Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Panggung Melayu di Kedah dari Kayu Tanpa Paku

14 Desember 2022   11:07 Diperbarui: 14 Desember 2022   12:47 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi. Rumah panggung Melayu di Negara Bagian Kedah menuju kota Sungai Petani, September 2022

Konsep rumah panggung adalah mereka membangun di tepi hutan dan dibangun tinggi supaya salah satunya menghindari binatg2 buas. Dimana, di bawah lantai rymah itu, diperuntukkan sebagai gudang.

Rumah panggung di Malaysia, dimana Malaysia bisa dikatakan sama dan sebangun dengan Indonesia, sebagai Negara tropis dan letaknya berdekatan, sehingga jika mau dikatakan, bahwa rumah-panggung2 di Indonesia, ya sama dan sebangun dengan rumah-panggung2 di Malaysia.

Atau tepatnya, Rumah Panggung Melayu, daari kayu tanpa paku ......

Rumah Melayu adalah rumah kayu atau rumah kampong pada masa dahulu. Dengan adanya banyak perpindahan penduduk dari desa ke kota, yang disebut urbanisasi, ramah orang2 Melayu tidak lagi mengenal cirri khas dan bentuk rumah kayu tradisional, mauoun cara membangunnya yang tanpa paku.

Tentu saja, dijaman dahulu, mereka tidak mengenal paku, bahkan belum ada paku. Yang ada, mereka membuat pasak2 kayu untuk menghubungkan antara kayu2 untuk membangun rumah itu, seperti paku. Pasak itu sangat solid dibndingkn paku. Karena antara kayu dan paku (besi) merupakan 2 material yang berbeda.

Sehingga, pada saat dan waktunya, paku akan mengikis kayu dan paku atau material besi itu akan berkarat. Sedangkn, jika antara kayu dengan kayu dihunungkan dengan pasak, yang juga bermaterial kayu, itu bisa lebih bertahan dibandingkan dengan paku 

Paku bisa dicongkel dan hubungan antar kayu itu, bisa longgar dan lepas. Tetapi jika dengan pasak, memang tetap bisa dicongkel, tetapi akan jauh lebih sulit untuk diconkel dan dilepas.

Tetapi,

Apapun jenis materialnya, pada saatnya akan aus, rapuh  dan "hilang". Apapun itu. Misalnya, jika elektronik ketahanan material itu tidak lebih dari 5 sampai 10 tahun, setekah itu tidak bida dipakai lagi, atau bisa dipakai tetapi akan banak masalah.

Kayu pun sama. Walaupun ketahanan kayu jauh lebih kuat daribei dan baja jika kebakaran, kayu pun akan aus dan rapuh beratus2 tahun kemudian. Ya, bangunan kayu2 untuk Rumah Melayu tradisional, tidak akan tahan karena waktu, ditambah jika pemeliharaannya sembarangan. Sehingga, Rumah melayu di Malaysia juga di Indonesia, semakin "menghilang" .....

Kebamyakkan arsitek2 atau desainer2 sekarang ini memilih desain2 ala barat, walau di Negara barat pun banyak trdapat rumah2 kayu, dengan desain dan budaya yang berbeda. Arsitek2 sekarang ini, seringkali tidak mau peduli dengan bangunan2 tradisional yang dianggap "kuno", termasuk Rumah2 Melayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun