By Christie Damayanti
Welcome to Penang, Pulau Pinang, Malayisa ......
Â
Jika aku pergi kemanapun, aku selalu "ga mau rugi". Termasuk tentang waktu. Klo bisa, pergi sepia mungkin supaya sampai di tempa cepat dan benar2 memanfatkan waktuku. Begitu juga ketika aku ke Penang kematin, aku pesan penerbangan terpagi dengan maskapai yang termurah, hahahaha .....
Yang terpgi adala jam 9.00 pagi hari itu, dan sampai penang sekitar 2 jam kemudian, dan sudah dijemput oleh teman filteliku, Leong Ming Khong dengan kedua anak2nya di Penang Airport Internasional .....
Menyenangka ketika mereka menyambutku dengan sangat suka cita. Leong tidak berubah, seperti tahun 2017 ketika dia datang ke Jakarta untuk urusan bisnisnya dan kami bertemu di Kantor Filateli Jakarta
Begitu aku ketemu mereka, sungguh aku merasakan kehangantan Leong dengan membawa poster besar dengqn tulisan, "Welcome to Malaysia, Christie" danlayar berjalan bertulisan namaku, "Christie Damayanti" ......
Astagaaaaa ......
Hatiku sangat hangat, aku mendapatkan keluarga baru di negeri seberang, Malaysia.
Anak2 Leong menyambutku dengan poster "Welcome to Malaysia, Christie" .....
Â
Kami sedikit bercakap2 dengan Leong, tetapi tidak bisa bicara dengan anak2nya, yang berumur 7 tahun dan 12 tahun karena mereka berbicara dengan Bahasa Mandarin.
Kami berjalan menuju mobilnya, yang diparkir di depan pintu "kedatangan" bandara, dan Leong membantuku untuk memasukkan kursi roda ajaibku yang memang besar, sedangkan dia punya mobil sedan yang cukup kecil untuk kursi roda ajaibku.
Untung kursi roda ajaibku, bisa disimpan di bagasi dengan susah payah karena terlalu kecil. Dan, kami pun meluncur ke downtown Penang, sambil kami mengobrol di mobil.
Â
Aku, Leong dan anak2 nya di mobil yang membawaku ke hotelku di George TownÂ
Anak2nya terlihat sangat ingin tahu. Leong menterjemahkan beberapa perkataan anak2nya Bertanya tentang aku, dan Leong menjawab yang dia tahu tentang aku. Anak2nya sungguh sangat lucu. Tubuhnya mungil2, tidak seperti Leong yang besar, hahah ..... mungkin mereka nurun dari ibunya, yang tidak bisa menjemput karena harus bekerja.
Kulit anak2nya putih seperti porselen, dan anak2 itu selalu lucu dan menggemaskan!
Leong membawa mobil dengan kecepatan rendah, supaya aku bisa mem-foto banyk hal sepanjang perjalanan. Karena aku belum pernah ke Penang, aku banyak bertanya tentang hal2 yang ada di dapanku. Sementara anak2 Leong berceloteh yang sama sehingga Leong harus melayaniku dan anak2nya untuk menjawab pertanyaan2 kami, hahaha .....
Dari bandara ke downtown Penang, melalui banyak bangunan2 apartemen. Dan, aku pun banyak pertanyaan seputaran tentang apartemen2 disana.
                                          Â
Bisa dibedakan, kan? Mana apartemen pemerintah dan mana apartemen swasta, seperti di Jakarta. Singapore, tidak atau agak susah membedakan aoartemen pemerintah dan aparetemn swasta, karena Singapore benar2 negara inklusi .....
 Seringkali pun, aku mengamati trotoar dan pedestrian2 disana, karena itu salah satu indikasi tentang "kota ramah disabilitas". Dan ternyata, aku memang meyinpulka bahwa Penang merupakan sebuah kota yang belum ramah disabilitas, seperti banyak kota2 di Indonesia, termasuk Jakarta .....
Sebuah Masjid di perjalananku ke hotelku. Jika diamati, tidak ada bedanya ini di Penang atau di Jakarta. Dengan kabel2 yang malang melintang serta bangunan2 tambahan atau "tidak mau digusur", berada di depan Masjid .....
Ketika aku bertanya tentang ini pun kepada Leong, jawabannya juga tidak jelas. Entah karena mmang dia tidak mengerti yang disebut "ramah disabilitas", atau karena dia tidak mengerti dengan bahasaku yang campur aduk, karena dia berbahasa Inggris dan Melayu campur Mandarin, hahahaha ......
Mobil terus meluncur. Sekali2 Leong memutar balik, ketika dia mau menjelaskan apa yang dijawab setelah aku bertanya. Sampai pada saatnya,anak2nya mengeluh lapar dan Leong menanyakan padaku,
"Mau makan apa?"
"Street food", jawabku karena kata teman2ku yang pernah dan sering ke Penang, katanya Penang terkenal denan "street-food" nya. Warung2 kaki lima, seperti di Jakarta dan kebanyakan kota2 besar atau kecil di Indonesia.
Ya, Malaysia memang identik dengan Indonesia, kan?
Leong membawa kami berputar2 mencari warung2 kaki lima, yang mereka sebut "street-food", dan ada seperti foodcourt yang merupakan tempat gabungan warung kaki lima yang difasilitasi oleh pemerinah daerah Penang.
Aku amati sedemikian, dan aku langsung mengambil kesimpulan bahwa memang Penang atau Malaysia (?) benar2 identik dengan Jakarta atau Indonesia .......
***
Gerimis rintik menyambutku menuju GeorgeTown downtown Penang. Perlahan, Leong membawa mobil nya menuju hotelku. International Penang Airport berada di Pulau Penang, dimana Penang terbagi 2 bagian. Di Pulau Pinang dan di Penang Daratan.
Dan, Pulau Pinang merupakan kawasan berlibur, dimana warga Malaysia aka nada di Pulau Pinang jika liburan. Saat itu,aku datang dimana Malaysai sedang bersiap untuk merayakan Hari Malaysia ke-65 tahun dan hari libur anak2 sekolah, sehingga anak2 Leong bisa ikut menjemputku di bandara.
Gerimis tidak membuat aku illfill, malah sebaliknya aku excited sekali tentang Penang, walau aku juga harus berpikir bagaimana aku bisa berkeliling Penang, padahal pedestriannya benar2 sma dengan Jakarta yang belum ramah disabilitas.
Welcome to Penang .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H