By Christie Damayanti
"The Helix Bridge"Â atau Jembatan Helix, (Jembatan Double Helix), adalah jembatan pejalan kaki yang menghubungkan Marina Centre dengan Marina South di daerah Marina Bay di Singapore. Secara resmi dibuka pada 24 April 2010 pukul 9 malam; namun, hanya setengah yang dibuka karena konstruksi yang sedang berlangsung di Marina Bay Sands.
Terletak di samping Jembatan Benjamin Sheares dan disertai dengan jembatan kendaraan, yang dikenal sebagai Jembatan Bayfront. Seluruh jembatan dibuka pada 18 Juli 2010 untuk melengkapi seluruh jalan setapak di sekitar Marina Bay. Wikipedia.
Pertama kali aku menyusuri Jembatan Helix ini, tahun 2012 juga pertama kali aku terbang ke luar negeri setelah terserang stroke di tahun 2010 di San Francisco. Aku memng sengaja ke Singapore, untuk mencoba dan melatih otakku untuk pemulihanku.
Dengan banyak diskus dengan dokter2 syaraf ku di Amerika dan di Jakarta, akhirnya aku mendapat ijin untuk terbang ke Singapore. Mengapa Singapore?
Karena, ini adalah Negara terdekat dari Jakarta, tidak jauh dan tidak terbang tinggi. Dimana otak seorang pasca stroke, sangat rentan dengan tekanan2, dimana bisa saja aku tiba2 dropt lagi. Dan, karena aku seorang traveler yang selalu ingin keliling dunia berkali2, aku harus melatih otakku untuk bisa terbang jauh dan tinggi dari permukaan bumi.
Aku masih ingin keliling dunia ke berbagai Negara jauh, dimana itu bisa membahayakan otakku yang memang sudah cacat.
Sebelum serangan stroke tahun 2010 di Amerika waktu itu, terakhir aku ke Singapore adalah tahun 2008 dan 2009, dimana Jembtan Helix belum ada. Jadi, ketika aku ke Marina Bay dan melihat jembatan ini terpampang di depanku, naluri arsitekku benar2 tertantang ......
Beberapa referensi tentang Jembatan Helix ini, aku baca dengan seksama, karena konsepnya menagn unik! Mengapa unik?
Iya, memang unik, karena begitu melihat jembatan itu, sebelum aku tahu konsepnya, jembatan itu seperti ular yang melingkar2, saling berbelit2. Tetapi semakin dekat aku melihat bukan ular, melainkan ulir2an besi beton, dengan titik2 simpulnya.
Dan, setelah aku googling tentang The Helix ini, ternyata The Helix merupakan jembatan yang dihasilkan terdiri dari dua struktur heliks halus yang bertindak bersama sebagai rangka tubular untuk menahan beban desain.
Pendekatan ini terinspirasi oleh bentuk struktur DNA melengkung. Tabung helix hanya saling menyentuh dalam satu posisi, di bawah dek jembatan. Dua anggota spiral dipegang terpisah oleh serangkaian struts dan batang cahaya, serta cincin yang kaku, untuk membentuk struktur yang kaku. Susunan ini kuat dan ideal untuk bentuk melengkung.
Jembatan ini, bermaterial kan stainless steel, saling menyilang dan bertemu dengan penyangga beton di kedua sisi. Melintang di atas Singapore River, dan khusus untuk pejalan kaki. Menarik sekali!
Jika dipandang dari salah satu sudut seperti foto ini, bukan sebagai ular yang melingkar atau untur DNA yang bersimpul, tetapi ini seperti jala untuk menjala ikan. Memang konsep yang unik ......
 Jembatan Helix 280 m terdiri dari tiga bentang 65 m dan dua bentang ujung 45 m. Jika baja itu direntangkan lurus dari ujung ke ujung, panjangnya 2,25 km. Helix utama dan minor, yang berputar berlawanan arah, memiliki diameter keseluruhan masing-masing 10,8 m dan 9,4 m, sekitar 3 lantai.
