By Christie Damayanti
Perjalananku menyusuri Bedok pun, berlanjut.Â
Tiba-tiba aku tertarik dengan 2 orang kakek tua menyeberangi jalan raya utama Bedok menuju sebuah bangunan. Dengan mengendarai 2 buah scooter yang diperuntukkan untuk lansia, yang di subsidi oleh pemerintah Singapura.Â
Ketika aku mengikuti mereka ternyata mereka menuju sebuah rumah jompo atau panti wreda atau "elder home".
Aku benar-benar tertarik untuk masuk dan sedikit melihat, bagaimana kehidupan mereka sebagai lansia, di Singapura.
Memang tidak ada seorang pun yang bisa aku tanyai, bahkan ketika aku masuk ke lobi bangunan itu pun, tidak ada petugas yang ada disana. Sehingga, aku hanya sekadar berkeliling seputaran lobi, dan menikmati kenyamanan hidup di sana.
"Lions Home For The Elders" diprakarsai dan didirikan oleh Lions Clubs of Singapore. Didirikan pada tahun 1980, panti jompo pertama kami untuk lansia miskin menampung 18 warga. Saat ini, mereka telah mengembangkan dan memperluas layanan dan kemampuan kami untuk memasukkan pendekatan holistik dalam perawatan lansia.
Mereka sekarang adalah organisasi kesejahteraan sukarela yang juga merupakan salah satu dari sedikit panti jompo pertama yang diakreditasi sebagai Penyedia Layanan yang Disetujui oleh Kementerian Kesehatan.
Dengan tim yang terdiri lebih dari 180 staf administrasi dan perawat, mereka mengoperasikan dua panti jompo yang lengkap, satu berlokasi di Jalan Bishan 13 dan yang lainnya di Bedok Selatan dengan total 384 tempat tidur. Lionsclub.org.
Sekarang ini, Singapura menghadapi populasi menua yang disebabkan oleh meningkatnya angka harapan hidup dan menurunnya angka kelahiran. Pada tahun 2021, negara ini memiliki salah satu angka harapan hidup tertinggi di dunia.
Namun pada tahun yang sama, Singapura merupakan salah satu negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia. Pada beberapa tahun kedepan, diperkirakan sepertiga penduduk Singapura akan berusia 65 tahun ke atas.Â
Pergeseran demografis ini memberi tekanan pada masyarakat Singapura seiring dengan menyusutnya angkatan kerja yang berjuang. untuk mendukung populasi lanjut usia.
Sama dengan Jepang, piramida penduduk Singapura pun bukan seperti yang biasa, dengan menggembung bagian tengah dan atas, menandakan bahwa warga Singapura memang akan menjadi berkurang angkatan kerjanya, sekitar 20 atau 30 tahun lagi, dan anak-anaknya pun tidak semakin banyak untuk masa depan negara tersebut.
Berbeda dengan piramida penduduk Indomnesia yang masih menyisakan anak-anak sebagai penerus bangsa yang besar.
Di atas adalah perbedaan piramida penduduk Singapura dan Indonesia di tahun yang sama 2020. Di mana, piramida penduduk Singapura, anak-anaknya lebih sedikit daripada angkant bekerjanya, sehingga pemerintah Singapura memang sudah agak kawatir tentang masa depan Singapura, termasuk Jepang.
Ketika antara 20 atau 30 tahun kemudian, penduduk angkatan kerja Singapura sekarang ini akan menjadi warga lansia, Singapura sudah jauh-jauh hari mempersiapkannya dengan berbagai cara.Â
Salah satunya mereka mempersiapkan rumah-rumah kelola untuk lansia dengan berbagai fasilitasnya, seperti yang aku datangi ini di Bedok, "Lions Home for The Elders".
Aku mencari para petugas di sana, tetapi tidak ada, sehingga aku masuk saja.....
Semakin masuk kedalam, aku tetap tidak menemukan petugas, sehingga aku semakin masuk ke dalam setelah melewati lobi.
Aahhh.... Setelah ke ruang tengah, barulah ada petugas yang sedang membantu lansia-lansia yang sudah agak susah berkegiatan untuk makan siang. Ya, saat itu memang jam makan siang sehingga para petugas sibuk untuk membantu penghuni lansia.
Sebenarnya aku ingin sekali untuk bertanya-tanya, tetapi sepertinya itu bukan saat yang tepat sehingga aku kembali mengamati tanpa petugas.
Daerah ruang-ruang yang entah apa fungsinya, sepi. Mungkin, semuanya sedang berada di ruang Tengah tadi. Dan, aku kebelakang, berkeliling sampai aku kembali ke luar lewat pintu masuk awal aku ke sana.
***
Aku puas dengan keberadaraanku di sini, kali ini. Karena aku bisa melihat kehidupan lansia yang berada di panti wreda Singapura dengan suasana yang sangat nyaman, tanpa ada suara-suara mobil, berada di lingkungan permukiman serta kenyamanan yang sangat membantu kehidupan mereka.
Ketika aku beberapa kali ke panti wreda di Jakarta, aku melihat perbedaan yang sangat signifikan dengan di Singapura.
Pada kenyataannya, panti wreda di Jakarta kurang nyaman bagi lansia. Dengan kapasitas yang padat, bahkan ada yang berdempetan dan fasilitasnya tidak nyaman bagi lansia, ditunjang oleh donatur yang kadang kala donator yang tidak tetap, membuat banyak lansia di Jakarta justru tidak ingin tinggal disana.
Di beberapa negara maju, justru mereka ingin tinggal di panti wreda seperti ini ketika mereka sudah tidak punya keluarga lagi, atau anak-anaknya sudah jauh dari mereka. Karena, fasilitasnya justru membuat mereka bahagia, bersama dengan teman-teman lansia sebayanya.
Semuanya bukan hanya sekadar kepedulian keluarga lansia, tetapi juga kepedulian pemerintah serta negaranya tentang kehidupan warganya. Ketika pemerintah sebuah negara penuh dengan kepedulian seperti di Singapura ini, mereka sudah jauh-jauh hari memikirkan masa depan bangsanya yang tidak ingin warganya terlantar karena usia tua.
Pada saatnya, sekian puluh tahun kemudian warga Singapura semakin renta, Singapura sudah siap untuk memberi faslitas-fasilitas yang sesuai denga napa yang mereka butuhkan.
Sebuah tingkat kepedulian yang tinggi, memikirkan masa depan negara mereka, bahkan untuk warga negaranya sudah semakin renta...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H