Sementara, toilet disabilitas di Jepang sangat jelas, berwarna hijau dengan logo disabilitas yang besar di tengah2 toilet perempuan (pink/merah) dan toilet laki2 (biru) .....
Baik pintu swing itu membuka kedalam atau keluar, aku harus menahan pintu itu tertutup lagi, dengan mengganjalnya dengan kakiku atau kaki kursi roda ajaibku. Begitu aku mencoba lagi untuk membuka, aku merasakan beratnya pintu 1 meter itu dan semakin berat ketika aku menahan pintu dengan tangan kiriku yang sehat, sedangkan tangan kananku tidak bisa membantu karena tidak berfungsi sama sekali .....
Contoh seorang nitizen di Singapore yang mengganjal pintunya karena susah untuk dibuka ke dalam maupun ke luar, karena berat dengan door-closer dan besar .....
Itu hanya soal pintu, ada lagi beberapa masalah untukku sebagai end-user pengguna kursi roda, seperti berikut,
Pertama,
Pintu toilet disabilitas di Singapore sebagian besar adalah SWING DOOR, yang membuat end-user pengguna kursi oda seperti aku ini, sangat kesulitan untuk membuka dan menutup pintu, yang pada akhirnya jika di sekitar itu tidak ada orang, dan aku benar2 kesulitan membuka pintu, aku akan masuk ke toilet perempuan umum saja, yang pintunya kecil dan banak orang disana.
Kedua,
Pintu nya lebar 1 meter, dan menggunakan DOOR CLOSER di atasnya, sehingga semakin susahlah aku membuka pintu toilet disabilitas disana. Baik pintu itu membuka kedalam atau pun membuka keluar, aku benar2 kesulitan untuk membuka pintu. Walau jika mrmbuka dalam, masih memungkinkan, dengan mengganjal dan mendorong dengan kursi roda ajaibku .....
Ketiga,
Disetiap toilet disabilitas, masih banyak yang meletakan bin atau tempat sampah tidak dekat dengan closet atau wastafel, sehingga aku akan melempar tissue bekas pakai ke bin. Jika tissue itu jatuh, akan membuat kotor dan berantakan, dan jika aku merasa bin terlalu jauh, bisa saja aku membuah tissue bekas pakai itu ke dalam closet dan flush, yang mengakibatkan mampet suatu saat.