Sungai Petani jika aku meresapimya seperti Jakarta di area Jakarta Barat, kota tua. Bedanya adalah Sungi Petani benar2 masih memanfaatkan ruko2 heritsgenya, yang juga tidak boleh dibongkar, sementara kita tua Jakarta, banyak yng sudah dibongkar dan yang masih ada pun lebih banyak ditinggal kosong.
Ada beberapa bangunan heritage yang dimanfaatkan sebagai bangunan kantor atau pemerintahan. Untuk lingkungannya, memang baik kota tua Jakarta dengan Sungai Petani, termasuk di ibukota George Town, sama2 belum ramah disabilitas ......
Memang, sangat dusayangkan. Bahwa ketika aku berada disana aku sangat tidak bisa berjalan2 di perkotaan karena tidak ada pedestrian yang bisa aku jalani. Seperti Jakarta saja, Jika aku bisa memotret seperti ini, karena aku dimobil Leong, atau ketika aku sendirian dan dijemput oleh taxi online (taxol).
Tetapi, sudahlah .....
Aku sangat memahami tentang "kota ramah disabilitas". Dimana Indonesia termasuk Malaysia adalah negara2 berkembang dan baru mulai "peduli disabilitas" saat2 sekarang ini. Dan juga, jika kedua Negara ini ingin memangun "kota ramah disabilitas", sangat tidak gampang.
Membutuhkan waktu, tenaga dan dana besar. Kota2 di kedua Negara ini sudah tua, dan bertumbuh sehingga sangat sulit untuk membangun kepedulian, Bukan hanya kota nya saja, tetapi agaimanawarga kota yang masih membutuhkanasupan kebutuhan sehari2 dibandingkan membangun "kita ramah disabilitas".
Jadi, tidak akan terlihat aku dengan latar belakang bangunan2 heritage seperti di Singaore, ya! Karena aku sama sekali tidak bisa berjalan disaa, karena pedestriannya benar2 seperti Jakarta yang masih amburadul.
Yang sangat menarik di kota Sungai Peati memang bangunan2 heritagenya. Dan, berikut ini, sebagian foto2ku tentang bangunan2 heritage di Kota Sungai Petani .....