Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tengah Malam di Buleleng Menuju Kuta, Tangan Kami Pun Saling Menggenggam

14 Juni 2022   16:36 Diperbarui: 14 Juni 2022   18:04 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

                                                                                                            Dokumentasi www.coconuts.co

                                                                                                       
Malam tu, sekitar jam 11.00 malam, kami berpamitan untuk pulang kembali ke Kuta. Astaga, aku ingat siang itu, kami dari hotelku di Kuta menuju Dapur Bali Mula di Buleleng Bali Utara, dengan waktu 3,5 jam dan perjalanan naik turun butu pegunungan Batur, yang aku yakin jika malam hari seperti ini, akan sangat berbahaya untuk kami!

Aku sempat ingat, selama perjakanan kami dari Kuta ke Buleleng ini, aku tidak melihat satu pun tiang lampu, ketika kami naik turun perbukitan, keculai ketika kami melewati perkampungan Bali. Tetapi, tidak ketika berada di lereng bukit, apalagi di tepi hutan pegunungan ......

Trus, memang nya kita kembali ke kuta dalam waktu 3,5 jam itu melewati jalan berliku liku dan naik turun pegunungan tanpa lampu, gitu? Astagaaaaaa ......

Kegelisahan ku tentang bahaya perjalanan kami ini, aku katakana kepada sahabatku yang membawa mobil. Ditambah lagi, hari sudah hampir tengah malam dan walau hanya seteguk atau 2 teguk arak 40% itu, sahabatku pun pasti merasakannya, betapa gejolak hangat diperut kami ini, bisa mengundang berbagai reaksi tubuh.

Atau, mungkin kah kami melewati jalan lain, tanpa harus berkelok kelok naik turun pegunungan tanpa lampu? Kupikir, pasti ada jalan memutar, sampai ke Kuta. Walau memutar, paling tidak akan lebih aman bagi kami, jika kami melewati perkampungan Bali .....

Ya, ternyata memang ada jalan memutar, yang diperkirakan akan memakan waktu 30 menit lebih lama daripada jalan pertama tadi. Syukurlah .....

Sahabatku memastikan perjalanan kami akan aman. Dia memeriksa googlemap nya di hp dan memastikan kami akan baik2 saja. Dan, dia mengusap kepalaku serta mencium keningku, sebelum mobil kami bergerak maju.

Aku berdoa, awal dari perjalanan kami. Setelah kami keluar dari Dapur Bali Mula, dan saling melambaikan tanan kami kepada Chef Yadi, mobil kami pun berjalan lambat.

Karena, dari jalan utama Buleleng dan masuk ke Desa Tejakula menuju Dapur Bali Mula ini, ada sekitar ratusan meter, dengan jalan pengerasan tetapi tanpa penerangan, sehingga hanya lampu mobil kami saa yan menerangi jalan setapak Desa Tejakula ini.

Begitu mobil kami keuar sampai jalan utama Buleleng, kami pun tidak melihat tiang lampu berjejer, tetapi hanya lampu2 temaram yan menyinari jalan raya, dari lampu rumah2 penduduk.

Hah!!

Jalan gelap seperti ini yang akan kami lalui sepanjang jalan menuju Kuta?? Menurutku, sangat tidak aman, dengan waktu tengah malam dan tubuh kamu yang sudah capek seharian bersenang2 di Dapur Bali Mula .....

Aku memeganga tangan sahabatku dengan tangan kiriku yang sehat, aku hanya ungin dia tahu bahwa aku akan menemanimu sepanjang perjalanan dan aku tidak akan tidur. Karena, dia butuh dukungan untuk tidak ngantuk! Ini sudah mendekati tengah malam!

Aku memang cerewet, gampang mencari tema untuk obrolan2 kami, tetapi memang dasarnya tubuh kami yang sudah capek ditambah umur kami yang memang sudah setengah abad, akhirnya terettuslah kata2 itu,

"Mas, hati2 ya. Apapun yang ada sekarang, kenyataannya kite berdua adalah orang2 pra-lansia dengan umur lebih dari 50 tahun. Sudah tuwiiirr dan sekarang kita sudah capek! Jadi, jangan coba2 kamu seakan masih muda! Jika kamu merasa ngantuk atau capek sekali, mendingan berenti saja, dan bisa istirahat di sebuah tempat. Janji, ya mas!"

