By Christie Damayanti
Untukku, bicara tentang Bali, adalah bicara tentang keindahan, tempat cantik, kenangan dan romansa. Bali memang sebuah tempat cantik dengan kenangan2 manis erta romansa yang tidak ada duanya.
Berkali2 ke Bali, isinya memang hanya utuk bersenang2, berromansa dan bermimpi. Baik sewaktu aku masih kecil, remaja, dengan mantan suami, dengan anak2ku serta dengan keluarga, bahkan ketika adikku menikah dengan warga Bali dan aku sudah merasakan betapa romantisnya menyaksikan pernikahan di Bali, tahun 2005 lalu.
Terakhir aku ke Bali, sesaat sebelum Jakarta lock down awal Pandemi Maret 2020. Begitu aku kembali ke Jakarta, langsung lock down covid-19 .....
Beberapa saat lalu, di akhir Mei 2022 ini adalah terbang ku pertamakali setelah pandemic, dan aku langsung ke Bali, ketika ada sahabat yang ingin aku bisa bersamanya di Bali. Jadilah aku kesana, termasuk mendadak sehingga aku tidak sempat janjian dengan adikku yang tinggal di Jmbaran.
Dan ternyata memang aku harus sendirian di Bali, karena aku tidak bisa tinggal di rumah adikku karena dia justru berada di Jakarta untuk pembukaan caf nya yang baru di daerah Kemang. Akhirnya, aku terdampar di Bali sendirian dan tinggak di sebuah hotel nyaman untuk kursi roda ajaibku, di jalan Sunset Road, wilayah Kuta.
Oklah .....
Aku tidak takut sendirian dimanapun, tetapi aku harus berpikir keras bagaimana selanjutnya travelingku di Bali, karena Bali belum ramah disabilitas. Ya, ada memang beerapa teman di Bali, tetapi toh tudak bisa terus menerus bersamaku. Bahkan, sahabatku yang bersama dari Jakarta pun, ternyata dia sibuk dengan urusannya sendiri dan meninggalkan aku sendirian .....
Effortku besar untuk berpikir setiap hari harus bagaimana, karena niatku kesana memang untuk traveling, jalan2 dan sedikit survey untuk temaku tenang disabilitas. Tetapi, bagaimana aku bisa survey dengagn kursi rodaku, sementara aku dengan kursi roda ajaibku ini, tidak bisa "berjalan" di (bahkan) area perkotaan!
Baiklah .....
Ini adalah petualanganku di Bali, dimana aku tidak berpikir untuk jalan sendirian, karena ketidaksediaan fasilitas2 disabilitas disana. Bahkan, sejak 12 tahun lalu sebagai disabilitas lumpuh tubuh kanan karena serangan stroke berat tahun 2010 lalu, aku selalu berpikir liburan ke luar negeri, bukan karena mau sombong, tetapi karena memang Indonesia masih susah dengan fasilitas2 disabilitas, jika mau berlibur sendirian.
Hari pertama, memang aku bersama sahabatku. Dia mengajak aku ke Buleleng untuk menikmati surga Buleleng, pemandangan dan makanan dari seorang chef terkenal masakannya enak!
Aku akan mengeksplore perjalananku dari Kuta sampai Buleleng .....
***
Buleleng cukup jauh dari Kuta. Buleleng adalah nama kabupaten dengan ibukota Singarja. Tetapi, aku tidak ke kotanya, melainkan ke sebuah desa sunyi nan cantik di Buleleng, menuju sebuah Dapur Bali Mula, yang cukup terkenal dengan makanan Bali yang enak, arak2 buatan sendiri dan suasana yang full romantic .....
Sahabatku dari Jakarta, seorang sahabat yang sangat lembut dalam membantuku. Aku beruntung bisa bersahabat dengannya, dan memulai hari2ku bersamanya di Bali. Dia menyewa mobil, mengurus kursi roda ajaibku, dan membawaku kesana dengan suasana yang berbeda, di dunia "antah berantah", Bali .....
Perjalanan kami memang sangat romantic, bukan karena dibuat2 tetapi memang pemandangan alam Bali sangat romantic. Terlebih, saat itu siang itu suasana menuju Buleleng setelah di jalan keluar kota, mendung dan berkabut. Bahkan ketika kami sedang menanjak perbukitan pegunungan Batur menuju Buleleng, hujan turun membuat suasana menjadi semakin romantic ...
Aku membuka kaca jendela mobil, dan aku merasakan dinginnya hujan, sehingga kaca mobil tetap aku buka. Sambil bersenandung, kami mengobrol banyak tentang banyak hal, tentang Bali, tentang rencana2, tentang masa depan, dan sebagainya.
Bali memang sebuah tempat yang cantik nan indah. Sebuah pulau romantic, dimana bahkan banyak warga Negara asing datang kesini untuk wisata dan untuk menikah. Dan, perjalanan kami membawa damai luar biasa bagi hatiku, dengan segala permasalahanku yang sedang aku tinggalkan di Jakarta.
Berbagai kegiatan warga Bali, yang sangat menginspirasiku sebagai wisatawan Jakarta dan memberi aku perenungan yang dalam tentang Bali. Seperti di foto atas, ada sekelompok perempuan2 muda dengan memakai baju adat Bali, yang pasti sedang melakukan kegiatan yang berhubungagn dengan adat mereka .....
Pintu2 gerbang di Bali, yang khas dari yang sederhana sampai yang sangat "mewah" dengan berbagai ukian bari Batu, mempunyai makna dan artinya sendiri2. Sangat menyenangkan jika aku menelisik dari sudut arsitektural Bali .....
Perjalanan kami dari Kuta ke Buleleng, mulai dari perkotaan dengan bangunan2 modern Bali, tetapi ada "rasa" dan arsitektural khas Bali dengan pintu2 gerbangnya. Suasananya kan, sangat khas, yang hanya ada di Bali .....
Menuju keluar kota, suasana semakin "sepi" dengan suguhan pemandangagn lebih kepada alamnya. Hijau, hutan, tetapi tetap mempunyai daya magis khas Bali. Seperti foto diatas ini, suasana pedesaan Bali, dengan pohon2 kelapan dan selalu ada tempat2 pemujaan dengan "banten canang" nya .....
Sering kali terlihat, perempuan2 muda membawa banten-canang2 di sugi diatas kepalanya, untuk diletakan di tempat2 pemujaan itu. Idah seali dan membuat hatiku damai, ketika aku melihat kegiatan seperti itu. Suasana Bali yang indah dan permai, dan menurutku itu adalah suasana yang romantis .....
Semakin mendekati Bali Utara menuju Buleleng, suasana Bali tetap masih terasa dan semakin romantic. Dengan pemandangan alam nya yang hijau, tetapp tersembul bangunan2 rumah khas Bali. Suasana sepi dan hujan gerimis serta angin sendu masuk ke dalam mobil kami, sunggah aku merasa Susana yang sangat romantic bersama sahabaatku .....
Semakin naik keatas pegunungan Batur ini, semakin masuk ke "hutan" dengan pepohonan yang semakin rapat. Dan, tiba2 mobil kami "keluar" dari kerapatan pepohonan, dan kami melihat pemandangan alam yang indah dan permai serta damai. Gunung Batur yang menawan ......
Tetapi karena takut kemalaman, kami sama sekali tidak berhenti untuk sekedar berfoto atau selfie, dan sekaang aku sangat menyesal, menapa kami tidak berfoto di pemandangan indah Bali tersebut .....
***
Perjalanan kami lanjutkan sampai ke Bali Utara, menuju Buleleng. Aku sungguh jatuh cinta kepada suasana perjalanan kami. Aku jatuh cinta kepada pemandangan dan lingkungan Bali dan aku pun "jatuh cinta" kepada sahabatku yang memberikan suasana tersebut, untuk aku nikmati ......
Terima kasih, Tuhanku .....
Terima kasih, Baliku .....
Terima kasih, sahabatku .....
Sebuah insprasi besar, sangat besar untukku, menikmati Bali lewat pemandagan2 cantik nan permai serta rasa cinta sebagai sahabat yang memberikan kepedulian untukku ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H