By Christie Damayanti
                                                          Â
Â
Hari semakin sore, setelah kami makan siang di kebun durian mereka. Setelah kami kecapekan keliling kebun durian sambal ngobrol dengan bapak mertua Leong, gentian aku duduk di kursi sambal mengobrol dengan ibu mertua Leong, yang sedang persiapan festival.
Sambil istirahat dan ngobrol di pondok kebun durian itu, mereka sudah memulai mengeluarkan material2 untuk membuat puluhan lampion, yang akan digantung2 di beberapa utas tali.
Bapak mertua Leong pun, sibuk dengan mengikatkan tali2 dari ujung ke ujung pertama, lalu ke ujung kedua dan ujung ketiga, Tali2 ini akan menjadi tempat bergantungnya lampion2 yang akan dibuat.
Aku sih masih bingung, harus membantu apa. Karena sepertinya semua sudah tidak butuh bantuan aku. Mereka sudah mengambil tugasnya masing dan sangat trampil sesuai dengan passionnya.
Sepertinya jelas tugas2nya. Bapak mertua Leong lebih untuk melihat2 keadaan dan coordinator semua. Ibu mertua Leong, memasak dan persiapan makanan2 bersaama adik Liang dengan suaminya. Ada yang memasak dan ada yang membakar2 yang memang harus dibakar.
Leong sendiri, dibantu anak2nya membuka lipatan2 lampion dan memasang lilin2 batere dalam lampion dan Liang yang memasang2 lampion2 tersebut di beberapa utas tali yang sudan disiapkan oleh bapaknya.
Aku?
Cuma duduk, teriak2 ngobrol dengan Leong, bermain dengan anak2 mereka, makan dan minum serta memotret apa yang menarikku untuk aku memotret untuk artikel2ku ......
                                                          Â
Â
                                                          Â
dibantu dengan anak2nya, Zhou Shian dan Zhou Hang .....
Dokumentasi pribadi:Â Setelah lampion2 terbuka dan sudah dipasangi lilin2 baterai, lalu digantung oleh Liang di tali2 yang sudah disiapkan oleh bapaknya .....
                                                          Â
Tentang Festival Kue Bulan, di berbagai negara mempunyai cara yang berbeda, Yang jelas, Festival Kue Bulan yang dibuat oleh keluarga Leong ini merupakan festival pribadi. Mereka tidak membawa lampion2 itu keliling kebun, tetapi digantungkan di bberapa utas tali.
Biasanya di Malaysia, kata Leong mereka masing2 membawa lampion2 itu keliling Kawasan sambil membawa beberapa alat2 musik untuk meramaikan festival itu. Saat itu, Leong dikirim lewat whatsAap, kegiatan Festival Kye Bulan dari tetangga unit apartemennya di Penang daratan.
Anak2 mereka membawa 1 anak 1 lampion, dan mereka keliling apartemen dan sekitarnya, dan orangtua mereka mengikuti dari belakang.
Lalu, untuk makanannya yang "harus" ada ya Kue Bulan. Dan karena ini festival pribadi, Â mereka juga membuat Kue Bulan dengan tangan mereka sendiri. Dengan bentuk yang berbeda disbanding dengan Kkue Bulan yang dijual di pasaran.
Tetapi, aku juga baru tahu, Kue Bulan itu berbagai jenis dan berbgai bentuk. Ada yang kecil dan besar, dan di Malaysia sendiri ternyata tidak semua negara bagian Malaysia mempunyai Kue Bulan yang kecil, misalnya.
Ibu mertua Leong yang membuat Kue2 Bulan saat itu,m yang berbeda bentuk dan besarnya. Tetapi, isinya sama saja. Dan, tentang rasa tergantung si pembuat. Yang jelas, Kue Bulan yang kecil, itu enak sekali! Agak kering dan isinya Cuma kacang hitam saja .....
Dokumentasi pribadi
Yang harus ada selain Kue Bulan adalah Chinese Tea, Pamelo (Jeruk Bali), bakara2an seperti singkong, ubi, jagung dan sosis dan bubur santan (seperti kolak) .....
                                                       Â
***
Setelah selesai semuanya, kami berkumpul di pondok. Dengan puluhan lampion yang diterngai cahaya lilin2 baterai, membuat kebuh durian itu sedikit menjadi terang di sekitaran pondok kami. Mereka banyak mengobrol dengan Bahasa Mandarin yang aku tidak mengerti, tetapi aku merakan kebahagiaan mereka.
Setelah makan malam, kami mulai membereskan lampion2 itu karena sudah mulai gerimis, Jika tidak gerimis, lampiom2 itu akan tetap tergantung disana. Gerimis semakin besar. Kami pun membereskan semua barang2 kami yang harus dibawa pulang.
Tetapi, peralatan2 memasak, tidak dibawa pulang karena ada pentimpanan di pondok kebun. Gerimis semakin deras, dan kami harus pulang. Waktu saat itu menunjukkan jam 10.00 malam.
Aku diantar Leong ke hotelku di downtown Sungai Petani, teteapi dia dan keluarganya menginap di rumah orang tuanya, di pinggiran kota Sungai Petani.
Pengalaman yang luar biasa dengan keluarga asli Malaysia keturunan Chinese yang luar biasa. Tidak kubayangkan aku berada di tengah2 keluarga mereka dan aku sungguh menmikmatinya, bahkan dengan keluarga besar nya.
Festival Kue Bulan yang memang sebuah festival pribadi yang ada, itu punm memberkas di hatiku, betapa keluarga Leong terlihat sangat saling mengasihi satu dengan yang lain.
Sebuah pengalaman yang luar biasa di Malaysia dengan keluarga yang sungguh juga luar biasa ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H