Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tashkent Bagaimana Pembangunan dan Kepeduliannya tentang Aksesibilitas Kota?

28 Agustus 2024   09:36 Diperbarui: 28 Agustus 2024   09:45 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Ibukota Tashkent

Sebuah ibukota yang menuju kota modern dan berjuang Bersama dengan kota2 di seluruh dunia untuk membuktikan bahwa masing2 kota mempunyai hal2 yang positif untuk dunia, termasuk ibukota Jakarta.

Ketika awalnya aku tahu bahwa Uzbekistan adalah sebuah negara baru, dan Tashkent adalah ibukota nya, aku tidak berekspektasi besar untuk ini. Awalnya aku hanya untuk sekedar ingin tahu tentang negara baru yang sangat direkomendasikan oleh teman2ku yang bergabung dalam travel WesGo.

Ekspektasiku standard saja, sebuah negara Moslem yang aku pun belum pernah berpikir untuk terbang kesana denagn berbagai cerita yang cukup membuat aku beroikir beberapakali kesana tentang "negeri Moslem" karena aku adalah traveller Kristiani. Aku sendiri tidak membeda2kan, tetapi cerita2 diluar sana lah yang membuat aku berpikir ulang.

Dan ternyata,

Tashkent itu dasyat sekali tentang pembangunannya!

Dari pertama kali Uzbekistan Merdeka 31 Agustus 1991, dengan presiden pertama yang belum terbuka, negeri ini belum "membangun". Ketika presiden pertama meninggal tahun 2016, dan digantikan presiden kedua, barulah Uzbekistan benar2 terbuka dan membangun negaranya dengan luar biasa!

Selama 2x aku kesana, aku merasakan detak Pembangunan yang luar biasa, mengalahkan Indonesia khususnya Jakarta untuk membangun ibukotanya.

Jangan pernah berpikir dan jangan selalu berpikir tentang negara kita dengan penduduk yang padat sehingga lebih susah mengaturnya, tetapi lihat lah dengan "mata hati", bagaimana masing2 negara membangun dengan passion.

Indonesia yang sudah berumur 79 tahun, masih begini2 saja tentang Pembangunan bagi seluruh warga tanpa kecuali. Bahkan ketika aku yang tertantang untuk membuktikan bahwa HANYA JALUR PROTOKOL JAKARTA (itupun hanya sekitar 70% saja, dari Monas ke Senayan) yang aksesibilitas nya cukup ramah disabilitas. Selebihnya? Belok ke kiri dan ke kanan jalur protocol Jakarta saja, sudah amburadul ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun