By Christie Damayanti
Konsep "jalur pemandu" di Singapoe, bukan dalam 1 keramik, tetapi dengan lempeng logam glossy berwarna yang diswsuaikan dengan warna permukaan lantai, serta akan bercahaya jika kena sinar lampu. Lempeng besi berdimensi, dengan ketinggian sekitar 0,5 cm .....
***
Jalur pemandu bagi disbilitas netra atau tuna netra merupakan keharusan di sebuah derah, kawasan, perkotaan bahkan yang lebih besar adalah Negara. Karena Negara menjamin kehidupan seluruh warga negaranya dengan hak dan kewajiban yang sama.
Jika hak dan kewajiban yang sama, tentu saja termasuk warga Negara disabilitas dan prioritas. Dimana warga Negara non-disabilitas membantu hak2 warga Negara yang disabiliras, salah satunya untuk membangun fasilitas2 untuk disabilitas dan prioritas atau lansia.
Ketika jalur pemandu bagi disabilitas netra berkolborasi dengan desain arsitektur dan perkotaan, akan sedikit ada perbedaan dibandingkan dengan jalur pemandu khusus untuk mereka yang di desain tanpa ada kolaborsi dengan estetikanya.
Tidak masalah sama sekali, ketika memang desain jalur pemandu ini terfokus dengan kebutuhan sang disabilitas, tetapi tidak bermasalah juga jika desain jalur pemandu itu saling berkesinambungan dengan konsep2 desain arsitektural.
Nah,
Di Jepang atau negara2 lainnya, sebagian besar desain jalur pemandu ini terfokus dengan konsep bagi disabilitas netra. Jalur pemandu mereka berwarna kuning terang, dengagn kenyataan bahwa disabilitas netra tidak selalu fully tidak bisa meliat sja, tetai banyak yang "low vision", atau orang2 yang masih bisa menikmati pengelihatan dengan cahaya2 tertentu yang masuk ke dalam mata mereka.