By Christie Damayanti
Dokumentasi pribadi
SkyTerrace@Dawson, apartemen pemerintah dengan fasilitas2 yang "ramah disabilitas"
Bicara tentang disabilitas, pasti setiap Negara mempunyai kepedulian dengan mereka, karena pada saatnya, semua oang akan menjadi seorang disabilitas karena usia. Disabilitas bukan sekedar seseorang yang cacat, tetap juga orang2 lansia disebut disabilitas karena mereka sudah tidak mampu melakukan hal2 yang dahulu mereka bisa lakukan.
Bulan Juli 2022 lalu, aku ke Singapore untuk benar2 mempelajari konsep2 Singapore tentang disabilitas serta berbagai fasilitas yang dibangun negera tersebut bagi disabilitas. Aku survey untuk mendapatkan yang terbaik, yang mungkin bisa diadaptasikan untuk disabiliras Indonesia.
Apa yang dianggap sebagai disabilitas di Singapore?
Definisi disabilitas sangat bervariasi antar negara. Menurut Enabling Masterplan Singapore, penyandang disabilitas  adalah mereka yang prospeknya untuk mengamankan, mempertahankan tempat dan maju dalam lembaga pendidikan dan pelatihan, pekerjaan dan rekreasi sebagai anggota masyarakat yang setara secara substansial berkurang sebagai akibat dari cacat fisik, sensorik dan intelektual sebagai serta autisme.
Sebagai lembaga terdepan dan fokus untuk disabilitas di Singapore, SG Enable meningkatkan kesadaran tentang masalah disabilitas dan memfasilitasi aksesibilitas dan layanan disabilitas. Ini menyatukan mitra untuk berbagi pengetahuan, berkolaborasi dan berinovasi, berjuang menuju tujuan bersama untuk membangun Singapore yang inklusif dan memungkinkan kehidupan. Didirikan oleh Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga pada tahun 2013.
Kementerian Pendidikan juga mengawasi dukungan bagi siswa dengan kesulitan belajar atau kebutuhan pendidikan khusus, sedangkan Kementerian Kesehatan mengawasi dukungan terkait kesehatan mental.
Menurut statistik pemerintah Singapore, di antara penduduk penyandang disabilitas dalam usia kerja 15 hingga 64 tahun pada tahun 2020 dan 2021, rata-rata 30,1% bekerja, 3,8% tidak memiliki pekerjaan dan aktif mencari pekerjaan, dan 66,2% sisanya bekerja. di luar angkatan kerja, dengan sebagian besar dari mereka menyebutkan kesehatan yang buruk atau kecacatan sebagai alasan utama.