Semuanya memang hampir sama, dengan desain, kedaan serta kehidupan yang sama ....
Keadaan rumah atau apartemen2 tersebut pun, karena di desain dan di bangun secara cepat dan murah, tentu saja akan ada banyak kesalahan dan seringkali tidak sesuai denga napa yang dibutuhkan warga. Seperti rumah2 "sangat sederhana" di Indonesia, denagn dimensi yang tidak manusiawi, bagaimana mereka bisa menyimpan barang2 mereka yang juga dengan fasilitas yang sangat minim?
Saat itu, hampir warga2 muda yang mau tinggal disana, karena fasilitas yang minim. WAlau kelebihannya sendiri adalah jauh dari pusat kota (sehingga jauh lebih murah), serta bisa dikatakanj waktu itu, lokasinya di sisi "hutan" yang penuh kepohonan (juga menjadi sangat murah) .....
Kerugiannya jelas tampak sampai sekarang adalah desain yang sangat minim, fasilitas yang juga sangat minim, termasuk konstruksinya dengan lantai yang bergelombang dan tidak rata, plafond tanpa penutup serta jendela dari kayu serta tidak dibangun dobel yang seharusnya, untuk bertahan di musim dingin.
Itulah yang aku lihat dan rasakan pada saat aku blusukan di Tashkrnt, yang benar2 membuat aku geleng2 kepala sambil kubergumam,
"Bisa ya, masih ada yang mau dan bertahan tinggal disana ....."
Beberapa apartemen dahulu mempunyai balkon, tetapi seiring kebutuhan akan tempat tinggal, mereka menutup balkon itu untuk menjadi sebuah ruang tambahan, yang akhirnya merusak desain keadaan yang sebenarnya. Dan, pemerintah masih harus menyelesaikan banyak masalah keimbang dengan masalah rumah penduduk .....
Beberapa referensi yang aku baca, ternyata bangunan2 tua peninggalan Uni Soviet ini, ternyata kekuatan struktur dan konstruknya cukup kuat, dari serangan gempa, walau tetap disaat2 gempa 1966, banyak apartemen2 yang runtuh walau tidak semuanya, dan dibangun kembali.
Sewa yang murah ternyata memang merupakan tujuan warga local, sehingga mereka masih menempatinya, walau menurutku itu benar2 sudah tidak layak utuk dihuni. Semuanya, memang tergantung dengang situasi dan kondirinya.
Dengan kedaan yang tidak layak dan penghuninya mungkin hampir 100%, terlihat bbetapa Tashkent masih membutuhkan rumah atau apartemen untuk tempat tinggal mereka.
Seperti Indonesia, kebutuhan mereka akan rumah menjadi hal pokok. Tetapi, lebih mengarah kepada warga yang Tingkat ekonominya rendah.