By Christie Damayanti
                                                 Â
                             Tampak depan Queensbay Mall, sama dan sebangun dengan mall2 di Jakarta
Â
Cerita tentang Quennsbay Mall di Penang, yan kata Leong merupakan mall yan terbaik disana, ternyata aku agak kesulitan untuk berbagai hal, sehubungan dengan konsep mall yang "ramah disabilitas".
Sejujurnya,
Aku tidak mengira bahwa Malaysiamasih sama dan sebangun dengan Indonesia. Kupikir, ketika Malaysia berdekatan denan Singapore, mereka bisa saja saling bersaing dalam berbagai hal, salah satunya untuk membangun fasilitas2 ramah disabilitas. Tetapi, ternate Malaysia masih setara dengan Indonesia dalam hal fasilitas disabilitas ini.
Benar, sih. Ketika aku masuk ke lobby utama Queensbay Mall ini, aku merasakan aura yang sama dengan mal2 sekelasnya di Jakarta. Senayan City, Plaza Indonesia dan Grand Indonesia, Central Park, Gandaria City serta Pondok Indah Mall.
Ketika terlihat dari luar, ya memang terlihat nyaman untuk disabilitas, ternyata sungguh aku sangat kesulitan.
Ceritaku dari awalnya, ya .....
Queensbay Mall serta Gurney Plaza Mall, itu sama dan sebangun di Penang. Ada beberapa titik yang aku tandai seperti juga di Jakarta. Salah satunya adalah mereka menempatkan tempat sampai tepat di bawah pencetan ombol lift.
Di Queensbay Mall, ada tidak tempat sampah yang dijasikan satu, dan ditempatkan di bawah tombol lift, yang membuat aku tidak bisa menendang atau mendorong 3 tempat sampah tersebut. Akhirnya, aku berdiri untuk menekan tombol lift!
                                                         Â
3 tempat sampai yang dijadikan satu, ditempatkan dibawah tombol lift,dan aku kesulitan untuk memencet tombol lift dan tidak bisa kudorong atau kutendang dengan kursi roda ajaibku, sehingga akhirnya aku berdiri untuk memencet tombol .....
Â
Untung aku bisa berdiri dan berjalan, bagaimana dengan teman2 disabilitas yang tidak bisa berdiri apalagi berjalan, dan tidak ditemani seiapapun? Akan bingung, sambil menunggu orang datang untuk menolongnya .....
Ini sebenarnya adalah titik sentral yang termudah dan termurah untuk memperbaiki mal yang lebih "ramah disabilitas". Mengapa?
Karena ini tidak membutuhkan biaya, tidak membutuhkan tenaga dan tidak membutuhkan pikiran yang muluk. Ini hanya membutuhkan sebuah KEPEDULIAN!
Tolong dipindahkan  di sisi yang tidak erada di bawah tombol lift. Kan, itu hanya memindahkan? Tidak memerlukan biaya? Dan, tidak memerlukan waktu dan pemikiran yang muluk? Tetapi, mereka harus mulai PEDULI untuk bisa melakukan hal ini .....
Karena, pada kenyataannya ketika di Jakarta aku selalu ngomel dengan petugas2 di mall2 di Jakaarta tentang hal ini, dan mereka memang memindahlannya. Tetapi, beberapa hari kemudian jikaaku kesana lagi, tempat sampah itu kembali lagi ke posisi semula, tepat di bawah tombol lift.
Entah, siapa yang mengembalikannya (pastinya adalah manajemen mall), tetapi ini jelas mreka sama sekali belum mempunyai sense kepedulian, bukan?
Ada lagi yang membuat aku ternganga berat di Queensbay Mall ini ......
Ketika aku mau ke toilet, aku lupa mengapa aku tidak masuk ke toitel disabilitas, tetapi aku masuk ke toilet umum perempuan. Apakah toilet disabilitas tidak ada, aku lupa. Jika tidak ada, sepertinya Queensbay Mall arus menata dirinya lagi, sebagai mall (katanya) terbaik di Penang.
Di toilet umum perempuan, ada 5 bilik dan 3 bilik diantaranya adalah dengan closet jongkok! Dan, di bilik dengan closet yang duduk pun, ada ketinggian lantai  sekitar 15 cm yang membuat aku sangat kesulitan memakai closet duduk tersebut!
Ini sangat mengagetkan .....
Kloset jongkok yang BAHKAN tanpa fasilitas flush serta tidak adanya maintenance karena jet-showernya pun tidak ada dan tidak ada ember untuk menyiram! Bagaimana ini?
Â
Bukan aku merendahkan yang namanya closet jongkok, toh dimana2 closet jongkok pun masih dipakai di beberapa kawasan, termasuk di Indonesia, bahkan di Jakarta sekalipun. Dengan harga yang murah serta budaya Indonesia untuk di pedesaan bahkan perkampunang perkotaan, tidak salah jika closet jongkok masih di produksi secara missal, termasuk TOTO.
