By Christie Damayanti
Begitu makanan kami tinggal sedikit lagi habis, waitres membawa dessert atau makanan penutupnya. Wah ..... sepertinya terlalu kekenyangan kami berdua! Tetapi, aku melihat makanan penutupnya sangat menarik!
2 buah gelas lebar, berisi cincau hijau dengan santan yang dicampur dengan, ga tahu apa serta sebuah botol yang dilebeli dengan nama "Juruh".
Hmmmm, aku sangat tertarik ddengan hal2 demikian. Hal2 yang berbau tradisional. Ini pasti makanan penutup secara tradisional, mengingat semua makanan utamanya adalah masakan2 khas Bali.
Cincau hijau adalah minuman kesukaanku. Dulu, sewaktu masih ada asisten rumah tangga, aku sering mkinta dibelikan cincau hijau besar2 di pasar yang masih tanpa apapun. Setelah di rumah, cincau hijau itu di potong2 sesuai takaran dan kumasukkan sirup vanilla denagn es batu, duh ..... segaaarrrrr ......
Tetapi makanan tau minuman penutup di Dapur Bali Mula ini, adalah cincau hijau yang dituangkan pda santan cair, dan nantinya untuk dimakan atau diminum, kita harus mencampurkannya dengan "Juruh" tersebut.
Cincau sendiri merupakan jenis tumbuhan beruopa daun yang bisa diperas menjadi liquid atau air dan kental, untuk isi minuman. Merupakan spesies dari genus cyclea, dan banyak ditemukan di Indonesia.
Cincau hijau kenyal dan cukup besar, ditempatkan pada gelas lebar dan dituangkan santan. Menarik untuk dicoba, walau perut kami sudah penuh kekenyangan ....
Sambil mengobrol berdua saja dengan sahabatku, sambil juga menurunkan makanan2 yang penuh di perut2 kami. Cukup lama untuk menurunkan makanan di perut kami, sebelum aku mulai menuangkan juruh nya, sebelum menikmati makanan atau minuman penuup ini.
"Juruh" itu apa, sih?
Aku tidak menemukan kata juruh yang sesuai dengan apa yang aku mau, tetapi ketika kami disana, kami banyak ngobrol dengan Chef Yudi tentang Dapur Bali Mula. Salah atunya obrolan kami tentang kuliner, arak, material bahan makanan dan seputar dapur lah.
Chef Judi meerangkan arti nama "Juruh" adalah hasil pengolahan bagian dari buah lontar yang dijadikan pemanis natural. Rasanya memang manis, bahkan sangat manis! Jadi, Cuma 1 atau 2 tetes saja, manisnya sangat terasa, untuk the atau kopi atau isian makan atau apapun.
Sebelum dituangkan, beginilah penampakannya. Juruh ini memang khas dari Dapur Bali Mula, buatan Chef Yudi. Tidak aka nada ditempat lain. Aku tidak tahu, apkah Juruh ini djual di kota atau hanya dijual di restoran ini saja.
Yang jelas, pemanis natural juruh ini, rasanya agak berbeda dengan pemanis dari bahan madu. Manisnya, sungguh berbeda dan unik untuk bahan campuran makanan dan masakan apapun, Aku suka sekali .....
Kami berdua menikmasi sekali, makanan atau minuman penutup ini. SAmbil ngobrol santai, sungguh suasana mulai temaram karena sudah mahgrib memberikan efek romantic sekali.
Karena kami memang sudah sangat kekenyangan, tetapi kami juha ingin menghabiskan cincau hijau ini, tentu saja, kami makan atau minum dengan santai dan benar2 menikmati kelezatan juruh tersebut.
***
Suasana temaram memnghantarkan romansa magis khas Bali dengan latar belakang cantik bangunan2 Bali serta peralatan dapur tradisional Bali. Sehingga, sungguh kami tidak ingin pergi dan pulang ke Kuta.
Aku yakin, juga dengan sahabatku, yang enggan pulang cepat. Sehingga sambil minum dan ngobrol, berlama2 disana sangatlah tenang. Satu persatu tamu2 yan sudah reservasi, datang, mengobrol dan menikmati semua hidangan yan disajikan.
Suasana tetap tenang, walau banyak tamu2 yang datang, dan kami asik mengamati mereka karena rumah kayu terbesar untuk kami makan bersama, merupakan tempat yang ter-strategis, bisa memandang dari dan ke segala sudut.
Menikmati keheningan malam disana, sungguh merupakan salah satu yang terbaik ang kami lakukan, di hari pertama kami di Bali. Sebuah tempat magis tradisional Bali, dengan makanan yang enak luar biasa serta sambutan yang juga luar biasa ramah oleh si empunya, serta seorang sahabat yang mulai aku jatuh cinta dalam beberapa bulan yang lalu, tentu ini adalah kenikmatan yang sunguh sangat sempurna!
Cinta itu adalah anugerah dari Tuhan, dan sekarang cinta ada di tengah2 kami, ada di tengah2 susana malam yang hening, dengan berbagai latar belakang tradisional Bali dan ada di hati kami.
Kami tersenyum bersama, sadar bahwa hati kami berbicara. Tidak perlu kata2, tidak perlu pernyataan apapu, tetapi senyum kami sudah menyimlupka semuanya. Sebuah kepingan hati yang saling mendekati, entah sampai dimana kepingan hati itu terbang ......
Juruh sebagai pemanis natural ini, salah satu perekat kepingan hati kami, membawa kami terbang melayang, menikmati keheningan malam, sebelum kami kembali pulang ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H