Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Desa Tejakula adalah Awal Petualangan Romantismeku di Buleleng Bali Utara

7 Juni 2022   07:17 Diperbarui: 7 Juni 2022   08:48 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Perjalanan dari Kuta ke Buleleng, sekitar 3 jam, tetapi kami menempuhnya sekitar 3,5 jam sampai tujuan kami di Dapur Bali Mula .....

Kami tiba di Desa Tejakula, sekitar jam 4.30 sore, dari Kuta, dengan beberpa kali salah jalan. Yah, maklum sekali karena ini adalah sebuah tempat asing untuk kami dan jalannya tidak jelas dengan bnyak kerimbunan pepohonan, sehingga berkali2 mobil kami kebablasan dan harus memutar.

Ketika kami berbelok ke kanan dari jalan utama, langsung terlihat papan nama Desa Tejakla, yangmenandakan kami benar2 sesuai dengan tujuan kami. Dan, masuklah kami. Jalannya adalah jalan desa, menuju tujuan utama kami, Dapur Bali Mula .....

Tejakula adalah sebuah kecamatan di kabupaten Buleleng, provinsi Bali, Indonesia. Kecamatan ini berjarak sekitar 38 Km dari Singaraja, ibu kota Kabupaten Buleleng ke arah timur. Pusat pemerintahannya berada di Desa Tejakula. Tejakula merupakan kecamatan paling timur di Kabupaten Buleleng.

Daerah Tejakula terkenal sebagai penghasil jeruk berkualitas baik yang dikenal umum sebagai Jeruk Keprok Tejakula.

Sumber Wikipedia.

Dokumentasi googlemap
Dokumentasi googlemap
Tujuan kami berada di ujung utara Bali, di pesisir. Desa Tejakula .....

Dokumentasi googlemap
Dokumentasi googlemap
Tujuan kami berada di ujung utara Bali, di pesisir. Desa Tejakula .....

Buleleng sendiri adalah salah satu kabupaten di provinsi Bali, Indonesia.

Ibu kotanya adalah Singaraja. Buleleng berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Selat Bali di sebelah barat, Kabupaten Karangasem di sebelah timur. Kabupaten Jembrana, Bangli, Tabanan serta Badung di sebelah selatan.

Panjang ruas pantai di wilayah Kabupaten Buleleng sekitar 144 km, 19 km-nya melewati kecamatan Tejakula. Selain sebagai penghasil pertanian terbesar di Bali (terkenal dengan produksi salak bali dan jeruk keprok Tejakula), Kabupaten ini juga memiliki objek pariwisata yang banyak seperti pantai Lovina, pura Pulaki, Air Sanih dan tentunya kota Singaraja sendiri.

Sumber Wikipedia.

Buleleng memang cukup jauh dari Kuta, tempat kami tinggal selama di Bali. Dan, Buleleng memang tempat kami pertama yang kami kunjungi di hari pertama. Sebuah tempat cantik nan permain khas Bali, dengan pesona romantic luar biasa untuk kami .....

Perjalanan romantic dengan mobil sewaan, suasana magis Bali blusukan melewati jalan2 utama yang tidak besar. Menembut pepohonan rindang, masuk ke beberapa desa dengan erbagai keromantisan kegiatan warga Bali, sampai ujung atas pegunungan Batur, turun lagi menuju Buleleng, masuk ke Desa Jatikula ......

Seebuah perjalanan yang sungguh romantic untuk kami dengan pemandangaan magis Bali .....

Dokumentasi googlemap
Dokumentasi googlemap
Terlihat secara satellite, Bali dengan pepohonan hijau, dan tujuan kami adalah ke Dapur Bali Mula, yang berada di tengah2 pepohonan hijau, dengan komplek kedimanan keluarga Chef Yudi

Masuk ke Desa Jatikula, suasana terlihat seperti desa2 pada umumnya di Indonesia. Jalan tanah atau beberapa tiik ditambahkan conblok, termasuk ke Dapur Bali Mula, karena ternyata tempat cantik ini adalah sebuah tempat tinggal dari seorang Chaf Yudi, yang cukup terkenal dengan masakannya yang memang luar biasa, enak!

Banyak wisatawan lokal dan asing, yang datang kesana, dibela2in dari Denpasar atau tempat2 wisata yang jauh dari Buleleng. Chef Yudi tinggal disana, memasak disana dan tidak pernah mempunyai menu untuk makanannya.

Begitu kami turun dari mobil, kami merasakan sebuah tempat seperti surga disana. Udara memang tidak sejuk apalagi dingin, karena Desa Tejakula tidak jauh dari pantai Utara Bali, tetapi dengan pepohonan Bali yang hijau dan sanagt padat dengan dengan dedaunan, suasana terasa seperti Firdaus ......

Saat itu, sore itu, tidak ada yang datang ke Dapur Bali Mula, karena semua orang yang datang untuk makan disana, harus reservasi dahulu. Tanpa menu, kami harus telpon dahulu untuk datang, dan kami harus "pasrah" untuk makan apapun yang di masak oleh Chef Yudi. Unik, kan?

