Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalan Legian, dengan Pedestrian Kurang dari Semeter Sangat Terbatas untuk Kursi Roda!

27 Juni 2022   11:41 Diperbarui: 27 Juni 2022   13:07 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Legian, yang menghubungkan antara daerah Kuta dan daerah Legian/Dokumentasi pribadi

By Christie Damayanti

Seperti yan aku bilang pada artikel2ku sebelumnya, sebenarnya aku ingin sekali keliling Bali, termasuk di Legian ini, dengan lursi roda ajaibku sendirin, diatas pedestrian atau trotoar. Tetapi, apa daya, memang di seputaran Bali pedestrian atau trotoar, aku tidak bisa diatas pedestriannya karena lebarnya kurang dari 1 meter dan banyak asesoris atau streetscapenya.

Sehingga, akhirnya aku hanya berada di atas mobil, menikmati keindahan Pulau Dewata hanya ari dalam mobil saja. Seara aku sebagai end-user dan sebagai disabilitas, tidak layak untuk ikur menikmatinya, karena sama sekali tidak ada fasilitas2 untuk kami, disanilitas.

Bahkan, hanya sekedar pedestrian atau trotorannya saja, aku tidak bisa berada diatasnya. Jika aku nekad, berarti aku akan mengorbankan pejalan kaki untuk mereka harus turus ke jalan aspal yang akan membahayakan mereka!

Walau aku yakin, mereka mau melakukannya tetapi alangkah egoisnya aku jika aku melakukannya seperti itu.

Jika memang sepi tanpa ada pejalan kaki, aku tetap akan kesulitan jika ada streetscape atau asesoris atau apapun diatas pedestrian atau trotoar, dan aku harus minta orang yang bisa menurunkan kursi roda ajaibku di permukaan aspal dan menaikkan lagi ke atas pedestrian, jika sudah lebih baik, kan?

***

Jalan Legian adalah jalan utama yang menghubungkan Kuta dengan Seminyak di Bali. Jalan ini dipenuhi berbagai toko, bar, hotel, dan club. Karena banyaknya hiburan malam dan letaknya yang dekat dengan Pantai Kuta, membuat Jalan Legian menjadi salah satu tujuan wisata yang populer di antara wisatawan di Bali.

Jalan Legian sering disalah artikan dengan Legian. Padahal sebenarnya Jalan Legian adalah penghubung antara daerah Kuta dengan Legian. Sehingga Jalan Legian sebenarnya berarti penghubung ke Desa Legian, bukan keseluruhan wilayah Legian itu sendiri.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Jalan Legian, dengan pesetrian atau trotoar secara kasat mata, memang sudah nyaman dengan keramik yang di desain, cukup rapih walau tetap kurang nyaman karena:

Lebarnya kurang dari 1 meter, atau ada yang 1 meter, tetapi terdapat streetscape. Dengan perhitungan, lebar pedestrian minimal 180 cm untuk kursi roda tandard (70 cm) + pejalan kaki searah (50 cm) + pejalan kaki berlawanan arah (50 cm) + space 10 cm, ini sangat minimal!

Tidak ada "jalur pemandu" bagi disabilitas netra.

Bahkan, di jalur kiri, aku menangkapjalir pedestriannya hanya sekitar 60 cm saja (foto ke-3)! Bahkan, untuk sebuah kursi roda standard saja, tidak bisa dilewati!

***

Memang, secara kasat mata, pedestrian atau trotoar ini sangat memanjakan. Dimana wisatawan yang berduyun2 kesana, nyaman memakai pedestrian ini. Walau, pada kenyataannya para wisatawan yang berjubel itu akhirnya turun ke permukaan jalan aspal, yang mengebabkan jalan ini selalu macet.

Jika aku survey seperti ini, aku akan mengambil suasana yang sepisupaya fasilitas2 perkotaannya cukup terlihat, bukan foto wisatawannya yang berjubel, hihihi .....

Untuk jalan Legian, mungkin 80% sudah nyaman dengan mata sebagai wisatawan yang normal, dengan fasilitas2 yang cantik khas Bali. Tetapi, tetap tidak naman bagi aku sebagai pengguna kursi roda, dimana aku hanya bisa menikmati Jalan Legian dari atas mobil

Suasananya memang sangat khas Bali, yang membuat aku geregetan untuk turun dari mobil untuk "berjalan disana", tetapi ya menang tidak mungkin.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Salah satu di titik Jalan Legian Bali. Taxi2 sembarangan untuk memarkir mobilnta diatas pedestrian. Jika ada pejalan kaki, berarti mereka harus turun ke permukaan jalan aspal. Dan, jika aku berada di atas pedestrian itu, berarti aku harus mknta tolong utuk menurunkan dan menaikkan kursi roda ajaibku lagi ke atas pedestrian, bukan?

Sangat riskan jika aku berjalan2 dan survey sendiri di Bali. Jala Legian memang sudah cukup cantik, dibandingkan dena n jalan2 lainnya di tenpat2 wisatawan premium Bali, seperti di Kuta dan Sanur .....

***

Keberadaan Bali sebagai destinasi internasional, yang mungkin dianggap tama di beberapa Negara, seharusnya membuat pemerinta Bali mulai mengambil sikap pro-aktif untuk bisa mengakomodasi semua jenis wisatawan. Jangankan wisatawan manca Negara, warga Bali pn harus terus diakomodari dan dirangkul untuk bisa memberikan pelayanan yang terbaik.

Semua arga Bali, bahkan semua warga Indonesia membounyai hak dan kewajiban yang sama, sehingga hak2 kami sebagai kaum disabilitas seharusnya bisa diperhatikan. Apalagi, Pulau Dewata ini sudah terkenal kecantikan kan ke-khas-an nta yang lar biasa! Sehingga, sangat tidak adil jika kami kaum disabilitas dinomor-duakan bahkan dinomor-seratuskan, dengan tidak adanya fasilitas2 publik bagi disabilitas.

Realitasnya juga, berminggu2 setelah aku pulang dari Bali, aku belum menemukan cerita atau dokumen atau referensi2 tentang disabilitas di Bali, yang mendasari konsep2 kehidupan disabilitas2 di Bali.

Yang ada baru cerita atau berita tentang kepedulia masyarakat Bali untuk membantu dan menolong disabilitas. Hanya untuk memberikan bantuan, charity dan belas kasihan, serta tentang kesehatan kaum disabilitas. Dimana, aku juga belum menemukan betapa disabilitas Bali belum diberdayakan sedemikian, sehingga mereka mampu survive!

Bagaimana bisa survive jika fasilitas2 disabilitas pun, belum ada!  Mereka kaum disabilitas mash sangat bergantung kepada banyak orang. 

Bagaimana mereka bisa survive jika mereka berganting orang lain? 

Dan, bagaimana bisa mereka survive jika ketika orang lain semakin susah untuk diminta pertolonganya, dan mereka akhirnya hanya bisa berdiam diri di rumah saja?

Seperti di beberapa artikelku sebelumnya, aku katakana bahwa sepertinya warga Bali memang kurang atau sudah berpikir bahwa "Pulau Bali bisa menerima kaum disabilitas", Pulau Bali masih lebih memilih wisatawan2 yang non-disabilitas, karena mereka lebih bisa melakukan banyak hal yang disediakan arga Bali. Tanpa harus berpikir dan menyediakan fasilitas2 tambahan bagi kaum disabilitas ......

Ini baru wilayah Jalan Legian, sebentar lagi akan kutuliskan wilayah2 lainnya di Bali, sepanjang traveling dan survey ku untuk Bali tentang disabilitas, akhir Mei 2022 yang lalu ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun