By Christie Damayanti
Singapore, dikenal dengan Negara 1000 denda dan peraturan atau "negeri apartemen", yang meemberikan banyak inspirasi, karena dengan denda dan peraturan2 nya itu, justru membuat Singapore menjadi sebuah negeri inklusi ......
Bicara tentang disabilitas dan kaum prioritas atau lansia di Singapore, sangat banyak aturan2nya untuk membangun fasilitas2 urban dan perkotaan. Jika mereka tidak memenuhi aturan2 tersebut, pemerintah Singapore tidak akan memberikan ijin untuk mereka untuk membangun, meski dsainnya luar biasa!
Sehingga, mereka sudah terbiasa sejak awal untuk riset masing2 fasilitas2 untuk disabilitas dan prioritas dan mengkolaborasikan desain modern mereka dengan desain aksesibilitas mereka untuk warga yang terbatas. Tidak semata2 mereka hanya mendesain desain yang unik atau modern saja, tetapi bagaimana mereka mampu memberikan akses untuk setiap warga Negara masuk ke bangunan yang di desain mereka.
Aku banyak mendapat masukan tentang ini, ketika ada teman yang dahulu adalah anak2 mahasiswa kerja praktek di Central Park, mega proyek yang aku kerjakan sejak tahun 2007 sampai 2009. Andry Halim, namanya.
Kami berteman di Facebook, dan ketika aku ke Singapore Juli 2022 lalu, dia menghubungiku kewat inbox Facebook, dan dia menawarkan aku untuk jean2 keliling sebuah area permukiman lama dengan community2 unikt, sebagai referensiku untuk survey disabilitas.
Menarik sekali, dan aku pasti meng"iya" kan!
Dan, sejak itu dia sering mengirimkan link2 yang pastinya aku butuhkan untuk menuliskan laporanku tentang disabilitas dam fasilitas2nya di Singapore. Salah satunya, Andry mengirimkan peraturan2 di Singapore tentang hal tersebut lewat "Code on Accessibility in The Built Environment 2019"
Kode tentang aksesibilitas ini sangat penting dalam membangun bangunan dan lingkungan yang inklusif. Pedoman dan aturan2 ini tidak hanya menginformasikan persyaratan serta memberikan standard2 yang berkaitan tentang aksesibilitas dan desain universal, tetapi juga berfungsi untuk mendorong industry dalam mewujudkan aksesibilitas lingkungan permukiman khususnya dan urban serta lingkungan perkotaan pada umumnya di Singapore.
Awalnya sejakt tahun 1990 tentang Aksesibilitas yang Bebas Hambatan di Bangunan2, konsep tersebut berkembang di tahun 2007 untuk memasukkan seluruh lingkungan binaan, bukan hanya bangunan2 saja. Singapore membentuk Komite Peninjauan Kode dan berkonsultasi dengan penentu kepentingan, seperti lembaga2 pemerintah, organisasi kesejahteraan, komunitas, dan sebagainya.
Proses konsultasi ini, mengumpulkan banyak saran dan komentar dari warga Singapore dan industry, dibahas, diselesaikan dan dibangun!
Tahun 2013 di Singapore, proporsi penduduk lanjut usia atau prioritas sangat meningkat dari 11% menjadi 14% pada tahun 2018 dan diprediksi sampai 21% pada tahun 2022 ini. Semus mulai berubah sehingga komite memurnikan persyaratan semakin ketat sehingga pemerintah Singapore mendapatkan lebih baik dan lebih adil bari prioritas dan disabilitas. Termasuk tempat parkir yang lebih mudah diakses atau jalur jalan yang pendek untuk maneuver yang lebih mudah bagi pengguna kursi roda.
Pada saat yang sama, banyak kemajuan teknologi yang menghasilka alat2 bantu bagi prioritas dan disabilitas di Singapore, yang memungkinkan mereka memiliki kesempatan yang jauh lebih luas di lingkungan perkotaan.
Komite ini akhirnya lebih meningkatkan peraturan2 untuk mereka dan penyediaan ruang2 bnaan yang lebih luas lagi untuk mereka, seperti toilet2 disabilitas dan untuk kaum prioritas yang berteknologi.
Mereka semakin meningkatkan martabat warga Singapore untuk semuanya mampu mengakses, termasuk yang terbatas bagi disabilitas dan kaum prioritas, termasuk ibu2 yang menyusui bisa dimanapun dalam ruang2 pribadi.
