Sebagai pengguna taxol sejak 6 tahun lalu, mulai akhir tahun 2016, tentu saja suka dukanya sudah aku rasakan. Dari driver taxol yang lucu dan memberikan cerita2 yang bikin aku tertawa, arau driver taxol yang jutek. Dari pelayanan yang sangat memuaskanku, sampai pelayanan yang membully dan melecehkanku, semua sudah aku rasakan.
Juga, dari driver taxol yang membantuku untuk berjalan dan membawakan barang2ku, sampai driver taxol yang bercerita mengharu biru, sampai kadangkala aku oun itu menangis .....
Suatu saat,
Seperti biasa, aku kemana2 pasti mencari taxol. Jika langgananku berhalanan untuk antar dan jemput aku, aku pasti mencari taxol lainnya. Tidak ada kata, "ga ada taxol" atau kata2 excuse lainnya, hidupku adalah taxol, hahahaha .....
Aku pulang dari bertemu dengan klienku di Senayan. Aku mencari taxol dan seorang anak muda berumur setara dengan Dennis anakku yang sulung, 26 tahun. Hendra, namanya.
Ketika aku keluar dari Senayan City tempat pertemuanku dengan klienku, aku diantar klien dan memakai kursi roda. Dan, Hendra melihat sendiri bahwa aku memakai kursi roda bukan karena aku full lumpuh, tetapi karena tubuh kananku tidak berfungsi dan Hendra dapat menebak bahwa aku adalah seorang pasca stroke.
Dari sudut mataku, aku melihat Hendra agak terpengarah dan matanya berkaca2. Dan, ketika di mobil, Hendra banyak bertanya tentang keadaanku sebagai pasca stroke, masalah2ku serta apa yang aku lakukan sebagai seseorang yang terbatas.
Hendra pun bercerita bahwa ayahnya pun seorang pasca stroke dan lumpuh kiri. Umur ayahnya adalah 52 tahun, berarti seumur dengan aku. Ayahnya terserang stroke baru 1 tahun lalu, tetapi aku saat ini tahun 2022 ini, merupakan keadaanku sebagai pasca stroke selama 12 tahun.
Ketika ada cerita seseorang yang juga mengalami serangan stroke, aku pun sangat merasakannya. Dan, biasanya rasa simpatiku langsung melonjak.
Aku memitar ke kanan tubuhku 9aku duduk di depan di mobil taxol nya), dan aku banyak bertanya tentang ayahnya yang katanya masih belum menerima dirinya sebagai pasca stroke dan merasa tidak bisa apa2.