By Christie Damayanti
Kenyataan adanya ITDC atau Indonesia Tourism Development Corporation di Nusa Dua Bali ini, sungguh membanggakan aku sebagai salah satu warga Indonesia. Ketika aku bertandang kesana tahun 2020 sebelum adanya pandemic dan blusukan ke tempat perbelanjaannya yang seperti "factory outlet" di Amerika.
Tahun 2020, aku benar2 merasakan sebuah kenyamanan disana. Aku sebagai wisatawan lokal dari Jakarta, juga sebagai pengguna kursi roda elektik, benar2 nyaman berada di area ITDC. Aku bisa "berjalan" tanpa takut dengan fasilitas2 yang disediakan.
Tahun 2022 akhir Mei lalu, aku hanya bisa melewati jalan2 mobil saja karena memang ITDC ditutup ketika pandemic melanda dan belum dibuka untuk umum. TEtapi, keadaan lingkungannya memang msih tidak berubah, keculai pedestrian pertokoannya yang masih tutup.
Aku hanya mau bercerita ketika tahun 2020 lalu, aku blusukan ke pertokoan ini, dan menemukan beberapa masalah yang cukup krusial bagiku, sebagai pengguna kursi roda.
***
Selama lebih dari 45 tahun ITDC telah memimpin andalannya, The Nusa Dua, sebuah kompleks pariwisata terkenal dunia di Bali selatan, yang selama bertahun-tahun tetap menjadi tujuan paling didambakan pulau liburan untuk banyak merek perhotelan kelas atas.
Pengembangan The Nusa Dua, adalah proyek pariwisata pertama Bank Dunia untuk Indonesia, bertindak sebagai katalis untuk pariwisata Bali sambil menyediakan tolok ukur bagi orang Bali dan masyarakat Indonesia di seluruh kepulauan legendaris ini untuk tujuan masa depan. Destinasi2 baru itu sekarang berjalan dengan baik berkat ITDC, termasuk Mandalia jalur Bali - Lombok.
100% saham ITDC dimiliki sepenuhnya oleh Negara Republik Indonesia yang diwakili oleh Pemerintah Republik Indonesia/Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dimana Republik Indonesia menjadi entitas induk terakhir.
Sumber : www.itdc.co.idÂ
Sebenarnya, semuanya memang sangat sesuai dengan apa yang Indonesua mau. Bagaimana Indonesia ingin dunia datang ke Indonesia, dengan cara membangun fasilitas internasional untuk bisa mendapatkan investor2 baru denan membangun hotel2 dan fasilitas2 internasional di Nusa Dua, Bali.
Memang, sangat sangat cantik, berbagai cara yang Bali lakukan untuk membangun ini. Dan aku merasa beruntung bisa datang kesana, sesaat sebelum pandemic, di Bulan Maret 2020 lalu. Berkeliling lingkuungan dengan berkendara dan berkeliling pertokoannya dengan kursi roda elektrikku .....
Area fasilitas pertokonnya cukup nyaman. Ketika mobil berhenti, aku langsung berkeliling dan blusukkan ke lingkungan pedestrian yang nyaman dan luas. Suasana cukup sepi, hanya sesekali ada wisatawan asing yang berjalan2 menikmati suasana nyaman disana, seperti aku saat itu.
Konsepnya adalah banyak bangunan2 mungil yang disewaka untuk toko atau cafe2 cantik. Dengan pepohonan rindang, berjalan2 diaera itu memang sangat nyaman, walau di sianghari panas terik matahari.
                                                        Â
Tetapi, sangat disayangkan, ketika aku ingin masuk ke beberapa toko2 umkm karya2 warga Bali, ternyata aku tidak bisa masuk. Mengapa?
Karena setiap toko2 yang dibangun disana, tentulah ada kenaikan sekitar 20 cm. Tidak butuh tangga, karena hanya selangkah saja bagi orang2 yang sehat, bahkan anak kecil pun mampu melangkah tanpa tangga.
Ketika aku ingin masuk kesana, aku harus minta bantuan kepada petugas2 disana untuk menaikkan kursi roda elektrikku. Dan, setelah selesain, aku pun harus minta bantuan kepada petugas yang berbeda, karena mereka selalu berkeliling.
Dan ternyata, semua bangunan2 itu sama sekali tidak ada ramp! Untuk seseorang non-disablitas pengguna kursi roda seperti aku, ketinggian 20 cm sama sekali tidak bermasalah untuk masuk. Bahkan, mereka tinggal melangkah saja, tanpa kendala.
Tetapi, untuk seseorang pemakai kursi roda, ini adalah masalah besar! Dan itu akan menghambat kenyamanan! Seakan aku sebagai seorang wisatawan, sama sekali tidak diberikan kenyamana untuk bisa berbelanja!
Rasa tidak nyaman seperti yang aku rasakan waktu itu, lama2 membuat aku kecewa. Apalagi, saat itu petugas2 yang melayaniku untuk kuminta bantuan menaikkan kursi roda elektrikku untuk masuk, tidak ramah. Sehingga, aku semakin merasa dianak-tirikan, sebagai wisatawan!
Setelah itu, aku mulai melihat2 kenyataan tentag hal ini, dimana memang sama sekali tidak ada ramp untuk kursi rodaku masuk ke toko atau ke caf!
***
Beberapa berita terakhir tengan ITDC aku baca dan ternyat ITDC terus membangun. Salah satunya tentang pembangunan Panggung untuk pementasan seni dan budaya yang megah.
ITDC memang terus melakukan upaya optimalisasi kawasan The Nusa Dua salah satunya dengan menambah atraksi di kawasan melalui pembangunan stage pementasan seni budaya di Pulau Peninsula, The Nusa Dua. Stage atau panggung pementasan seni budaya ini dibangun di atas lahan seluas 1.386 m2 yang mampu menampung lebih dari 600 penonton serta mendapat pemandangan sunset yang indah.
Tentu saja, pembangunan ini semakin memperlebar kenyataan bhwa bali benar2 berusaha keras untuk membawa dunia masuk ke Bali. Ini sangat baik untuk Bali dan juga untuk Indonesia.
Tetapi, semuanya terus terpusat kepada "bagaimana Bali berusaha untuk memberikan pelayanan2 yang terbaik agi wisatawannya". Tetapi tidak/ atau belum sadar bahwa masih banyak warga Bali yang tidak mampu menikmatinya, bahkan sama sekali tidak bisa "berjalan" disekitar kehidupannya, karena keterbatasannya secara fisik.
Perjuanganku sebagai sesama disabilitas, memang masih sangat jauh. Aku memang tidak akan mampu untuk mengubah semua orang untuk peduli. Tetapi, minimal aku selalu menuliskan tentang ini, bahwa aku sebagai disabilitas membutuhkan fasilitas2 untuk aku bisa mandiri, tanpa harus menyusahkanorang lain dan Negara ......
Bukan hanya Bali saja, tetapi Indonesia dan kita semua harus banyak belajar .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H