Tentunya, terwujudnya lingkungan inklusi  yang dapat diakses oleh semua orang, membutuhkan upaya bersama, dari pemerintah sampai pelaku industry secara professional. Aturan2 ini HARUS MEMASUKKAN ini sebagai persyaratan secara fase desain dan akhirnya membangun, dengan keterlibatan dari awal bagi end-user dan semua orang yang relevan yang akan memberi peluang untuk membentuk binaan yang kompeten dengan dampak yang minimal.
Karena, jika mereka tidak melibatkan orang2 yang relevan sebagai end-user, akan berdampak membengkaknya biaya untuk membetulkannya.
Menurut Andry Halim, peraturan2 itu harus ditegakkan dan tidak ada negosiasi. Jika tidak, bangunan itu tidak akan bisa dibangun dan tentu ini akan berdampak luar biasa bagi industry. Peraturan yang keras, akan membuat Singapore ini menjadi Negara yang kuat untuk bisa menjajakan kakinya sebagi "negeri inklusi" ......
***
Dalam membaca buku pedoman ini tentang tata cara aksesibilitas di Singapore ini, aku berkeyakinan bahwa pedoman2 dan aturan2 ini pun, sudah ada di Jakarta atau Indonesia, etapi bedanya adalah jika negar kita masih kurang untuk peduli sesame, sehingga semua pedoman dan peratiran2 yang ada, sepertinya tidak atau kurang membuahkan hasil.
Konsep2 yang dituangkan di pedoman Singapore ini, membuktikan adanya keselarasan antara pemerintah dam warganya, dalam mewujudkan sebuah kepedulian untuk membangun Negara Singapore.
Bahwa, "ramah disabilitas" itu, bukan hanya di 1 titik saja yang sering terjadi di Jakarta, tetapi semua aera yang berlanjut yang tidak terhalang untuk menghubungkan semua elemen dan ruang. Tidak boleh ada tangga, tidak boleh ada pintu2 kecil dan pintu putar, tidak boleh ada escalator dan sebagainya.
Di Indonesia, tahun 2000 dengan Presiden Abdurrahman Wahid, penyediaan akseibilitas mulai diperjuangkan salah satunya adalah GAUN Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional 2000, yang merupakan wujud kepedulian dan kepekaan pemerintah terhadap tuntutan perjuangan disabilitas, yang selama sebelumnya diperlakukan diskriminatif dan dipinggirkan.
Dengan wujud nyata AKAN MEMBANGUN sarana dan prasarana untuk disabilitas dan prioritas. Tetapi, sekarang GAUN tidak terdengar lagi, dan agenda2 membangun semuanya itu, hanya sekedar agenda pemerintah semata.
Sampai pada beberapa tahun belakangan ini, banyak komunitas menyerukan lagi tentang agenda2 ini, untuk terus bisa peduli dan membangun fasilitas2 tersebut, termasuk dari aku yang selalu menuliskan dan menggembsr gemborkan serta menulis dan membagikan ke semua media2 sosialku dan tag kepada pihak2 terkait lewat Twitter, untuk Indoneisa dan Jakarta pada khsusnya, mulai berubh!
Tulisan2ku selanjutnya untuk rencana menulis banyak buku bertema "Disabilitas di 4 Benua" ini, untuk membahas bagaimana negarq2 yang peduli memperlakukan disabilitas dan pioritas nya di masing Negara dan bagaimana aku akan membawa konsep2 terbaik dari masing2 negara dengan melakukan survey2 sendirian hanya bersama Tuhan ku dan kursi roda ajaibku yang diperlengkapi yang dimodifikasi dengan peralatan survey2.
Kana banyak tulisan2 yang membahas tentang ini, dan aku sudah memulai dengan Jakarta dan Bali sebagai "wakil" dari Indonesia.
Dan, aku mulai dengan Singapore, sebagai Negara yang terdekat dari Indonesia, tetapi mempunyai tata cara desain untuk disabilitas dan priortas yang luar biasa, serta sebuah "negeri inklusi:" yang peduli dan sangat memanjakan semya warganya dengan fasilitas2 lur biasa bagi seluruh warga Negara, termasuk disabilitas dan kaum prioritasnya......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H