Di Jakarta sekelas mall Queesbay yang penh dengan butik2 internasional, aku belum melihat ada kloset jongkok. Bahkan, di mall2 di Bekasi atau Depok atau Tangerang pun, aku tidak pernah melihatnya. Aku tidak tahu di kota2 kecil di Indonesia, ya. Sepertinya kloset jongkok walau tetap dipakai oleh warga, tetapi tidak berada di mall2 kelas internasional, ya?
Sekali lagi, bukan aku mau mendiskreditkan kloset jongkok, tetapi baca dahulu fokusku tentang artikel ini ......
Sebagian teanku berkata, ketika aku posting tentang closet jongkok ini, mereka memilih closet jongkok supaya lebih higienis karena tidak bersentuhan denan kulit kita. Iya, bagi mereka. Tetapi tidak bagi aku dan lansia, yang susah untuk jongkok.
Closet duduk pun bisa dimaintain. Minimal kita membawa selalu tissue basah sebelum memakainya, bahkan sapkan desinfektan kecil yang bisa dibawa kemana2, kan?
Ah, sudahlah .....
Yang jelas, ternyata walau Queensby Mall dikatakan yang terbaik di Penang, masih ada di beberapa titik yang benar2 aku harus berjuang untuk memakainya, sebagai disabilitas pemakai kursi roda .....
***
Lalu yang paling crusial di mall ini untukku adalah sewaktu aku harus pulang dan memanggil taxol, ketika aku tidak mau merepotkan Leong untuk memanggilkan taxol untukku.
Pertama,
Aku membawa 3 buah handphone, berhubungan dengan kegiatanku untuk survey disabilitas di Penang. Ada 1 hp yang mempunyai fasilitas mencari taxol, ada Grab dan GoCar. Tetapi, hp ini tidak aku aktifkan untuk roaming ke luar negeri, dimana yang bisa roaming tidak memunyai applikasi Grab dan GoCar.
Ketika aku minta tolong satpam untuk info tentang wifi gratis di mall itu, petugas bilang, "tidak ada", sehingga aku setengah mati mencari aplikasi di hp yang bisa roaming. Dan, petugasnya pun sangat tidak ramah, seperti aku hanya seseorang yang tidak diharapkan kehadirannya disana.
Huhuhu, jika di Jakarta, aku akan langsung laporkan kepada manajemen mall dan kutuliskan segera dan share ke twiiter serta tag ke instansi2 terkait! Jika di negeri asing, aku bisa ditangkap polisi, lageeeee ...... hahahaha ......
Kedua,
Taxol atau taxi online disana pun sering tidak ramah, dan ketika akhirnya aku bisa mendapatkan taxol dengan luar boasa susahnya, mereka tidak mau ke lobby mall, yang katanya berbayar. Ya tidak mengapa, toh aku bisa mengganti uang mereka, bukan?
                                                       Â
Taxol tidak mau ke lobby utama tempat aku menunggu dan dia mau aku yang turun ke jalan, dengan aku harus keluar agak jauh .....
 Dokumentasi pribadi
Trotoarnya semakin kea ah jalanan semakin rusak dan harus melewati patok2 besi yang berjarak hanya 60 cm, dimana kursi roda ajaibku tidak bisa melewatinya .....
Â
Tetapi, mereka benar2 tidak mau, sampai akhirnya blak balik mereka cancel, dan aku harus mencari yang lain. Lalu, ketika setelah beberapa kali di cancel, akhirnya aku berkata,
"Ok, aku akan tunggu di pinggir jalan", dan aku kepinggir jalan untuk bisa masuk ke taxol.
Tetapi lagi .....
Pinggir jalan yang termaksud adalah aku harus diatas trotoar yang kecil dan tidak nyaman untuk kursi roda, tidak rata dan berbukit2, aku pun harus keluar dari trotoar itu, kan?
Nah, trotoar itu dilengkapi oleh patok2 besi supaya tidak dimasuki motor, dengan jarak Cuma 60 cm! Yang celakanya, kursi roda ajaibku tidak bisa keluar dari trotoar! Yang lebih celaka lagi, driver taxol ama sekali tidak mau caek untuk mengangkat kursi roda ajaibku! Sayang, aku lupa memotret kasus ini, patok2 yang aku tidak bisa turun dan driver taxol yang tidak mau membantuku mengangkat kursi roda ajaibku .....
Trus, bagaimana akhirnya?
Aku minta tolong ke manajemen mall, dan seseorang mengantarkan aku ke tempat khusus untuk aku dengan kursi roda ajaibku untuk bisa mencapai taxol yang sudah datng, tetapi tetap dia tidak mau masuk ke lobby tempat aku menunggu ......
Astagaaaaaaa ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H