By Christie Damayanti
 Perjalanan ke kota Sungai Petani, ditemani keluarga Leong bersama istrinya Liang dan kedua anaknya Zhou Shian dan Zhou Hang, membuat perjalanan ini sama sekali tidak membosankan. Ditambah pemandangan baru yang aku belum pernah melihatnya, suasana Negara bagian Kedah, membuat aku semangat memotret2 apa yang aku ingin abadikan.
Sebelum sapai ke rumah keluarga besar Liang, Leong sengaja berputar2 dahulu untuk membawaku berkeliling sekitar Kedah, salah satunya adalah rumah panggung.
Rumah panggung?Â
Untuk apa memepelajari ini?Â
Kan di Indonesia berbagai rumah panggung ada?Â
Buat apa peduli dengan rumah panging Malaysia?
Percaya, deh. Pasti banyak pertanyaan2 seperti ini, kan? Aku tidak peduli, tetapi aku hanya ingin mengulas bagaimana aku selalu melakukan ruset dan survey kecil, untuk menujukkan bahwa ketika aku traveling keberbagai kota atau Negara, aku sangat detail melakukannya karena memakai "hati".
Rumah panggung memang banyak terdapat di Indonesia, bahkan berbagai jenis rumah panggung dengan berbagai ragam budayanya, mungkin ada di semua provisi di Indonesia.
Tetapi, aku tidak mau sombong bahwa seakan rumah panggung itu hanya terdapat di Indoneisa saja. Aku kiq yakin walau belum pernah pergi di negaa2 Asia (terutama) yang mempunyai rumah panggung.
Konsep rumah panggung adalah mereka membangun di tepi hutan dan dibangun tinggi supaya salah satunya menghindari binatg2 buas. Dimana, di bawah lantai rymah itu, diperuntukkan sebagai gudang.
Rumah panggung di Malaysia, dimana Malaysia bisa dikatakan sama dan sebangun dengan Indonesia, sebagai Negara tropis dan letaknya berdekatan, sehingga jika mau dikatakan, bahwa rumah-panggung2 di Indonesia, ya sama dan sebangun dengan rumah-panggung2 di Malaysia.
Atau tepatnya, Rumah Panggung Melayu, daari kayu tanpa paku ......
Rumah Melayu adalah rumah kayu atau rumah kampong pada masa dahulu. Dengan adanya banyak perpindahan penduduk dari desa ke kota, yang disebut urbanisasi, ramah orang2 Melayu tidak lagi mengenal cirri khas dan bentuk rumah kayu tradisional, mauoun cara membangunnya yang tanpa paku.
Tentu saja, dijaman dahulu, mereka tidak mengenal paku, bahkan belum ada paku. Yang ada, mereka membuat pasak2 kayu untuk menghubungkan antara kayu2 untuk membangun rumah itu, seperti paku. Pasak itu sangat solid dibndingkn paku. Karena antara kayu dan paku (besi) merupakan 2 material yang berbeda.
Sehingga, pada saat dan waktunya, paku akan mengikis kayu dan paku atau material besi itu akan berkarat. Sedangkn, jika antara kayu dengan kayu dihunungkan dengan pasak, yang juga bermaterial kayu, itu bisa lebih bertahan dibandingkan dengan pakuÂ
Paku bisa dicongkel dan hubungan antar kayu itu, bisa longgar dan lepas. Tetapi jika dengan pasak, memang tetap bisa dicongkel, tetapi akan jauh lebih sulit untuk diconkel dan dilepas.
Tetapi,
Apapun jenis materialnya, pada saatnya akan aus, rapuh  dan "hilang". Apapun itu. Misalnya, jika elektronik ketahanan material itu tidak lebih dari 5 sampai 10 tahun, setekah itu tidak bida dipakai lagi, atau bisa dipakai tetapi akan banak masalah.
Kayu pun sama. Walaupun ketahanan kayu jauh lebih kuat daribei dan baja jika kebakaran, kayu pun akan aus dan rapuh beratus2 tahun kemudian. Ya, bangunan kayu2 untuk Rumah Melayu tradisional, tidak akan tahan karena waktu, ditambah jika pemeliharaannya sembarangan. Sehingga, Rumah melayu di Malaysia juga di Indonesia, semakin "menghilang" .....
Kebamyakkan arsitek2 atau desainer2 sekarang ini memilih desain2 ala barat, walau di Negara barat pun banyak trdapat rumah2 kayu, dengan desain dan budaya yang berbeda. Arsitek2 sekarang ini, seringkali tidak mau peduli dengan bangunan2 tradisional yang dianggap "kuno", termasuk Rumah2 Melayu.
Sehingga, semakin tidak terkontrollah cerita dan sejarah budaya Negara yang berhubungan dengan Rumah2 Melayu ......
Rumah2 panggung di Indonesia pun sangant banyak, seperti yang aku tuliskan diatas. Selain bagian bawahnya untuk gudang, ereka juga memanfaatkannya untuk aliran banjir, dan tidak masuk ke dalam rumah.
Rumah2 Melayu baik di Malaysia dan di Indonesia pun, sekaang ini semakin punah, dan seiring dengan waktu rumah2 ini hanya menjadi sebuah kenangan saja.
***
Berkeliling diarea Kedah luar kota, sebelum masuk kota Sungai Petani, kami hanya menemukan 1 Rumah Melayu yang dipermodernkan dan lantai bawahnya untuk menjemur pakaian dan memarkir mobilnya.
Coba, itu!
Bahkan, Negara bagaian Kedah yang masih tidak tersentuk kemodernan sepeperti Kualalumpur minimal Penang, setelah berkeliling agak jauh, kami hanya menemukan Rumah panggung Melayu. Mungkin ada dipelosok pedesaan Kedah. Tetapi, aku juga tidak terlalu yakin tentang itu.
Leong masuk ke area Rumah Melayu itu. Sebuah ruamh panggung yang cukup cantik, walau tidak terlalu terawat. Sepertinya, ini rumah warisan, tidak dibongkar tetapi bisa masih ditinggali, dengan esntuhan2 modern minimal.
***
Mempelajari sesui sesui dengan hati dan passion, memang menyenenagkan. Seperti yang selalu aku lakukan ketika aku pergi ke tempat yang baru. Walau aku tahu, bahwa rumah panggung seperti ini anyak terdapat di Indonesia, tetapi aku tidak lupa menyempatkan melakukan survey ketika aku traveling ke Malayisa.
Gambaran lehidupan jaman itu, terangkum di kepalalu, ketika rumah panggung ini sedang jawa. Dan, terlihat suram ketika modernisasi merambah dimana ......
Tidak muluk2, tetapi aku tetap berharap ada orang2 yang mau dan bisa merawat rumah2 panggung seperti ini, untuk keturunannya, kelak, sehingga sejarah arsitektur terus berumbuh dan berkembang ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H