By Christie Damayanti
Ibu menjahit dengan mesin jahit tua nya merk Singer, yang dibelikan bapakku ketika aku masih SD dan ibu dilaskan menjahit border oleh bapakku. Saat itu, jika tidak salah, tahun 1976 .....
Mesin jahit ibu berada di teras samping, berhadapan langsung dengan kebon :"surge" ibu, sehingga ibu benar2 bisa menikmati hobi beliau, yaitu berkebun dan menjahit .....
***
Kebisaan ibuku memang luar biasa!Selain beliau melukis sampai terjual belasan juta Rupiah dalam 1 lukisannya, ibu juga bisa berkebun dimasa tuanya. Yang lain, ibu  sebagai filatelis bersama dengan ku serta masakan ibu yang enak luar biasa sebagai seorang koki kekuarga.
Yang sudah lama ibu tidak lakukan adalah ibu sebagai seorang penjahit. Waktu kecil, ibu sering menjahitkan baju untukku dan adik2ku. Jahitannya halus dan rapih sekali, Dan, ibu pun bisa merajut, membuatkan topi2 untuk kamui, sewaktu kami masih kecil.
Tetapi hobi menjahit ibu sebentar saja, karena mata beliau susah untuk melihat jarum dan benang, sehingga seingatku beliau menjahit, merajut atau membuat kristik hanya sampai aku duuk di bangku SD saja. Tetapi, ibu sempat mengajari aku membuat kruistik .....
Ketika ibu kecil, ibu menjahitkan adik2 perempuannya 4 orang, secara jaman itu mereka hidup pas2an di jaman perang kemerdekaan, sehingga semuanya dikaryakan. Ibu bisa menjahit, eyang atau ibu nya ibuku, meminta ibuku menjahitkan baju2 untuk adik2nya yang perempuan, karena ibu tidak bisa menjahit kemeja atau celana untuk adik2 yang laki2.
Ini sekelumit tulisan asli dari ibuku, dan sudah kuterbuitkan sebagai autobiografi tentang ibu awal tahun 2021 lalu, karena ibu pun menulis sejarah hidupnya, sama seperti bapak (Autobiografi bapak sudah terbit April tahun 2014 lalu) .....
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya pun Bisa Menjahit
By Woro Utami Suharto
Ibuku mempunyai sebuah mesin jahit jaman dulu, yang diinjak. Ibu sering mengeluhkan ketidak-benaran mesin jahit ini. Katanya, rusak. Saya selalu memperhatikan, bagaimana ibu mempergunakan mesin jahit ini, sebelum rusak.
Saya suka seolah2 mesin tersebut bisa saya perbaiki dan membersikannya, dan saya pun mencoba2 melakukannya.
Waktu itu, saya kira2 kelas 4 Sekolah Rakyat, berarti berumur 9 tahun. Setelah mesin jahit itu dibetulkan oleh tetangga ayah, saya berhasil membuat rok bawah sederhana untuk sendiri. Saya senang sekali, waktu itu .....
Saya pakai rok itu, berlari2ke rumah eyang, untuk memamerkan ke eyang dan bulek Sri ( anak bungsu eyang).
Akhirnya, saya senang menjahit. Lalu, apa yang saya jahit?
Pada saat itu, kalau bayi sudah agak besar dan tidak memakai "gurita" lagi (gurita dipakaikan  sebagai penahan masuk angin), bagian dalam pakaian yang dinamakan "oto". Bentuknya, seperti trapezium, dengan tali diujung2nya untuk saling diikatkan, dileher dan diperut.
Saya juga bisa menjahit popok bayi untuk adik2 saya, walau bentuknya sangat sederhana. Yang agak sedikit rumit adalah menjahit "celana monyet". Pokoknya, ada lubang untuk leher, tangan dan kaki, cukup sudah .....
Kemampuanku menjahit semakin baik. Sehingga, sewaktu saya kelas 6 SR, saya sudah bisa menjahit baju2 adik2 saya yang perempuan, juga menjahit kebaya ibu. Dan terus berlanjut sewaktu adik2 saya perempuan ada 4 orang, dan saat itu saya sudah mahasiswa di Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta.
Setiap liburan pulang ke Purwokerto, saya pasti menjahitkan baju2 adik2 saya perempuan, lebih2 ketika menjelang libur Lebaran. Jahitan pasti banyak sekali, ditambah jahitan anak2 bulik, keponakan2 saya.
Tetapi, saya senang2 saja, tanpa beban, kaena saya diberi uang dari bulik2 saya yang baju anak2nya saya jahitkan. Senang sekali, karena sebagai anak kost, saya mendapat tambahan uang saku di Yogyakarta, setelah liburan selesai.
Saya pun berlanjur belajar membuat pola. Belajar dari pola2 yang waktu itu banyak terdapat di majalah2 wanita, dan saya ubah2 sesuai yang saya inginkan. Tetapi, saya justru tidak pernah menjahitkan baju saya sendiri.
Jadi, memang sejak kecil saya bisa dan pandai menjahit pakaian, walau dengan cara yang sangat sederhana. Baru, setelah saya tua, untuk memasukkan benang ke jarum pun, saya sangat kesulitan. Menjadikan saya malas menjahit.
Hanya sesekali saja, jika ada yang benar2 perlu dijahit atau diperbaiki, barulah saya membuka mesin jahit saya.
Jangan salah, saya pernah menjahit banyak baju untuk membantu perekonomian kluarga, membantu suami saya, dengan menjahit pakaian jadi anak2 dan dijual berkeliling, ketika kami baru menikah dan tinggal di Jakarta.
Jakarta, 15 Januari 2012
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seperti yang aku tuliskan diatas, mesin jahit ibu, dibelikan bapak sekitar tahun 1976 dan ibu di kursus kan bapak untuk membordir. Da sejak saat itu sampai aku lulus SD sekitar tahun 1982, ibu benar2 melakukan hobi ibu untuk menjahit, menyulam dan kruistik. Sayang, karya2 ibu belum terabadikan .....
Nantiilah, jika aku menemukan karya ibu, akan kutuluskan semuanya.....
                                                         Â
Sekarang, mesin jahit ibu merk Singer, aku berikan kepada Ibu Djoko, ibu pendeta Gerejaku, dimana beliau lah salah satu yang menjahitkan baju2ku dan ibuku, selama ini .....
Â
Memang, ibu tidak banyak menjahit, tetapi jika aku membutuhkan jasa ibu untuk memperbaiki baju2ku yang kebearan atau kekercilan, ibu pun masih mau dan berkenan membuka mesin jahitnya dan melakukannya untukku. Terima kasih, ibu ......
                                                  Â
Ketika ibu sempat membuka mesin jahitnya untuk mengecilkan baju2ku, ibu dengan susah payah karena mata beliau sudah buram. Ibu selalu mau membantuku, dan tidak diberikannya baju2ku dikecilkan di tukang jahit belakang kompleks dimana kami bertempat tinggal .....
Ini yang tersulit untuk ibu. Tidak bisa memasang benang. Tetapi, karena sudah biasa, beliau bisa memasang benang seperti ini. Walau ttap beliau kesusahan ..... Lihat foto terakhir, mata ibu sampai nyureng2 untuk memasang benangnya. Kasihan ibu, tetapi beliau hepi2 saja, tanpa mengeluh, malah sambil bersenndung .....
***
Inilah ibuku. Seorang ibu yang luar biasa, dengan berbagai kebisaannya yang juga sangat luar biasa! Aku sangat menghormati dan menyayangi ibu, dan sekarang aku sangat kangen kepad ibu, yang sudah berbahagia di Surga bersama bapak dan Tuhan Yesus ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H