Diperbarui: 28 Agustus 2024   09:45 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi www.en.wikipedia.org 

By Christie Damayanti

                Jalur pedestrian yang lebar sekitar 2,5 meter, hampir semua pedestrian di jalur jalan besar seperti ini, aman dan nyaman .....

 

Berbicara tentang sebuah negara baru dan bagaimana mereka membangun negaranya, tentu sangat mengundang semangatku untuk ingin tahu sekali bahwa mereka membangun untuk semua warga tanpa harus membedakan. Karena, ketika sebuah negara baru, tentu saja mereka harus membangun negaranya dan memberikan ruang lebih baik bagi semua warga tanpa terkecuali.

Uzbekistan adalah salah satu "negara baru" dari pecahan Uni Soviet. Bersama dengan 15 negara baru pecahan negara besar berfaham sosialis yang sama ini, mereka memang harus membangun negara nya masing2 untuk berjuang Bersama dalam kancah dunia, termasuk Uzbekistan.

Keberadaan Uzbekistan sendiri sebagai sebuah negara yang cantik, sudah mulai dikenal di seluruh dunia. Bahkan, aku sebagai traveller yang sebenarnya awalnya masih ragu untuk datang kesana, akhirnya aku langsung jatuh cinta kepada negeri cantik tersebut.

Nah,

Karena aku merupakan traveller diatas kursi roda, tentu saja aku berusaha pergi ke semua negara yang aku bisa mandiri dengan kursi rodaku sendiri. Bantuan memang aku butuhkan jika memang tidak bisa mandiri, tetapi jika mungkin adalah seminim mungkin.

Ketika aku akhirnya memutuskan terbang ke Uzbekistan bersama rombongan tour pada awalnya di awal bulan Maret 2024 awal musim semi, aku benar2 menemukan passion ku untuk mengeksplore sedemikian negeri cantik ini, sehingga aku mengulanginya lagi di akhir bulan Juni, di musim panas untuk mulau mengeksplore nya, satu kota demi satu kota untuk kunjunganku yang ketiga tahun 2025 besok .....

Dan, aku sudah melihat sendiri bagaimana Uzbekistan sudah sejak awal untuk membangun negaranya bagi seluruh warganya tanpa kecuali. Artinya adalah, mereka membangun kota2 nya dengan aksesibilitas yang mumpuni tanpa diskriminasi, menjadikan ibukota Tashkent benar2 akan menjadi "kota inklusi" baru.

Aku memang baru mengeksplore Tashkent sebagi ibukota negara, next aku akan mengekplore kota2 yang berbeda, tentang aksesibilitas dan fasilitas2 untuk semua warga negara termasuk disabilitas dan prioritas.

***

Ibukota Tashkent

Sebuah ibukota yang menuju kota modern dan berjuang Bersama dengan kota2 di seluruh dunia untuk membuktikan bahwa masing2 kota mempunyai hal2 yang positif untuk dunia, termasuk ibukota Jakarta.

Ketika awalnya aku tahu bahwa Uzbekistan adalah sebuah negara baru, dan Tashkent adalah ibukota nya, aku tidak berekspektasi besar untuk ini. Awalnya aku hanya untuk sekedar ingin tahu tentang negara baru yang sangat direkomendasikan oleh teman2ku yang bergabung dalam travel WesGo.

Ekspektasiku standard saja, sebuah negara Moslem yang aku pun belum pernah berpikir untuk terbang kesana denagn berbagai cerita yang cukup membuat aku beroikir beberapakali kesana tentang "negeri Moslem" karena aku adalah traveller Kristiani. Aku sendiri tidak membeda2kan, tetapi cerita2 diluar sana lah yang membuat aku berpikir ulang.

Dan ternyata,

Tashkent itu dasyat sekali tentang pembangunannya!

Dari pertama kali Uzbekistan Merdeka 31 Agustus 1991, dengan presiden pertama yang belum terbuka, negeri ini belum "membangun". Ketika presiden pertama meninggal tahun 2016, dan digantikan presiden kedua, barulah Uzbekistan benar2 terbuka dan membangun negaranya dengan luar biasa!

Selama 2x aku kesana, aku merasakan detak Pembangunan yang luar biasa, mengalahkan Indonesia khususnya Jakarta untuk membangun ibukotanya.

Jangan pernah berpikir dan jangan selalu berpikir tentang negara kita dengan penduduk yang padat sehingga lebih susah mengaturnya, tetapi lihat lah dengan "mata hati", bagaimana masing2 negara membangun dengan passion.

Indonesia yang sudah berumur 79 tahun, masih begini2 saja tentang Pembangunan bagi seluruh warga tanpa kecuali. Bahkan ketika aku yang tertantang untuk membuktikan bahwa HANYA JALUR PROTOKOL JAKARTA (itupun hanya sekitar 70% saja, dari Monas ke Senayan) yang aksesibilitas nya cukup ramah disabilitas. Selebihnya? Belok ke kiri dan ke kanan jalur protocol Jakarta saja, sudah amburadul ......

Ketika akhir bulan Juni 2024 lalu aku mengeksplore ibukota Tashkent, dari jalan protocol sampai blusukan ke jalan2 dan gang2 lingkungan, aku tidak pernah keluar dari kursi rodaku!

Artinya apa?

Artinya adalah, semua jalan2 di ibukota Tashkent benar2 mulus, rata, pedestrian besar dan selalu ada ramp (walau belm sesuai) untuk berjalan di atas kursi roda .....

Dokumentasi www.en.wikipedia.org 
Dokumentasi www.en.wikipedia.org 

Dokumentasi www.en.wikipedia.org
Dokumentasi www.en.wikipedia.org
                                                                             Perbedaan luas Jakarta (662 km2) dan luas Tashkent (334,8 km2)

 

Antara Jakarta dan Tashkent memang jauh berbeda dengan berbagai macam alasan, termasuk luasan ibukota nya. Tapi, jangan dijadikan perbedaan ini menjadi dasar tentang kepeduliannya!

Tentu saja tidak bisa begitu, jika apalagi dibandngkan dengan tahun kelahirannya. Jakarta sebagai ibukota Indonmesia berumur 79 tahun dan Tashkent sebagai ibukota Uzbekistan berumur 33 tahun, kurang dari separuh umur Jakarta.

Jika umur kota nya sendiri, Jakarta berumur 496 tahun dan Tashkent sekitar 2200 tahun sejak jaman Jalur Sutra. Mau dibandingkan lagi? Tentu saja tidak bisa! Yang bisa diperbandingkan adalah bagaimana orang2 disana dan orang2 di Jakarta mau dan mulai peduli tentang issue KEPEDULIAN .....

Berkali2 aku tuliskan di banyak artikel2ku tentang issue KEPEDULIAN, bahwa jika kita peduli dengan sesame siapapun titu, walaupun kita tidak mengenalnya, kita akan dengan mudah beroikir tentang "bagaimana sesame itu mampu bergerak Bersama tanpa terkecuali untuk membangun negara" .....

Aku dengan nyaman dan mudah untuk mengeksplore Tashkent, tetapi salang kesulitan mengeksplore Jakarta dengan kursi roda, Di Jakarta, aku hanya bisa di mall saja dengan kursi roda, itupun bukan di semua mall, lho! Bahkan di beberapa mall modern, mereka sama sekali tidak menyediakan lift bahkan ramp untuk aku bisa masuk ke mall tersebut, di Jakarta!

Mau tahu, mall mana yang sangat "jahat?", di Jakarta? Hihihi, coba tebak .....

Pada artikel2 berikutnya, aku akan banyak menuliskan tentang bagaimana Tashkent membuat aku betah mengekplore kota itu di atas kursi roda, walau saat itu suhu udara tidak kurang dari 40 derajat Celcius sampai 46 derajat Celcius .....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun