Aku melihat disana, memang banyak sekali warga Penang keturunan China yang sebagian besar berbahasa China, sdeperti sahabatku yang tinggal disana, Leong Ming Khong, tetapi dia pun bisa berbahasa Melayu.
Atau warga Penang ras Melayu yang benar2 bisa berkomunikasi denan ku yang berbahasa Indonesia, walau banyak salah arti, hahaha .....
Sedangkan yang warga Penang ras India atau yang lainya, memang kami lebih berkomunikasi dengan "bahara tarzan", karena mereka pun susah utuk berbahasa Innggris, hahaha .....
George Town yang sebagai ibukota Penang, menag luar biasa! Sebuah kota tua, walau di beberapa bagian juga modern, George Town benar2 menawarkajn wisata kota tua yang masih digunakan sebagai tembat untuk rumah tinggal atau berbisnis.
Sejak awal aku keluar dari bandara Penang internasional, aku memang tidak menemukan "tanda2" bahwa kota Penang mrupakan kota ramah disabilitas, setelah aku mengamati cepat tanda2 nya lewat kaca mobil Leong, sehingga otakku harus men-skip tentang survey ramah disabilitas.
Sangat terlihat, dengan jalan kecil diantara deretan ruko heritage, denganpedestrian dibawah kanopi atau atap ruko yang tidak rata dengan undak2an naik turun serta didepannya berjejer mobil marker, dimana untuk 2 arah jalan saja cukup sempit, bagaimana kursi roda ajibku bisa melintas?
Dengan berjalan di atas aspal? Itu adalah sangat berbahaya sekali, sehingga memang area Penang dan lingkunganya tidak atau belum ramah disabilitas .....
***
Aku berpikir cepat, apa yang aki bisa lakukan swelain berlibur dengagn keluarga Liong, adalah men-survey banyak hal tentang kota tua, dalam dunia arsitektur. Hhhhh ..... walau rencanna ku batal untuk disabilitas, ternate tidak kalah menariknya cerita tentang Penang yang sangat cantik dengan ibukota George Town nya sebagai sebuah kota tua yang sangat heritage.