Begitu kataku. Ya, aku memangggil sahabatku dengan sebuta "mas", menandakan dia meatg sudah berumur diatas aku beberapa athun, dan "mas" juga adalah panggilan hormat dan sayang untuk seseorang pria. Karena, meamng aku menghormati dia dan sekarang aku pun mencintainya.

Sahabatku, melirikku dan tersenyum. Tangan kirinya yang bebas, membalas peganagn tangan kiriku, dan kamui saling tersenyum, serta saling mengerti, ada desir2 cinta disana.

Supaya tidak ngantuk, dank arena mobil sewaan ini tidak dilengkapi dengan suara2 radio apalagi music lewat apapun, aku pun bertugas untuk terus biara dan jika mungkin bisa tertawa supaya menghilangkan kantuk.

Banyak tema obrolan kami, dan aku pun sering memegang tangannya jika tidak sibuk utuk mengontrol setirnya,matau kuusap lengannya serta punggungnya, untuk mengalirkan semangant serta rasa cinta ku yang ernyata semakin dalam.

Jika aku kehabisan kata2 untuk tema obrolan kami, atau aku capek berkata2 karena aku ngoceh terus menerus, serta sahabatku ini adalah seseorang yang yang sangat pendiam, akhirnya aku pun dam dulu, sambil memikirkan tema obrolan yan berbeda.

Tetapi, untuk tidak sahabatku terlalu lama menunggu suara dariku, aku takut dia mengantuk, sehingga masa2 tunggu aku berpikir, aku panti memegangnya. Entah memegang tangannya dan mengusapnya, memegang lengannya yang kekar, atau mengusap punggungnya, untuk mengalirkan semangat berjuang.

Aku tidak akan memulai untuk mencium pipinya, karena itu akan memberikan getaan bar, yang justru mungkin membuat konsentrasinya akan hilang, hahahahaha ......

Toh, aku juga sanat susah untuk sekedar mencim pipinya, karena aku tidak mampu menggeser tubuh kananku yang lumpuh, untuk mendekat pada tubuh sahabatku. Salah2 malah akan mengganggu konsentrasinya.

Saling berpegangan tangan, mungkin bisa saling mengaliri semangat. Masih 1 atau 2 jam lagi, kami sampai ke Kyta. Jam sudah menunjukkan jam 1.00 subuh. Kemungkinan, kami baru bisa sampai ke Kuta sekitar jam 2.00 subuh. Duh ..... masih lama!

 Aku pun sebenarya sudah sangat mengantuk! Apalagi, tubuhku benar2 mabok ketika aku mengahibskan 1 sloki berisi berbagai macam arak Bali 40%. Walau mabokku sudah lewat, tetapi reaksi tubuhku justru bertambah! Mataku semakin meredup .....

Tetapi, TIDAK!

Aku harus menjaga sahabatku untuk tidak mengantuk, karena akan membahayakan kami berdua. Karena aku idak bisa mengantikan dia untuk membawa mobil sewaan kami. Jika aku sehat tanpa lumpuh tubuh separuh, pasti aku akan menggantikan nya. Jadi, aku benar2 harus memaksa ubuhku untuk tidak mengantuk!

Aku melihat wajah sahabatku,

"Kamu 'ngantuk, mas? Hati2, ya mas"

"Sedikit", jawabnya.

Tetapi, aku meliat wajahnya yang memang  semakin redup. Aku tahu, dia sangat capek. Rasanya, aku ingin menggantikannya supaya dia bisa istirahat sejenak .....

***

Mobil sewaan kami terus melaju perlahan. Jalanan memang tidak macet, secara sudah lebih dari tengah malam, bahkan sudah diatas jam 1.00 subuh. Tetapi, kami tidak mau terburu2 karena jalanan yang cukup gelap dan capek.

Aku hanya bisa mengalirkan energiku lewat tangan2 kami yang saling menggenggam, karena kekuatan aliran energy cinta itu, mampu memberi ketahanan yang cukup untuk reaksi tubuh tidak mengarah rasa capek dan ngantuk. Walau harus tetap dilakukan, untuk benar2 rasa capek dan ngantuk itu diam disana .....

Mobil kami terus berjalan perlahan, menuju Kuta. Dan, tangan kami pun terus saling mengengam erat untuk energi2 cinta kami dan memberikan kekuatan semangat di subuh itu dengan latar belakang aura cinta Bali .....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun