Kuambil bubur lagi, terus berkali2 sampai bbur masuk ke sendok. Dan kumasukan ke mulutku. Berkali2 meleset dan bubur tumpah, sampai aku mulai putus asa .....
Dokter Gandhi terus menyemangati aku.
Sepertinya, dia memang sengaja datang pagi, untuk men-terapi ku. Seorang dokter yang benar2 mau membuat seorang pasca-stroke, bangkit dan semangat untuk sembuh .....
Sampai pada akhirnya, aku berhasil memasukan bubur itu kedalam mulutku, yang disambut oleh tepuk tangan Dokter Gandhi dengan tim nya. Dan aku tertawa lebar untuk kemenanganku. Pastinya, dengan suara bergumam layaknya suara alien .....
Aku bertambah semangat, ketika sesaat kemudian kedua orang tuaku masuk ke ruanganku. Dokter Gandhi menyalami kedua orang tuaku, dan sedikit berdiskusi tentang keadaanku. Dan, aku terus berusaha yang diajarkan oleh Dokter Gandhi, menyuapkan berkali2 bubur ke mulutku, dengan banyak kesalahan, sehingga meja mobile di drpanku, termasuk di kasur dan selimut, menjadi berantakan dengan bubur .....
Ah, leganya!
Aku sudah bisa makan sendiri, walau setelah makan pagi itu, suster selalu mengikatkan celemek besar dan lebar di leherku seperti bayi besar, untuk mengatasi bubur2 atau makanan2 yang kusendok, terbang melayang kemana2, hahaha .....
Terapi pertama sudah kulalui dengan baik dengan hasil yang memuaskan untuk seorang pasca-stroke, yang sebenarnya dianggap tidak bisa sembuh lagi. Tetapi, terapi itu harus dilakukan setiap saat, karea sebenarnya konsep terapi itu hanya sebuah latihan. Bahwa, aku sebenarnya sejak dulu sudah bisa menyendok, tetapi karena sekarang, saat itu, terserang stroke dan fungsi itu, menjadi "mati". Dan, terapi adalah untuk melatih, fungsi awal berkali2, sehingga fungsi itu bisa tetap dilakukan.
Jika tidak dilatih lagi, lama2 fungsi itu pun terus "mati", sehingga sekana2 aku un akan "mati" sungguh secara fungsi kerja tubuh, sampai benar2 tidak bisa berungsi lagi. Aku sadar sekali tentang hal itu, sehingga aku semakin bertekad untuk berusaha sekali untuk pulih, kalau bisa sembuh seperti aku yang dulu.
Ketika Dokter Gandhi keluar ruangku, sambil mengangkat tangannya untuk ku sambil tersenyum, aku langsung memamerkan kepada kedua orang tuaku, bahwa aku sudah bisa makan sendiri. Orang tuaku, mengangkat jempol nya untukku, dan wajah mereka semakin bahagia melihat aku semangat dan bahagia dengan kemajuanku yang walaupun sangat perlahan. Aku mempraktekan terus menyuap buburku, sendiri sampai 1 mangkok bubur kosong.
Dan, sampai makan siang pun, aku diminta untuk makan sendiri dengan mengikatkan celemek besar dan kaku di leherku untuk tidak terlalu berantakan.