By Christie Damayanti
Karena sepertinya mas Kardy Chiu tidak mau melihat aku kecewa dengan tidak bisanya keliling Sungai yang ada buaya liarnya, padahal aku sangat tertarik keliling cagar alam tersebut, akhirnya dihari berikutnya mas Kardy Chiu mengajak aku ke taman kota di mana aku pun bisa berkeliling dan membuktikan tentang aksesibilitas dan fasilitas untuk disabilitas dan prioritas (lansia).
Taman kota itu disebut Bishan -- Ang Mo Kio Park. Sebuah taman kota terletak di distrik Bishan, Tengah pulau Singapura. Benar-benar taman kota yang bisa melepas pernafasan kita karena taman ini penuh dengan hijau daun dan nyaman sekali untuk sekedar berjalan-jalan saja.
Dikelilingi oleh permukiman dan katanya ban yak terdapat rumah-rumah untuk lansia, taman kota ini pun banyak dikunjungi oleh warga lansia Singapura, yang berjalan-jalan berpasang-pasangan atau berjalan-jalan membawa Binatang peliharaan mereka, khususnya anjing dan kucing.
Taman Kota Ang Mo Kio ini, berada sekitar 40 menit perjalanan kami dari Paya Lebar naik MRT dan berpindah naik bus. Tetapi karena niatnya berjalan sambil mengamati, kami hanya naik MRT saja dari Paya Lebar sampai Marymount, setelah itu kami berjalan, di mana mas Kardy selalu berlari dan aku mengikutinya dari belakang.
Jalur kereta MRT dari Paya Lebar tempat aku tingga selama aku di Singapura, akhir tahun 2022 lalu ke Marumount dan seharusnya naik bus, tetapi kami tidak naik bus, berjalan kaki lewat pedestrian di bawah jalan layang .....Â
Dari Marymunt, kami berjalan (aku naik kursi roda ajaibku), sekitar 1 jam sambil mengobrol dan aku banyak mengamati dengan foto-foto dan video, sampailah kami ke Taman Kota Ang Mo Kio, uh ...... menarik sekali!
***
Perjalanan kami dari Marymount setelah keluar dari stasiun, kami berjalan di pedestrian yang nyaman, bahkan ada pedestrian yang berada di bawah jalan laying. Pedestrain yang berada di jalan laying di Singapura, benar-benar aman dan nyaman.
Dengan Singapura yang padat serta banyak kendaraan umum dan pribadi, aku tidak mendengar berisik sekali, cukup terdengar kendaraan-kendaraang yang berseliweran di sekeliling kami, tetapi aku tidak merasakan adanya hectic sebagai pejalan kaki di perkotaan.
Apalagi di bawah jalan layang, justru aku merasakan betapa nyamannya di sini. Banyak pejalan kaki di pedestriajn di bawah jalan layiag di mana pemerintah Singapura memberikan akses yang benar-benar nyaman untuk menuju cluster-cluster permukiman mereka.
Sehingga, justru pedestrian di bawah jalan layang ini menjadi ruang public dan tempat berkumpulnya beberapa cluster-cluster permukiman disekitar Bishan. Sangat menarik ketika kami banyak berjalan di pedestrian di bawah jalan layang, dan mngamati warga kota di distrik Bishan lalu Lalang dari dan ke cluster-cluster mereka.
Tangga menuju ke salah satu cluster permukiman di Bishan. Jika ada tangga, pasti ada ramp karena Singapura memang salah satu negara inklusi yang peduli kepada semua warganya, termasuk warga disabilitas dan prioritas (lansia dan balita) ......
Ramp menuju bebetrapa cluster dari pedestrian di bawah jalan laying di Bishan. Coba perhatikan, ada berapa derajat ketinggian ramp diatas? Sekitar antara 4 sampai 8 derajat saja! Betapa nyamannya pengguna kursi roda atau pemakai tongkat sera pendorong stroller bayi dan balita
Bahkan, di area pedestriajn di bawah jalan layang ini, dijadikan "parkir sepeda" dan yang aku tahu, sebenarnya di Singapura tidak terlalu aman bagi sepeda-sepeda yang diparkir dan tidak ada penjaganya, sehingga pemerintah daerah Singapura memberikan peringatan tentang sepeda-sepeda yang diparkir di sana .....
Beberapa tempat untuk parkir sepeda. Sepertinya, setiap beberapa cluster permukiman, ada 1 tempat parkir sepeda untuk tamu. Dan, ada peringatan untuk mengunci sepeda-sepeda mereka
Pedestrian di bawah jalan layang di Bishan ini, juga dibagi beberapa bagian. Untuk pejalan kaki, untuk parker sepedan dan untuk jalur sepeda itu sendiri dengan cat berwarna merah. Semua warga disana benar-benar patuh pada peraturan sehingga pedestrian ini benar-benar rapih dan bersih.
Pedestrian di bawah jalan laying yang dibagi tiga bagian, pertama untuk pejalan kaki, kedua untuk jalur sepeda (warna merah) dan ketiga untuk parker sepeda di beberapa bagian saja
Maklum, Singapura memang sebuah negara yang penuh dengan peraturan, sehingga sejak kecil warga disana benar-benar tahu tentang peraturan, sehingga kehidupannya sangat disiplin pada peraturan-peraturan .....
***
Tanpa khusus dengan tujuan yang pasti saja, jika aku beradadi Singapura aku bisa mengamati apa yang aku inginkan. Seperti tentang aksesibilitas dan fasilitas-fasilitas bagi disabilitas dan prioritas, ternyata aku "menemukan" konsep apik yang bisa dipakai di Jakarta, walau sangat jauh berbeda dengan di Singapura.
Kolong jalan-jalan layang di Jakarta, tidak bisa menjadi tempat pedestrian karena berada di tengah-tengah jalan, bahkan di jalan laying Antasari atau jalan laying Kasablanka, di bawahnya adalah jalan ken daraan,
Ketika ada kolong jalan laying di Jakarta yang bisa menjadi seperti di Bishan ini, contohnya ada di Mangga Besar yang mau ke arah Mangga Dua, jalan laying itu kolongnya menjadi :campur aduk" umtuk homeless, tempat sampah, atau taman yang tidak terurus ....
Sebenarnya, bukan masalah posisi atau lokasi, tetapi yang terpenting adalah kedisiplinan waga Jakarta yang sama sekali tidak peduli dengan peraturan-peraturan yang ada. Bahkan, bisa dibilang jika dim Jakarta ada anekdot bahwa "peratutan itu untuk dilanggar" .....
Hmmmmmm ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H