By Christie Damayanti
Â
George Town ibukota Pulau Pinang di Penang memang menyimpan "harta karun" dunia, denagn ditetapkan dari UNESCO. Tentu saja membuat Penang sangat diminati banyak wisatawan manca negara untuk menyaksikan, betapa luar bisanya Peang dengan berbagai jenis "harta karun" nya.
Banyak peninggalan2 banguna2 tua khas Malaysia, seperti China Peranakan, tetapi banyak juga peninggalan2 yang tetap sampai sekarang masih digunakan denga napa adanya sejak lama sebabagi heritage.
Salah satunya adalah berbagai rumah2 ibadah dimana Malaysia juga merupakan negara heterogonis dengan berbagai adat dan budaya serta agama yang berbeda. Berabad2 lalu, banyak masuk budaya dan agama2 dari luar Malaysia (seperti juga di Indonesia), yang menghasilkan "harta karun" dan menjadi heritage bangsa bahkan hetitage dunia.
***
Wat Chayamangkalaram Buddhist Temple adalah sebuah kuil Thailand di Pulau Tikus pinggiran kota George Town, Penang, Malaysia. Terletak di Jalan Kelawei, kuil ini terletak berhadapan dengan Kuil Burma Dhammikarama.
Kuil Buddha Thailand, Wat Chayamangkalaram bangunan penerima bagi siapapun yang dating untuk berwisata religious, dan ruang doa utama tempat Buddha berbaring terpanjang di dunia ......
Â
Ini adalah kuil Siam Malaysia tertua di negara bagian ini. Kuil ini menjadi titik fokus untuk festival tahunan Songkran dan Loi Krathong Siam di pinggiran kota dan untuk prosesi Hari Buddha tahunan kota.
Seperti yang aku tuliskan di artikel sebelum ini, bangunan2 Birma, Thailand atau Siam, akan banyak mengandung warna2 merah serta emas. Entah warna emas itu "hanya" sekedar pewarna saja, tetapi aku koq setengah yakin bahwa patung2 Buddha di dalamnya ada sedikit campuran logam emas disana .....
Aku tidak tahu, apakah perkiraanku benar tentang patung ini, warna keemasan tetap dimungkinkan dengan Sebagian logam mulia ada disana ..... Patung ini berada dalam undakan menjadi sebuah ruangan untuk menyimpan abu2 jenazah yang di kremasi menurut kepercayaan mereka.
Â
Entahlah, karena aku tidak bisa menemukan referensinya, tetapi sebuah "harta karun" besar ini akan benar2 menjadi harta karun bagi mereka bahkan bagi dunia.
Kuil ini memiliki salah satu patung Buddha berbaring terpanjang di dunia serta beberapa patung berwarna yaksha dan makhluk mitos lainnya. Patung Buddha yang berbaring ini, berukuran dari 33 meter dari ujung ke ujung, patung ini juga berfungsi sebagai kolumbarium, di mana guci-guci yang dikremasi ditempatkan.
Lalu, beberapa patung Buddha yang lebih kecil dalam berbagai pose dan dapat dilihat di seluruh kuil, terutama menghiasi ruang doa utama. Sangat mengesankan, untukku .....
Ruang doa utama itu banyak dipakai oleh mereka dan wisatawan2 Buddha, termasuk Ketika aku dating disana. Dengan cara bersembahyang mereka dengagn lilin2 serta persembahan mereka.
Berbagai jenis lilin dengan wadah bunga Teratai, yang dijual disana untuk perlatan persembahyangan bagi yang mau bersembahyang ......
Peralatan persembahyangan di depan patung Buddha berbaring, dengan lilin2 yang menyala, membuat tempat itu penuh asap, sehingga AC tidak berfungsi walaupun tetap dinyalakan .....
Â
Kolumbarium sendiri adalah "rumah abu", yang merupakan penghormatan bagi yang sudah meninggal dan dikreamsi, serta akhirnya abu jenazahnya disimpan disebuah "pasu" yaitu sebuah guci untuk menympan sisa kremasi almarhum.
Aku berjalan diatas kursi roda mengelilingi patung Buddha berbaring sepanjang 33 meter, membuat aku terkagum. Patung ini berada di sebuahundak2an setinggi sekitar 80 cm. di depannya, terdapat peralatan bersembahyang, dan memang banyak yang bersembahyang disana.
"Rumah-abu2" yang berada di punggung Buddha berbaring ini. Foto pertama, adalah berada di dinding undakan tempat Buddha berbaring, Foto kedua, berada dalam ruangan tempat Buddha berbaring. Ada ribuan guci yang berisi abu2 jenazah yang dikremasi .....
Â
Ketika aku berkeliling ke arah belakang atau punggung patung Buddha berbaring ini, aku seketika ternganga karena banyak sekali foto2 dengan guci2 disana, dimana memang itu adalah sebuah rumah abu bagi yang mau menyimpan disana. Karena ada juga abu2 jenazah itu yang ditebar ke laut, seperti papi mertuaku yang ditebarkan ke laut di Parang Tritis, Yogyakarta.
Aku berjalan sangat pelan, dan sedikit banyak membaca masing2 dari mereka, terutama yang terlihat menarik. Misalnya, jika guci berwarna merah, atau jenis tulisannya yang besar2 dan berbeda dengan yang lainnya. Tentu saja akan mencolok dan membuat aku tertarik untuk membaca dan mem-fotonya.
Contoh salah satu yang menarik mataku untuk kuamati, karena bentuk gucinta dan tulisan nama serta fotonya. Umumnya, orang2 yang meninggal karena tua ......
Berbagai posisi Buddha bertebaran disana, adayang besar, berdiri atau yang duduk ala Buddha, banyak sekali. Sekali2 aku memfotonya, mengamatinya dan pasti kemudian aku berdecak kagum dengan pekerjaan yang halus dan seni yang tinggi.
Aku terus berjalan. Memakan waktu sekitar 1 jam di dalam ruang doa utama ini, sebelum aku melanjutkan lagi berjalan disekeliling bangunan ini, ada banyak bangunan2 khas bangunan keagamaan khas Thailand, dengan konsep arsitektural yang jelas.
Kutinggalkan ruang doa utama ini, dan aku keluar untuk menghirup udara segar karena di Dalam ruang doa utama itu, penuh asap, dimana sebenarnya aku alergi denan asap, yang membuat asma ku kambuh .....
#Eh, untung asmaku ga kambuh, koq, hihihi .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H