Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Parkir Sepeda Bertingkat Gratis di Paya Lebar dan di Sebagian Besar Ruang Publik Singapore

22 Februari 2023   12:40 Diperbarui: 22 Februari 2023   12:43 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

 Seperti yang aku tuliskan di artikel sebelumnya tentang plaza Paya Lebar, aku sebagai disabilitas sangat menghargai pemerintah Singapore selalu memberikan ruang public yang nyaman bahkan bukan hanya di downtown Singapore di area wisata saja, bahkan di area2 "jauh" dan permukiman disana justru lebih nyaman karena mereka sadar bahwa warga justru membutuhkan di lingkungan permukiman2 mereka.

Singapore tidak hanya untuk warga yang sehat dan kuatr saja, tetapi juga untuk warga negara semuanya, termasuk disabilitas dan prioritas/lansia. Mereka tidak untuk mencitrakan dirnya saja bahwa Singapore dikenal "ramah disabilitas" di lingkungan protocol dan area wisata saja, tetapi Singapore sadar sekali tentng kebutuhan semua warga negara serta untuk siapun yang dating ke Singapore, tanpa kecuali .....

Sebagai arsitek, 

Jelaslah bahwa ruang public dengan plaza yang luas, akan menymbang public space perkotaan untuk warganya. Tentu, dengan peraturan2 yang ketat tetapi tidsk harus dijaga satpam dan tidak harus dipagari.

Area public yang luas, bisa menjadi ares sosialisasi secara umum bagi wagra local atau siapapun yang datang kesana. Bisa berkeliling dengan sepeda atau anak2 bermain dengan otopetnya. Dan yang jelas, semua ini jauh dari ketidak-amanan dan ketidak-nyamanan .....

Sebagai disabilitas,

Permukaan lantai plaxa public space di sebuah Kawasan, selalu rata walau kadang material memakai batu tetapi tetap rata sehingga nyaman bagi pengguna kursi roda seperti aku. Kawasannya luas seduai (minimal) 1.20 meter sampai sebesar apapun untuk kursi roda dan minimalis tanpa harus ada banyak streetscape yang kadang menyusahkan bagi disabilitas.

Dan, ramp dengan derajat yang kurang dari 4 derajat, dimanapun jika membutuhkan ramp, dengan diikuti oleh railing sesuai aturan Singapore.

Lalu juga, banyak bench atau pot2 tanaman setinggi bench supaya bisa untuk beristirahat bagi orang tua atau lansia, serta petugas2 area tersebut yang siap membantu dan ramah.

That's the world, which I want to as disability,

Disability and prioritas friendly as inclusion city .....

***

Di Paya Lebar Square atau di semua kawasan di Singapore, selalu mempunya fasilitas2 publik salah satunya adalah parker sepeda. Karena disana, sepeda adalah salah satu moda transportasi yang sangat ideal bagi sebuah perkotaan metropolitan yang ingin menjadi kota yang ramah dari segala macam polusi.

Karena niatnya adalah untuk menyediakan fasilitas2  publik, tidak salah jika kawasan2 di Singapore termasuk di Paya Lebar, fasilitas parker sepedanya pun GRATIS bagi warga yang mau memarkirkan sepedanya, serta dibuat bertingkat, supaya tidak terlalu menghabiskan tempat.

Walau tidak ada penjaganya, semua tetap terlihat rapih dan cukup disiplin | Dokumenatsi pribadi
Walau tidak ada penjaganya, semua tetap terlihat rapih dan cukup disiplin | Dokumenatsi pribadi

Walau tidak ada penjaganya, semua tetap terlihat rapih dan cukup disiplin | Dokumenatsi pribadi
Walau tidak ada penjaganya, semua tetap terlihat rapih dan cukup disiplin | Dokumenatsi pribadi

Kalau di Singapore, parker sepeda GRATIS, tetapi mungkin berbeda dengan negara lainnya, seperti di Jepang. Walau biaya parker sepeda di Jepang sangat murah, yaitu hanya 100 Yen seharian (1 Yen = 115 Rp).

Tanda2 untuk parkir sepeda | Dokumetnasi pribadi
Tanda2 untuk parkir sepeda | Dokumetnasi pribadi

Aku ingat cerita tentang sepeda anakku, Michelle yang tinggal di Tokyo .....

Dia mempunyai sepeda baru tetapi seperti jadul Sepeda jengki. Dia pernah tinggal di sebuah apartemen yang jauhnya dari Stasiun MRT FunabashiHoten sekitar 30 menit, sehingga dia membeli sepeda supaya cepat bergerak, akrena dia harus kuliah dan bekerja.

Karena dia naik sepeda, dia memarkirkan sepedanya di parkitran sepeda sebelah Stasiun MRT yang membawanya ke kampus atau tempat kerjanya. Biayanya sih murah, Cuma 100 Yen.

Tetapi, dasar anak rantau!

Walaupun dia mampu membiayai hidup dan kuliahnya sendiri tanpoa meminta uang dari aku, seorang anak rantau itu sangat pelit, sehingga membayar 100 Yen pun dia ogah! Sehingga, setiap ada kesempatan memarkirkan sepedanya dimanapun, dia pasti parker yang tidak bayar! Apalagi katanya "cuma sebentar", hahahahahaha ......

Suat saat,

Katanya, dia cuma membeli sesuatu di minimart dan dia naik sepeda.

"Ah, cuma sebentar, koq", pikirnya. Dan dia parker sepeda disamping minimart dan masuklah dia ke minimart tersebut .....

Setelah selesai, dia keluar minimarket itu, tetapi .....

Astaga! Sepedanya hilang!!! Dia panik, dan mencari tahu di sekitarnya! Seseorang memberitahu untuk datang ke pos polisi terdekat, dan dia kesana .....

Dia bertanya2, dan ternyata sepedanya bersama se[eda2 lainnya yang parkir bersamaan disana, dibawa petugas karena parkir sembarangan! Hahahahahaha ......

Dia mengurus sepedanya, dan ketemu! Dan, dia harus menebusnya sebesar 3000 Yen! Astaga!!! Hahahahahahahahahaha .......

Dia membeli sepeda itu dengan hasil pekerjaannya sebesar 20.000 Yen dengan berbagai ijin2nya dan tidak memintanya dariku. Jadi, dia merasa bertanggungjawab dengan hidupnya sendiri dan harus menjaga barang2 yang dihasilkan dari pekerjaannya sendiri, kan?

Sepeda baru desain jadul dengan  keranjang di depannya untuk membawa barang2 terutama makan siangnya, sebuah sepeda cantik yang dia beli dari uangnya sendiri. Sangat mahal sebagai seorangt anak rantau yang membiayai hidup dan kuliahanya sendiri ......

Dia sayang sekali dengan sepedanya, jadi, Ketika sepedanya "hilang", tentu saja dia sangat sedih dan galau sekali ......

Dan, Ketika dia seharusnya membayar 100 Yen untuk parker sepeda dalam 1 harian, eh ..... ternyata dia harus menebusn nya 3000 Yen karena parker sembarangan, hahahahahah .....

Michelleeeeeee,

Makanya ituti peraturan2 yang ada, ya ......

***

Cerita itu selalu teringat2 terus di otakku jika aku melihat sebuah sepeda. Jadi waktu aku mengamati sepeda2 yang diparkir di Paya Lebar, aku terus tersenyum2 sendiri sampil memotret yang ada di sekelilingku, tentang sepeda2 yang di parker disana, dengan GRATIS ......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun