Sebuah Masjid di perjalananku ke hotelku. Jika diamati, tidak ada bedanya ini di Penang atau di Jakarta. Dengan kabel2 yang malang melintang serta bangunan2 tambahan atau "tidak mau digusur", berada di depan Masjid .....
Ketika aku bertanya tentang ini pun kepada Leong, jawabannya juga tidak jelas. Entah karena mmang dia tidak mengerti yang disebut "ramah disabilitas", atau karena dia tidak mengerti dengan bahasaku yang campur aduk, karena dia berbahasa Inggris dan Melayu campur Mandarin, hahahaha ......
Mobil terus meluncur. Sekali2 Leong memutar balik, ketika dia mau menjelaskan apa yang dijawab setelah aku bertanya. Sampai pada saatnya,anak2nya mengeluh lapar dan Leong menanyakan padaku,
"Mau makan apa?"
"Street food", jawabku karena kata teman2ku yang pernah dan sering ke Penang, katanya Penang terkenal denan "street-food" nya. Warung2 kaki lima, seperti di Jakarta dan kebanyakan kota2 besar atau kecil di Indonesia.
Ya, Malaysia memang identik dengan Indonesia, kan?
Leong membawa kami berputar2 mencari warung2 kaki lima, yang mereka sebut "street-food", dan ada seperti foodcourt yang merupakan tempat gabungan warung kaki lima yang difasilitasi oleh pemerinah daerah Penang.
Aku amati sedemikian, dan aku langsung mengambil kesimpulan bahwa memang Penang atau Malaysia (?) benar2 identik dengan Jakarta atau Indonesia .......
***
Gerimis rintik menyambutku menuju GeorgeTown downtown Penang. Perlahan, Leong membawa mobil nya menuju hotelku. International Penang Airport berada di Pulau Penang, dimana Penang terbagi 2 bagian. Di Pulau Pinang dan di Penang Daratan.
Dan, Pulau Pinang merupakan kawasan berlibur, dimana warga Malaysia aka nada di Pulau Pinang jika liburan. Saat itu,aku datang dimana Malaysai sedang bersiap untuk merayakan Hari Malaysia ke-65 tahun dan hari libur anak2 sekolah, sehingga anak2 Leong bisa ikut menjemputku di bandara.