By Christie Damayanti
Menyusuri Balestier Road di sore hari .....
Aku sengaja minta tolong kepada sahabatku, mas Kardy Chiu untuk mencarikan hotel kecil yang murah tapir amah disabilitas di lingkungan perumahan.
Pertama, jika kemanapun menurutku hotel adalah hanya untuk menyimpan barang dan untuk tidur dan istirahat. Hotel bukan untuk dinikmati jika kemanapun, karena waktu kita padat dan sibuk selalu diluar.
Kedua, kedatanganku ke Singapore memang untuk survey, bukan untuk traveling dan bersenang2 saja, Dan jika aku tinggal di hotel biasa aerah wisata, sama saja bohong, sehingga aku mencari hotel2 yang dekat dengan permukiman sesuai dengan targetku.
Ketiga, aku minta cari hotel yang cukup dekat dengan apartemen mas Kardy Chiu, sehingga jika aku mendapatkan kesulitan, dia bisa segera menolongku.
Catatan :
Ternyata, dia selalu membantuku, bahkan jika hotelku jauh. Dia adalah malaikat pelindungku, yang dikirim Tuhan khusus untukku selama aku berada di Singapore. Terima kasih, Tuhanku, terima kasih mas Kardy .....
Hotelku adalah Hotel Budget Balestier. Lingkungannya adalah permukiman apartemen2 kelas menegah kebawah dan banyak dihuni oleh warga Singapore keturunan Tionghoa, dan sedikit keturunan India dan Arab, mungkin berjumlah puluhan. Dan, Balestrier adalah salah satu area heritage Singapore.
Keluar dari hotel. Pedestriannya sangat ramah, dengan lebar sekitar 1,5 meter, sebuah standard ukuran dimensi pedestrian untuk nyaman bagi pengguna kursi roda, karena bisa berjalan 2 arah dengan orang2 yang berlalu dengan arah yang berbeda.
Permukaannya mulus, tanpa retak sedikitun apalagi rusak. Sebagian besar dilapis dengan permukaan keramik berwarna merah, entah bagaimana konsepnya.
Yang aku belum mengerti, mengapa disemua pedestrian di Singapore, tidak ditambahkan jalur pemandu untuk disabilitas netra, tetapi aku mendapatkan jelur pemandu hanya di setiap ujung pedestrian untuk menyeberang. Keramik 30 cm x 30 cm dengan warna kuning dan permukaannya dot2, yang berarti adalah "berhati2".
Pedestrian lebar 1,5 meter miniml, tanpa jalur pemandu bagi disabilitas netra, tetapi di ujung pedestrian, ada keramik kuning dengan dot2 berarti "berhati2" ....Dan untuk ketinggiannya selalu berbentuk ramp yang smooth, tanpa sama sekali dengan perbedaan ketinggian ....
Dengan standard antara 1,5 meter sampai 1,8 meter dan disabilitas netra atau low vision, dengan alat bantu tongkat yang standard nya diatur, mereka akan bisa menggapai ujung kanan dan kiri pedestrian, sebagaijalur pemandunya.
 Menurut teman ku Andry Halim, seorang arsitek muda yang menetap di Singapore dan bekerja di sebuah konsultan arsitektur terkenal disana, bahwa disabilitas netra harus selalu memakai tongkat putih yang menjadi alat bantunya, dan ketika mereka berjalan di pedestrian, mereka bisa menjangkau baik ke kanan atau ke kiri untuk menjaga arah jalannya (tongkatnya standard untuk mengjaga arah jalannya, dan hanya di ujung pedestrian ada pemandu "berhati2".
Jika di Balestier Road, jalan utama disana tempat hotelku berada, ketika aku mauk ke beberapa gang disana, justru pedestriannya lebih besar tetapi tidak memakai keramik berwarna merah. Untuk yang masuk ke permukiman disana, pedetriannya berdimensi sekitar 2,5 meter! Nyaman sekali untuk kursi roda ajaibku!
Semua area di Balestier bahkan seluruh Singapore, bebas sampah! Seperti di Jepang, di Singapore pun jarang terlihat tempat sampah tetapi public area nya sama sekali tidak ada sampah!
Jika ada permukaan yang berundak, mereka bukan membangun undakan/tangga, tetapi justru membangun ramp. Dan, jika ramp itu cukup terjal, mereka harus membangun railing kanan dan kiri dengan stainless steel, sesuai dengagn standard Singapore.
Foto atas, denga keramik merah di area Balestier Road sebagai area heritage dan foto bawah, adalah bahkan ramp di area cluster apartemen2 disana, tetapi railing dilengkapi dengan railing stainless steel, dengan maintenance yang luar biasa!
Bahkan, untuk ke area pertokoan di depan hotelku pun, setiap ada tangga selalu mempunyai ramp dengan derajat ketinggian rendah dan dilenkapi oleh railing stainless steel ....
Â
Fungsi railing tersebut, untuk orang tua atau anak2 yang harus menjaga keseimbangan tubuh mereka selama berada di kemiringan area tersebut. Standar yang luar biasa! Cukup mahal untuk material, dan maintenance nya pun luar biasa! Kuperhatikan, tidak ada debu sedikit pun di railing2 tersebut.
Derajat kemiringan ramp2 disana, tidak jauh2 dengan 4 derajat, serta smooth sekali! Nyaman sekali. Karena, menurut Andry Halim, jika membangun ramp terjal, tidak akan bisa lolos sesuai aturan. Dan, jika memang harus terjal karena sesuatu hal, itu ada dispensasi dan diperhitungkan sekali dengan kondisi serka keamanan pengguna.
What a Singapore!
Di Jakarta,
Jangankan railing berderajat rendah, ada railing saja sudah bersyukur. Misallnya, untuk ruko2 yang bertangga dimana suatu saat mereka butuh untuk menurunkan material dengan rolley, derajatnya bisa sampai 60, karena daerah untuk membangun ramp tidak ada! Sangat tidak bisa dipakai .....
Singapore memang sebuah Negara yang sedikit berbukit2 dan mereka membangun dengan keadaan tanpa cut and fill, sehingga menerka meang harus membangun ramp dimana2 untuk keamanan dan kenyamanan warga, terutama disabilitas dan prioritas.
Warga prioritas atau lansia memang banyak, mungkin saja piramida penduduk Singapore pun, hampir terbalik seperti di Jepang, sehingga pemerintah Singapore sangat peduli untuk mereka dan memanjakan warga nya, termasuk disabilitas.
Terlihat bahwa populasi prioritas atau lansia cukup besar di Singapore di tahun 2022 ini, sekitar 14.61%, dimana itu akan terus berkembang 2x setelah tahun 203! Dan, pemerintah Singapore sudah mengantisipasinya, salah satunya dengan membangun fasilitas2 disabilitas dan prioritas untuk masa depan mereka .....
***
Bicara tentang lingkungan perkotaan sebuah kota atau sebuah neegara, tentu harus sangat dipikirkan bagaimana pemerintah mampu dan mau menata hidup warganya untuk nyaman dan sejahtera. Karena, jika fasilits2 ruang public di perkotaan tidak ramah untuk warganya siapapun itu, mereka tidak akan bisa membuat negaranya nyaman dan akhirnya pada saatnya mereka akan menjadi beban negara.
Bayangkan saja, jika sebuah instansi sebenarnya membuka banyak lowong untuk mereka, tetapi mereka tidak bisa menuju instansi tersebut karena tidak ada fasilitas, mereka todak akan bisa bekerja karena tidak banyak dari mereka yang mampu untuk menyewa taxi menutu instansi tersebut.
Yang akhirnya, mereka tidak bisa menghasilkan uang untuk hidup mereka, dan mereka akan menjadi beban Negara.
Singapore sadar akan hal tersebut, sehingga pemerintah sudah mengantisipasinya lewat bnyak hal, salah satunya adalah membangun fasilitas2 perkotaan di ruang public, untuk mereka sebagai warga Negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan warga yang lainnya.
Visi kedepan untuk sebuah Negara harus terus dikedepankan. Apapun prediksinya, semuanya harus tetap diselaraskan dalam membangun sebuah Negara .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H