Sebagai arsitek dan sebagai disabilitas pengguna kursi roda, aku sangat mengerti di kedua sisi yang berbeda. Sebagai arsitek yang sadar tentang sebuah negara yang harus menjaga sejarahya yang tidak bisa dibangun atau diubah sembarangan, aku mengerti jika negarab tersebut keras memegang peraturan.
Tetapi sebagai disabilitas di atas kursi roda, aku juga membutuhkan akses untuk berwisata dengan lebih puas. Sehingga, sedikit banyak aku harus belajar menemukan sebuah titik temu untuk sama2 menghasilkan "win -- win solution" .....
Ketika tahun 2023 bukan Agustus Septemper selama 6 minggu aku mengeksplore beberapa negara di Eropa untuk research tentang ini, aku benar2 kecewa hal2 crusial untukku yang sebenarnya Eropa tetap harus berpikir untuk memberikan akses optimal bagi Masyarakat termasuk wisatawan2 dunia berkebutuhkan khusus untuk berwisata.
Aku cukup kecewa dan kadang2 "marah" ketika banyak hal yang aku tidak mendapatkan akses Dimana aku ingin sekali mendekat karena berhubungan dengan survwy dan research ku.
Dan, aku hanya bisa merekam dari jauh serta kubawa dalam berbagai tulisan2ku yang akan segera terbit tentang mengeksplore Eropa dengan kursi roda, sendirian .....
***
Ketika awal bulan Maret 2024 aku berkesempatan untuk mengeksplore Uzbekistan, aku baru menyadari bahwa sebuah aksesibilitas itu bukan hanya sekedar dibangun secara fisik dan permanen saja, tetapi bagaimana sebuah aksesibilitas "dibangun" secara non-permanen dan secara kepedulian!
Bicara antara permanen dan non-permanen, aku jstru mendapat ide brilian di Registan Square, sebuah plaza landmark di Samarkand Uzbekistan.
"Istana" Registan denaggn arsitektur yang luar biasa sebagai bagian dari Arsitektur Islamicdunia ini, mereka memang menjaga harta karun mereka dengan san gat baik. Istana ini bertangga2 sehingga untukku yang perkursi roda, sangat sulit untuk masuk kedalamnya. Padahal, aku harus masuk, mendekat bahkan harus mensurvey serta merenung apa yang harus aku kerjakan sebagai arsitek modern untuk Sejarah dunia ini.
Awalnya, aku tidak berekspektasi besar untuk bisa masuk dan melakukan hal2 yang harus aku lakukan dalam surveyku. Kupikir, ya sama saja dengan Eropa saat itu, Dimana aku benar2 terkendala denagn aksesibilitas. Bahkan, ketika di Registan aku berencana untuk minta bantuan mengangkat kursi rodaku untuk masuk, kepada Zoyir.
Tetapi, ternyata ekspektasiku buyar!