Helix luar dibentuk dari enam tabung (berdiameter 273 mm) yang disetel sama-sama. Helix bagian dalam terdiri dari lima tabung, juga berdiameter 273 mm. Di atas sungai, jembatan ini didukung oleh tiang baja stainless tapered yang luar biasa ringan, yang diisi dengan beton.
Kolom membentuk bentuk tripod terbalik yang mendukung jembatan di atas masing2 pilecaps. Jembatan ini memiliki berat total sekitar 1700 ton.
Wuuuihhh ......
Kursi rodaku sangat nyaman untuk menyeberangi sungai Singapore di atas Jembatan Helix. Sebuah konsep cantik, di sebuah negar super modern di Asia Tenggara, mampu memberikan Singapore memang menjadi negara termaju di Asia Tenggara.
Konsep The Helix meang benar2 unik. Tidak pernah terpikirkan olehku bahwa si perancang mendesain jembatan yang mengandung unsur DNA. DNA? Bahkan, tidak semua orang pernah mendengar tentang DNA! Bisa2 nya si perancang memikirkan untaian DNA menjadi sebuah jembatan .....
Otoritas Angkutan Darat Singapoer, mengklaimnya sebagai yang pertama di dunia dalam desain jembatan arsitektur dan rekayasa. The Helix memenangkan penghargaan 'Bangunan Transportasi Terbaik Dunia' di World Architecture Festival Awards di tahun yang sama.
Sejak awal, proyek ini menimbulkan beberapa tantangan. Ada keinginan agar pandangan denah jembatan melengkung, sedemikian rupa sehingga menyatu dengan promenade tepi pantai di kedua sisi dengan mulus. Selain itu, diinginkan untuk membuat struktur yang ringan, berbeda dengan jembatan kendaraan 6 jalur yang berdekatan yang penampilannya agak berat.
Karena iklim tropis, brief juga mengharuskan jembatan untuk menyediakan tempat berteduh dan perlindungan dari sinar matahari langsung dan hujan lebat. Kombinasi dari faktor-faktor ini, bersama dengan keinginan untuk membuat struktur tengara, menghasilkan desain yang unik dan baru.
Salah satu fasilitas The Helix adalah list untuk naik turun pejalan kaki, jika tidak bisa lewat escalator. Lift ini berdinding tranparan, sehingga benar2 "menyaru" dengan The Helix
Karena struktur ini diilhami oleh struktur DNA, tampak penting bahwa fitur pencahayaan arsitektur harus menekankan berbagai bentuk dan kurva. Menjelang akhir itu, serangkaian lampu dioda pemancar cahaya multi-warna dinamis dipasang pada struktur helix.
The Helix dari sisi ini, bukan seperti simpul2 DNA, tetapi lebih seperti lingkaran2 yang saling bertautan, bentuk futuristic dan modern ...... Aku di Helix Bridge tahun 2022
Lampu yang menghadap ke luar menonjolkan lekuk-lekuk struktural yang menyapu, dengan susunan cahaya lain yang menyinari kanopi internal kaca dan jaring baja untuk menciptakan membran cahaya yang dinamis.
Helix bagian dalam menggunakan cahaya putih untuk menerangi jalan bagi pejalan kaki. Lampu ini bekerja sangat baik dengan permukaan akhir dan warna elemen stainless steel.
***
Selama sebelum tahun 2000, aku melihat Singapore "biasa2 saja". Sebuah kota metropolitan modern, yang terus membangun, dalam susunan kultur budaya dunia. Tidak ada yang unik dan menjadi menarik, dan aku hanya melihat Singapore sebagai negara untuk sekedar "berlibur" dari tanah air yang terdekat.
Tetapi ketika Singapore terus berbenah, negeri ini semakin memancarkan auranya semakin berwarna warni, dengan bangunan2 baru yang unik dan menarik.
Seperti misalnya, area reklamasi Marina Bay. Disana, berbagai bangunan unik dan mdern dengan berbagai fungsi muncul. Contohnya, Hotel Sands Maria, The Esplanade, Garden by The Bay, dan The Helix.
Mengamati The Helix di atas kursi roda, memberikan aku banyak inspirasi. Otak arsitek ku terus berkecambah. Melihat The Helix membuat hatiku sungguh ceria.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H