Kami tdak berjalan jauh karena mobil kami diminta berhenti dan parkir di area parkir. Lingkungan Dapur Bali Mula dengan tempat tinggal keluarga Chef Yudi, dalam kompleks dengan beberapa rumah.

Bagian depan komp;eks tersebut dibuat sebagai dapur tradisional Bali, lalu bangunan2 katu untuk area makannya, berundak2 seperti perbukitan kecil dengan saung2 untuk makan. Cantik!

Kami disambut oleh Chef Yudi sendiri, dimana beliau sedang "mencari keringat" dengan bermain badminton dengan seseorang, mungkin keluarganya.

Aku menarik nafas dalam2, ketika aku sudah keluar dari mobil kami.

Tubuhku harus meregang dahulu sebelum aku bisa berjalan, karena dengan keadaan tubuhku yang lumpuh kanan karena stroke berat sejak tahun 2010 lalu, membuat aku sulit bergerak, termasuk jika hanya duduk saja.

Sehingga, dengan sekitar 3,5 jam perjalanan dari Kuta ke Buleleng, tentu tubuhku benar2 kaku dan harus kuregangkan dahulu untuk bisa nyaman berjalan. Dan dibantu oleh sahabatku ini, sku berpegangagn dengan tangannya yang kekar, untuk aku menggerak2an tubuhku seperti senam ringan, berkali2 Senyum ku terus terkembang, karena bahagiaku sampai disana. Mengapa?

Utamanya adalah lapaaaarrrrr, hahahahaha ....

Karena, jujur aku sengaja tidak makan apa2 sejak pagi (hanya minum coklat hanngat), khusus untuk makan masakan Chef Yudi yang terkenal lezat, setelah sahabatku ini mengatakan,

"Christie, hari ini aku akan mengajakmu makan ke Buleleng"

Perutku sudah berbunyi kruk ... kruk ... kruk ... tanda naga2 di perutku sudah sangat gelisah menunggu makanan yang masuk ke dalam perutku, hihihi .....

Area tepat tinggal dan Dapur Bali Mula ini, berlantai tanah, dari aku turun dari mobil sewaan kami. Tidak rata dan beberapa titik aku benar2 harus berkonsentrasi untuk aku bisa berjalan. Itulah aku, seorang pasca stroke dengan tubuh lumpuh kanan, untuk berjalan.

Aku berpegangan kerat2 denan tangan ahabatku yang kekar, aku harus mempunyai pegangan yang nyaman untuk bisa aku berjalan, dengan tubuh kananku yang sedikit kuseret karena aku merasa sedikit tidak nyaman dengan permukaan tanah yang tidak rata.

Sahabatku memelukku dalam berjalan, untuk enguatkan tubuhku yang agak kaku karena tegang. Ya, jika aku sudah berjalan karena (salah satunya) permukaan tanah yang tidak rata, membyat tubuhku stress dan kaku, sehingga justru semakin sulit berjalan.

Dan, sahabatku memang lembut untuk selalu memberikan kenyamanan untukku. Itu yang dia lakukan selama ini .....

Kami harus masuk ke Kori atau pintu gerbang khas Bali, dan langsung berundak turun dengan 5 trap anak tangga kayu dan diterima lagi oleh permukaan tanah yang lebih rata. Aku harus sangat berhati2 karena trap kayu nya tidak terlalu lebar, sehingga kaki kananku sangat sulit menapaknya!

Berkali2 kaki kananku yang lmpuh, harus tergantung, sebelum menapak turun ke trap berikutnya, dan sahabatku dengan sabar mengikuti langkahku yang sagnat lambat. Sampai diatas tanah, aku harus menatik nafasku dahulu sebelum melanjutkan langkahku lagi .....

Sambil "beristirahat" menarik nafasku dahulu, mataku melihat berkeliling, dan mataku juga memancarkan suasana firdaus seperti yang aku bayangkan sebagai tempat nyaman Bali untuk kami bisa santai sambil makan dan ngobrol .....

Bangunan2 kayu tradisional bali, dibangun dengan artistic, pasti ada "arsitek" nya, dengan berbagai asesoris Bali, khas tradisional nya. Mataku semakin melebar, dengan pandangan dan senyumanku, melayang2 dengan kenyamanan dan kebahagiaan ku, awal perjalanan dan petualanganku di Bali .....

Dokumentasi www.detik.com
Dokumentasi www.detik.com
Bangunan terbesar dari beberapa bangunan kayu tradisional Bali untuk tempat makan, dengan latar belakang yang khas .....

Sahabatku tersenyum, memelukku dan mengajakku untuk masuk ke salah satu bangunan kayu yang terbuka seperti gazebo besar dengan beberapa kumpulan meja makan, dan kami memilih tempat yang terbesar dengan suasana benar2 surga tradisional Bali, yang kupikir awalnya asesoris dan barang2 sebagai latar belakang meja makan kayu utuh besar itu, hanya sekedar asesoris, tetapi ternyata itu adalah sebuah inspirasi besar untukku .....

Sebuah suasana yang luar biasa indah khas radisional Bali, yang aku dambakan untuk aku bisa makan dan bersantai dengan teman dan sahabat ku .......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun