By Christie Damayanti
Santapan penutup, sudh kami habiskan. Chef Yudi pun sudah siap ngobrol dengan kami, di meja pelepah kayu jari besar yang dibuat sebagai meja. Kami berhadap2an. Aku berdekatan dengan sahabatku dan Chef Yudi ada di rpsn kami.
Chef Yudi mempersilahkan mencicipi seteguk dua teguk rak 40% yang beliau buat dengan penyilungan. Beliau memang mepunyai "dapur penyulingan arak", sejk beberapa tahun lalu. Yang aku amati dari guci2 tempat penimpanan arak2nya, yang tertua sejak tahun 2018, artinya sudah 5 tahun lalu.
Arak Bali, yang aku tahu merupakan minuman beralkohol yang sangat terkenal di Bali, yang digunakan untuk penghangat badan dan upacara adat Bali. Dan, Dapur Bali Mula ini, merupakan salah satu tempat pembuatan arak Balibdi Desa Tejakula, Buleleng.
Chef Yudi, atau tepatnya Bapak Jro Dalem Yudiawan adalah salah satu warga Desa Tejakula yang merangkul petani2 pohon aren, yang menjadi bahan dasar pembuatan arak, sejak tahun 2016 lalu.
Proses pembuatan arak yang dilakukan oleh Chef Yudi, adalah nira dari pohon aren, sekitar 30 liter an difermentasikan sekitar 24 jam serta melakukan penyulingan hingga mendapatkan Arak Bali sebanyak 4 liter.
                                                     Â
                              Â
Akhirnya, setelah aku berpikir, toh hanya sekali ini saja, karena aku tidak akan membeli arak dengan kandungan alcohol sampai 40%! Terlalu tinggi untukku! Sehingga, aku memutuskan untuk mencob ark buatan Chef Yudi ni, bersama denagn sahabatku.
Kami diberikan 2 gelas sloki kecil, dan Chrf Yudi menuangkan 1/3 gelas sloki, arak 40% ang baru jadi setelah penyulingan. Aku dan sahabarku, serta Chef Yudi saling mengankat tangan yang membawa sloki, chreersssss .....
Aku meminumna, hanya 2 teguk kecil. Rsanya manis, dan begitu arak tersebut masuk ketenggorokkanku dan sampai ke dadaku, rasana, hangat sekali ..... Hmmmmm, aku merasakan rasa enak dan nyaman serta hangat sampai ke perutku. Entah apa yang dirasakan sahabatku.
Hmmmmm, aku ingin mencoba lagi, hahahaha .....
Lalu, aku berjalan2 sendirian ditengah2 guci2 untuk tempat penyimpanan arak2 yang sudah jadi, dan ada yang sudah 5 aun dan belum dibuka. Katanya sih, semakin lama arak di simpan, semakin enaklah arak tersebut.
Jadi, yang pertama aku mencoba arak 40% yang baru jadi dan aku menuangkan dari guci, arak 40% yang sudah 1 tahun.
                                                          Â
Inilah guci antic asli dari China, yang ditemukan di area Desa Tejakula, dan dimiliki oleh Chef Yudi. Beliau mempunyai puluhan guci2 antik dari China, dan guci ini mempunya tempat cantik dan unki, desain Naga China. Ada tempat untuk 3 guci, dan arak2 inilah yang selalu untuk tamu  yang mau mencoba .....
Ada 3 guci dala 1 wadah berdesain Naga China, ada arak 40% ori yang baru jadi, arak 40% celor (ini adalah ara pembakarannya memakain material yang berbeda, dan memang rasanya berbeda), dan ada arak 40% yang sudah berumur 1 tahu.Â
Dan, aku mencoba ketiganya, sampai lebih dari 1 sloki, kecil. Daaaannnn ..... hahahahaha, aku mabok, Cuma 1 sloki kecil saja  ......
Aku foto detail untuk 2 guci yang berisi arak, yang sudah berumur 5 tahun, dan belum dibuka oleh Chef Yudi. Katanya sih, mau dibuka 5 tahun lagi (jadi arak 40% yang berumur 10 tahun).
Sedangakan arak 35% celor, rasanya terlalu keras untukku. Nyegrak, gitu. Aku memilih arak 40% Â yang sudah berumur 1 tahun. Coba saja, jika nanti 5 tahun kemudian aku kesana lagi dan mencicipi arak 40% berumur 10 tahun, pasti ueenaaakk sekali ....
***
Mabuk adalah manusiawi, hahaha .....
Apalagi, aku adalah perempuan pra-lansia dengan kondisi pasca stroke, dimana sudah lebih dari 12 tahun tidak pernah mncicipi lagi minuman beralkohol, bahkan yan hanya 5% saja. Dan, ini 40%! Astaga! Tetapi, inilah aku! Seorang yang ingin tahu sedemikian, sedingga langsung kupustakan untuk mencoba lagi.
Tidak puas hanya 2 teguk, tambah lagi dengan rasa yang berbeda, dan tambah lagi yang rasa beda lagi. Jadilah, aku mencicipi Arak Bali 40% yang baru saja jadi, yang celor dan yang sudah 1 tahun. Daaannnn ...... aku merasa pusing .....
Hmmmm, pasti aku mabok, hahahaha ..... dulupun drmikian. Mabok untukku adalah rasa pusing, dengan tbuh hangat karena arak tersebut melewati tenggorokkanku masuk ke perutku.
Aku duduk diam awalnya. Mataku belum atau tidak sampai berkunang2, tetapi aku yakin kepala pusingku adalah karena mabok. Sahabatku tetap mengobrol dengagn Chef Yudi, sementara aku hanya mengangguk2 saja sambil tersenyum2.
Sampai akhirnya, aku benar2 harus merebahkan kepalaku, supaya aku tidak "nyungsep", hahahah .....
Akhrnya, kursiku semakin aku dekatkan kepada punggung sahabatku, yang tidak sadar bahwa aku mlai mabok cukup berat. Begitu kursiku dekat sekali dengan pnggung sahabatku, aku langsung merebahkan kepalaku di punggung sahabatku ....
Hahahahaha, aku yakin, dia haya berpikir aku hanya mau bermanja2 saja, dengan merebahkan lepalaku, karena suaasana malam iru semakin romantic. Dia hanya mengangkat tangannya, dan mengusap kepalaku saja. Dan, aku semakin merebahkan kepalsku karena memang kepalaku agak berat setelah pusing ....
Sahabatku semakin serius mengobrol denan Chef Yudi, ditambah ada sepasang suami istri yang menginap di villa Chef Yudi, nimbrung mengobrol. Aku sendiri terbenam sambil menyandarkan kepalaku dengan kehangatan punggung sahabatku ......
Dia sendiri, sibuk denagn obrolannya dan aku sudah tidak bisa menyimak mereka. Aku sedang berusaha untuk tidak terlalu dropt, makanya aku konsentrsi untuk tetap tenang. Dan, berhasil Bahkan, sahabatku ini sama sekali tidak tau, bahwa aku dalam keadaan mabok, hahahaha .....
Jelaslah, dia tidak tahu. Dia sibuk denan obrolannya, dan aku berjalan2 sendirin diantara guci2 antik berisi arak2 itu. Dan, sesekali membuka pen guci itu, dan menuangkan beerapa tetes arak 40%, tetapi berkali2, karena memang arak2 itu enak!
Sampai akhirnya, kepalaku sudah mendingan tetapi aku masih bersandar di punggungnya, karena nyaman sekali. Sesekali tanan sahabatku mengusap kepalaku, tetapi tetapi tidak sadar dengan kedaanku.
Kami dengan posisis demikian, sampai jam 11.00 malam. Kepalaku benr2 sudah ok, ketika sahabatku mengajak kami pulang ke Kuta.
Aku bangunkan kepalaku dari sandaran punggung sahabatku, dan berusaha untuk berdiri. Sahabatku mnggandeng ku, untuk berjalan. Hahahaha, aku sudah kuat berdiri. Dari jam 7 malam setelah makan dan setelah minum arak, sampai jam 11.00 malam, cukuplah aku menenangkan kepalaku di punggung sahabatku.
Bersyukur, aku tidak apa2, tetapi yang jelas, Arak Bali 40% buatan Chef Yudi itu, sangatlah lezat dan nikmat! Tetapi, hati2 saja jia tidak biasa minuman beralkohol, apalagi yang kandungannya besar sekali seperti ini. Nanti mabok, bahkan bisa ambruk.
Untnnglah, aku tidak sampai ambruk, walaupun sudah setengah ambruk, hahahahaha ......
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI