Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Pelecehan Seksual yang Aku Alami, Lapor Polisi atau Jangan?

14 Juli 2024   14:04 Diperbarui: 14 Juli 2024   15:11 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi www.greenwichvillagechelseacc.glueup.com

By Christie Damayanti

Sebelumnya :

Pelecehan Luar Biasa Siang Ini menimpaku, Aku Marah Sekali

Korban Pelecehan Driver Taxi Online, Sungguh Menyakitkan!

Ketika Manajemen Taxi Online Tidak Memutuskan Mitra Mereka Walau Melakukan Pelecehan Seksual!

Berlanjut dengan update kasusku PELECEHAN SEKSUAL yang dilakukan oleh seorang oknum supir taxi online hari Selasa 9 Juli 2024 lalu, di teras rumahku, gelombang dukungan dan doa terus membludag!

Dari komentar-komentar netizen yang tidak aku kenal, dari DM atau inbox atau japri-japri dari teman-temanku yang kukenal bahkan sahabatku lewat telepon langsung kepadaku, aku sangat terharu atas dukungan mereka. Begitu banyak hingga ribuan orang yang merespon kasusku.

Sebenarnya, aku tidak berpikir jauh untuk melaporkan kepada polisi, walau sebagian besar yang merespon postingan-postinganku yang selalu viral untuk kasusku ini, ingin aku melakukan pelaporan kepada polisi, sehingga si pelaku ditangkap dan dijebloskan ke bui.

Tidak ada dalam kamusku untuk melakukan demikian, walau aku tahu tentang sebuah trauma yang bisa menghantui kepalaku dengan ketakutan-ketakutanku untuk naik taxi lagi. Pada kenyataannya, aku tidak mengalami trauma-trauma itu.

Pada saat kasus itu di hari itu, aku memang sangat marah! Marah sekali, tetapi aku sama sekali tidak takut apalagi sedih. Mungkin aku bukan perempuan kebanyakan, karena sejak awal aku bekerja, aku memang hidup di dunia laki-laki dan kasar sebagai arsitek lapangan, yang berkutat dengan konstruksi yang dari the big boss-ku adalah laki-laki sampai level terendah, adalah laki-laki, tukang-tukang lapangan!

Sehingga, dari dulu tidak ada kamusku untuk menangis dan sedih yang berkepanjangan. Dan, bagaimana aku me-manage perasaanku jika aku merasakan sesuatu dalam hatiku?

Biasanya, aku lebih cenderung memilih untuk marah dan kemarahan itu yang membuat aku tidak punya teman perempuan sejak dahulu, karena aku dianggap pemarah, galak dan terlalu angkuh!

Itu menjadi hal yang pokok bagi hidupku sekarang. Bahwa ketika aku DILECEHKAN SECARA SEKSUAL oleh seorang oknum supir taxi online beberapa hari lalu, aku tidak takut, aku tidak sedih, tetapi aku sangat marah! Sehingga kemarahan itu justru memberikan caraku untuk bertahan, survive dan me-manage perasaaanku.

Aku marah sejadi-jadinya karena sama sekali tidak bisa melawan, dengan kekuranganku lumpuh tubuh kananku karena serangan stroke berat di San Francisco tahun 2010. Aku berteriak sekeras-kerasnya, setelah si pelaku keluar dari teras depan rumahku dan mengunci pintu rumahku. Dan, aku melampiaskan kemarahan besarku dengan menelepon beberapa sahabatku yang kupikir akan mau mengerti tentang kemarahan yang meledak!

Semakin lama, kemarahanku memang mereda dan aku mengambil laptop dan menuliskan apa yang terjadi dan semakin lama kemarahanku semakin surut. Aku posting dan tidak berpikir akan viral. Besoknya, postinganku diganjar HEADLINE dan mulai viral, dan sekarang sudah dibaca hampir 9.000 orang, lalu postinganku kedua dibaca hampir 4.500 orang.

Postingan-postingan di medsos selalu viral yang menghasilkan banyak orang atau netizen yang mengirim pesan di DM atau inbox, yang hampir semua adalah perempuan.

Teman dan sahabat yang tahu aku, mereka mengirim dukungan dan doa lewat WA atau telepon langsung. Semua penuh dukungan dan doa-doa yang terbaik untukku. Sedangkan perempuan-perempuan dari medsos itu, sebagian besar memang mendukung dan mendoakan untuk kasus ini ke persidangan. Tetapi, sebagian lagi, mereka cerita tentang keadaan mereka yang juga pernah dilecehkan, tetapi mereka tidak berani bersuara!

Bahkan, sebagian lagi berkata, bahwa akhirnya mereka tidak berani lagi naik taxi jika sendirian, jika tidak ditemani oleh suami atau anak-anak mereka.

Aku katakan sebagai respon DM atau inbox mereka, "Jangan takut bu/mbak, kita sebagai perempuan harus berani bersuara dan yang jelas kita ada Tuhan kita"....

Perempuan-perempuan itu atau sebagian besar perempuan atau juga laki-laki tidak punya keberanian untuk bersuara. Mereka memendam semuanya, dan membuat si pelaku semakin senang, menang dan jaya!!! Itu yang aku tidak mau! Rasa yang tidak enak dengan PELECEHAN SEKSUAL yang aku alami, sungguh tidak enak. Akan ada trauma khusus bagi si korban....

***

Sebenarnya, aku tidak muluk berpikir untuk lapor polisi karena memang tujuanku bukan melaporkan polisi, karena aku yakin bahwa siapapun punya hak untuk bekerja. Jika aku lapor polisi dan benar-benar dipenjara, bagaimana dengan keluarganya?

Lagi pula, aku tahu jika melapor ke polisi aku tidak punya bukti dan saksi, sehingga jika aku ngotot lapor polisi, kemungkinan besar akan tidak adanya respon, dan aku akan ribet bolak-balik untuk dimintai keterangan.

Sedangkan, jangankan hal-hal seperti ini. Hidupku itu sangat terencana dengan jadwal yang sangat padat! Seringkali, aku bingung mau mengerjakan yang mana dahulu saking padatnya jadwalku. Jadi, sebenarnya aku akan menjadi ruwet jika aku ngotot untuk kasus ini ke polisi.

Aku hanya mau yang bukan muluk, hanya sekedar menulis, memposting, dan kalau bisa menjadi viral untuk informasi dan edukasi serta memotivasi perempuan-perempuan untuk berani bersuara! SPEAK UP!!!

Tetapi, sepertinya Tuhan mau memakaiku sebagai alat-NYA dengan memberikan masalah dan kasus PELECEHAN SEKSUAL yang aku alami ini.

Aku tidak kenal banyak orang-orang berpengaruh. Jangankan berpikir untuk minta pertolongan, aku ini adalah seorang pejuang, aku adalah seorang survivor, dimana aku melakukan semuanya secara soliter. Secara sendirian, sehingga, sungguh aku benar-benar tidak berpikir mencari bantuan hukum apa pun!

Tiba-tiba besoknya hari Rabu 10 Juli 2024 lalu, malam hari mbak Novita Tandry salah seorang teman dan sahabatku sejak tahun 2012 yang pernah bersama denganku dalam beberapa kegiatan bersama Kementerian Kominfo, Kementerian PPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak).

Mbak Novita menelpon Direktur Bareskrim dan esok paginya Kamis 11 Juli 2024, tim mereka datang ke Central Park kantorku untuk meminta keterangan kasusku. Langsung aku dijemput ke Polda dan juga langsung ke RS Polri Kramat Jati untuk divisum.

Setelah itu, besoknya lagi Jumat 12 Juli 2024, tim Kompas.com datang dan meminta wawancara denganku dan akan dinaikkan ke Kompas.com. Kasusku akan menjadi semakin heboh, karena Tuhan benar-benar berkenan....

Ceritaku secara detail tenang ini akan ada di artikelku setelah ini....

Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun