Dan, selama acara khusus pesta pernikahan di sebuah restoran yang kami pun ikut benar-benar menyerapi rasa kebersamaan dalam pesta, kami bersorak sorai, berteriak-teriak menyanyi dan menari Bersama dengan "pengantin" nya.
Zoyir banyak bercerita secara detail tentang pernikahan di Uzbekistan dan kami akhirnya justru geleng-geleng kepala karena adat dan aturan mereka benar-benar sangat ketat! Bahkan, ceritta Zoyir membuat kami agak meragukan, apakah masih sedemikian keras adatnya, untuk menjadi suami istri? Tentang kesetiaan atau tentang keperawanan.
Apapun itu, seberapa ketatnya itu, mereka memang merupakan warga Uzbekistan yang masih menerapkan adat mereka dengan sangat baik. Apalagi, dengan Uzbekistan sebagai sebuah negara Muslim, aturan-aturan mereka memang sangat ketat, walau negeri cantik ini sudah cukup modern, setelah lepas dari Uni Soviet tanggal 31 Agustus 1991 lalu.
Seperti juga dihampir semua negara di dunia, usia rata-rata perempuan untuk menikah di Uzbekistan adalah 20 tahun, dengan 60% perempuan menikah antara usia 20 dan 24 tahun. Usia sah untuk menikah bagi perempuan adalah 17 tahun (18 tahun untuk laki-laki), dengan pengecualian untuk pernikahan muda.
Ingat, meski tradisi masih ada, perjodohan di mana kaum muda memilih pasangannya sendiri semakin umum terjadi di Uzbekistan. Sama kan, dengan Indonesia? Hihihi.
Aku dengan si penari Perempuan di acara pesta adat perkawinan Uzbekistan. Dia cantik sekali! Perpaduan antara wajah Asia Tengah, Timur Tengah dan Eropa, sedikit India (?), dengan kulit putih bule. (Dokumentasi pribadi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H