By Christie Damayanti
Dokumentasi pribadi
                             Guci2 antik dari China, yang ditemukan di area Buleleng, sejak jaman dahulu
Obrolan antara sahabatku dengan Chef Yudi, sudah sangat jauh. Tetapi, sayup2 kudenganr mereka bicara tenang uang kepeng Bali.
Kepalaku memang masih pening dan berat, karena aku mabok cukup berat karena aku nekad minum berbagai macam Arak Bali 40% sekiar 1 sloki, tetapi apa yang aku dengar itu, tidak salah. Memang hanya sayup2 ....
Aku bersandar kepada punggung sahabatku, karena kepalau berat dan berputar2, tetapi tidak ada yang tahu bahwa aku mabok. Sesekali tanan sahabatku mengulur dan mengusap2 rambutku tetapi sahabatku ini terus mengobrol dengan Chef Yudi.
Uang kepeng .....
Walau kepalaku berat dan berputar2, tetapi apa yang membuat aku tertarik, aku tidak akan melewatkannya! Aku sangat tertarik dengan berbagai cerita tentang ke-tradisional-an tentang apapun. Uang kepeng. Hmmm ......
Uang kepeng diperkenalkan oleh Tionghoa berdasarkan pada koin kekasiaran mereka di wilayah yang sekarang disebut Indonesia pada zaman Dinasti Tang di Tiongkok saat koin-koin tersebut diperkenalkan oleh para pedagang.
Namun koin-koin tak menjadi populasi di kalangan penduduk asli sampai abad ke-13 pada masa pemerintahan kekaisaran Majapahit di kepulauan tersebut. Uang kepeng Tionghoa masih beredar di Nusantara selama berabad-abad.
Saat Dinasti Ming melarang perdagangan dengan wilayah tersebut, sejumlah penguasa lokal mulai membuat tiruan uang kepeng mereka sendiri yang sering kali lebih tipis dan berkualitas rendah. Uang kepeng yang dibuat di Indonesia terbuat dari berbagai bahan seperti tembaga timbal dan umumnya timah.
Sumber : Wikipedia
Uang kepeng pun, aku sering melihatnya pada beberapa tempat, untuk dipamerkan. Kadang juga ada di beberapa baju2 mahal, entah itu uang kepeng beneran atau Cuma buatan, tetapi keberadaan uang kepeng untukku, merupakan benda2 cantik dan unik.
Aku hanya sayup2 mendengarkan tentang cerita uang kepeng itu, sementara aku tetap bersandar kepadfa punggung sahabatku tanpa melihat Che Yudi. Tetapi, aku sangat tertarik ketika Chrf Yudi menunjukkan uang2 kepeng itu, di setiap sudut2 rumah atau bangunan2 untuk ruang makan di Dapur Bali Mula ini.
Dengan berat, aku menegakkan kepalaku dan meluhat dimana Chef Yudi meletakkan uang kepeng tersebut, untuk kuamati.
Tetapi, ketika aku sudah duduk tegak di kursi ku, ternyata aku tidak bisa melihat uang2 kepeng tersebut. Memang nya Cgef Yudi meletakkan dimana, ya?
Mataku kubesar2kn, tetapi tetap saja aku tidak melihat uang2 kepeng tersebut. Agak bingung, aku bertanya kepada Chef Yudi,
"Chef, memang dimana uang2 kepeng itu diletakan? Koq aku tidak melihatmya?"
Sahabatku menjawabnya,
"Itu, Christie. Itu uang kepeng yang dibungkus dan digantung di beberapa tiang untuk menolak bala", kata temanku, ambil menunjuk uang2 kepeeng itu yang dibungkus dan menolak bala. Dan, dibenarkan oleh Chef Yudi.
 Dokumenatsi pribadi
                                      Uang2 kepeng yang dibungkus dan digantung di tiang2 bangunan
                                                            Â
Lalu, topic uang kepeng itu, terus berlanjut. Stelah aku memotret uang kepeng yang dibungkus dan tergantung di tiang2 kayu, aku pun merebahkan kepalaku di punggung sahabatku, tenoa memperdulikan lagi si uang2 kepeng tersebut .....
Topik obrolan berlanjut dengan topik2 berikutnya, sebuah bahan atau bahan makanan yang dikelola sedemikian baik oleh Chef Yudi. Yaitu lontar. Buah lontar. Buahnya jelas mudah untuk dimakan, dengan rasa seperti kolang kaling.
Lalu, bagian yang lain, dijadikan "juruh" sebagai pemanis alami. Bahkan, daun lontar pun, bisa dijadikan hiasat atau tas belanja.Sebuah atau "sesuatu" yang bisa dimanfaatkan sampai tidak ada sisanya.
Â
 Dokumentasi pribadi
Buah lontar yang dibuat pemanis alami serta dain2 lontar yang bisa dibuat tas atau tempat untuk menapung mahan2 makanan.
                                                         Â
Â
Sambil aku bersadar kepalaku di punggung sahabatku, aku pun melihat2 disekitaran bangunan kayu tempat kami duduk disini. Banyak barang2 tradisional untuk peralatan dapur, termasuk guci2 antik dari China, yang ditermukan di area Buleleng ini, yang untuk tempat hasil penyulingan arak Bali 40%.
Aku menemkan berapa referensi tentang ini. Bahwa di Desat Selat Buleleng ditemukan berbgai material dari jalam dahulu kala, termasuk alat2 gamelan dan guci2 antik. Guci2 antik ini, sering ditemukan di area Buleleng.
Beberapa yang menemukan alat2 atau guci2 di dalam taanah, melaporkan nya keberadaan barang2 tersebut, tetapi belu ada yang ingin meneliti tentang bagaimana guci2 itu sampai terkubur di dalam tanah.
 Dokumentasi pribadi
                                    Belasan guci2 antik asli dari China, yang ditemukan di area Buleleng
                                                         Â
Â
Aku tidak tahu, dan aku lupa bertanya tentang guci2 itu, yang Chef Yudi menyimpannya sampai beberapa puluh guci, yang dipakai untuk menyimpan arak2 hasil penyulingan di Dapur Bali Mula, Buleleng.
Sayang, aku benar2 mabok, sehingga aku benar2 tidak aware tentang sesuatu yang sebenarnya aku sangat tertarik untuk mengetahui lebih lanjut. Gara2 aku mabok, huhuhu .....
Cerita2 tentang banyak material atau barang2 disana, sebenarnya ingin aku bisa mengikutinya, karena aku benar2 tertarik. Tetapi, dengan keadaan kepalaku yang cukup berat dan pening berputar2, tidak mungkin aku banyak bertanya. Aku hanya bisa foto2, sebelumnya, tanpa tahu tentang sejarahnya .....
    Dokumentasi dari Koran Buleleng
Banyak benda2 atau barang2 tradisional untuk dapur, yang digantung2. Sayang, aku tidak sempat/lupa untuk menanyakan sejar barang2 tersebut ......
                                                 Â
***
Tentang Dapur Bali Mula, memang sangat unik, cantik dan aura magis nya pun sangat terpancar seketika, setelah masuk kesana. Suasana yang tradisional serta "Bali banget" ini, yang membiusku sedemikian sehingga, rasa cinaku yang selama ini terpendam kepada sahabatku, semakin terdesak keluar ......
Bahkan, ketika kami puang darisana pun, auta tradisional Bali itu pun, tetap kuat menarikku, untuk tetap disana, atau untuk akanbisa kesana lagi. Tentu saja, aku sanat ingin kembali lagi kesana denan sahabatku, yan memang benar2 membuat aku semakin jatuh cinta .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H