By Christie Damayanti
Gang2 sempit dan kecil, yang sering dianggap orang tidak manusiawi dan tidak proporsional antara bangunan2 perkotaan di ibukota Tashkent .....
Â
Bagi yang memang suka adventorir seperti aku, dalam hal ini adalah berkeliling kota untuk mengamati kehidupan sosial di kota tersebut, tentu saja blusukan ke gang2 kecil dan sempit untuk mengamati arsitektur dan permukiman, adalah sangat menyenangkan!
Aku menemukan gang2 kecil permukiman dahkan perkampungan perkotaan yang mencerminkan arsitektur tradisional Asia Tengah serta peninggalan soviet yang berbungkus dengan detail2 tua pasca gempa 1966.
Gang2 kecil dan sempit itu, saling terhubung dan selama ini kami tidak atau belum menemui jalan buntu. Semua terhubung dan ketika akmi meninggalkan mobil kami di ujung belakang dan setelah berjam2 berkeliling, kami bisa mendapatkan lagi mobil kami di ujung depan.
Artinya adalah, jakan2 gang kecil dan sempit it uterus bersambung yang tidak ada habisnya, dan akan menuju tempat yang berbeda atau kembali ke tempat asal tetapi dari jakan2 yang berbeda.
Benar2 sangat menarik dan membuat aku cukup berdecak kagum, karena selama perjalanan kami aku tidak harus keluar dari kursi rodaku. Berarti juga bahwa jalur yang kami jalani semuanya ramah disabilitas! Dari ujung gang sampai di ujung gang yang lain, semua bisa aku lalui dengan kursi rodaku!
Ini "labyrinth", masuk gang ujung belakang, keluar ujung depan sekitar 1 atau 2 jam berjalan, dengan keadaan sepi seperti ini, bersih dan rapih serta panas sekali diatas 43 derajat Celcius .....
Kadang, di area gang2 kecil dan sempit seperti ini, ada area ruang terbuka, dan aku yakin ini adalah area sosialisasi antar tetangga untuk bermain anak2 dan berkumpul. Semua tetap bersih dan rapoh, walau aku tidak melihat adanya tempat sampah .....
Â
Menarik sekali!
Mengapa?
Karena ini adalah jalan sekelas gang2 kecil dan sempit, yang tidak seharusnya juga mereka membangun jalan sekelas gang2 itu dengan konsep ramah disabilitas, karena mereka sedang fikus dengn membangun perkotaan, minimal jalur2 protokol.
Ketika aku mengamatinya adalah memang pemerintah tidak atau belum untuk membenahinya, tetapi ternyata jaman itu entah berapa puluh tahun atau bahkan berapa ratus tahun lalu, permukaan jalannya sudah seperti itu.
Memang kadang2 bukan beton apalagi aspal. Sebagian lai permukaannya adalam batu yang cukup rata, sehingga aku benar2 nyaman bergerak diatas kursi roda, bukajn seperti jalan2 heritage di Eropa Barat.
Yang jelas, selama berhari2 aku blusukan disana, di Tashkent, aku belum [ernah keluar dari kursi rodaku untuk minta bantuan Zoyir mengangkat kursi rodaku. Semua "mulus" .....
Permukiman yang berada di gang2 kecil dan sempi9t itu, sepertinyq memang di huni oleh warga Tashkent menengah kebawah.
Area permukiman itu cukup terekomendasi dan terdokumentasikan dengan cukup baik, Dimana jika bicara tentang "Sejarah permukinan" itu, akan tidak ternilai harganya, yang di saat2 ini bisa saja diambang pembongkaran, jika pemerintah Uzbekistan tidak aware dan tidak peka tentang sebuah "harta karun" dan Sejarah dunia itu ,,,,,
Tetapi, sepertinya pemerintah kota masih sibuk dengan pembangunan2 perkotaan secara fisik baru, dan masih meninggalkan ruang public permukiman di gang2 kecil dan sempit ini. Dan, masih cukup kontras antara permukinaqn dengan bangunan2 rumah2 tua peninggalan Soviet dengan bangunan2 rumah2 baru dan modern di sisi yang berbeda.
Ini seperti sebuah "labirint" gang2 permukiman di Tashkent yang saling bersambung, membentuk area sejarah kependudukan kota, tanpa kita harus berputar2 dari ujung belakang ke ujung depan. Kita bisa saja nyasar disana, karena memang tidak ada patokan yang pasti. Sepertinya, kita harus membuat atau membawa peta untuk bisa kembali.
Menurutku, itu sama sekali tidak masalah ketika sebuah kota mampu berbagi antara ruang tua dengan ruang modern. Membuat ibukota Tashkent semakin semarak sebagai kota yang beradab karena tidak semena2 menghancurkan yang lama dan beralih dengan yang baru .....
Konsep peleburan heritage dan modern ini masih sajuh dari selesai, sementara skalanya adalah perkotaan serta perbedaan antara Upaya pemerinta serta swata yang mulai kabur, yang menandakan bahwa intervensi desain perkotaan Tashkent, mulai berhasil.
Aku sebagai seorang arsitek asing dari Indonesia, aku sendiri sudah merasakan bagaimana Tashkent berkembang degan sangat baik sebagai kota tua 2000 tahun lalu dan sebagai "kota tua" sebagai ibukota Uzbekistan yang baru Merdeka tahun 1991.
Walau, memang sulit untuk memisahkan antara konsep2 permukiman di jalan2 protokol Tashkent sebagai gang2 kecil dan sempit itu dengan kehidupan gang2 yang terlihat sama sekali tidak ramah, tetapi justru aku sudah merasakan sendiri, ternyata gang2 kecil dan sempit itu benar2 ramah untuk kursi rodaku, tanpa aku harus keluar dari kursi roda karena tidak isa melewatinya .....
Keragaman karya arsitektur yang berbasis tntang kehidupaqn sosial Masyarakat local di Tashkent, tepatnya kehidupan penghuni di gang2 kecil dan sempit itu lah yang mengirimkan pesan dan gagasan yang berpusat untuk dialog arsitektural. Untuk mengungkapkan sebuah kepedulian untuk tidak meninggalkan kehidupan lama mereka yang diubanh menjadi kehidupan baru dan modern.
Tidak sama jika mereka mau berkembang, te4tapi sangat disarankan ketika mereka tetap mau mempertahankan kehidupan mereka yang lama dengan melestarikannya. Bukan semata2 menghancurkan untuk membangun yang baru, dan yang lama benar2 hancur menjadi debu dan tanah dan menghilang ......
Itulah yang terjadi di banyak negara berkembang termasuk Indonesia yang sering kali tidak peduli tentang "harta karun" kita, dari negara2 sahabat menggembar-gemborkan tentang heritage, tetapi justru negeri kita tercinta ini, mampu dan tega merusaknya dengan alasan untuk membangun yang baru dan modern, dengan tujuan2 bisnis .....
Aku sendiri belum "mengenal" Tashkent secara lebih detail. Tetapi, dalam waktu 2x kunjunganku di Uzbekistan, aku tahu dengan pasti bahwa pemerintah Uzbekistan sangat loyal dengan kepedulian.
Banyak kepedulian2 yang kuilhat dan urasakan sendiri, betapa negeri cantik ini akan merebut langkah2 yang sudah diterapkan oleh ban yak negara2 berkembang termasuk Indonesia. Uzbekistan akan menajdi salah satu pusat perkembangan sebuah negara yang san gat cepat, dan tidak meninggalkan kepeduliannya.
Uzbekistan sebagai negara yang sudah sangat terbuka secara faham, membawa suara dan perspektif yang sama sekali aku tidak menduga. Mengunjungi Tashkent, yang terbukti dengan baik tentang perkembangannya lewat Pembangunan perkotaan dan fasilitas2nya, tanpa harus membatasi kepedulian2 di berbagai titik.
Dan, saat ini apa yang aku pikirkan sebagai seorang arsitek asing dari Indonesia, bisa saja akan menjadi diskusi2 selanjutnya untuk sebuah Tashkent yang peduli dan berkembang ....
Ternyata,
Tidak semestinya, kita menghakimi sesuatu hanya dari cover nya saja, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H