By Christie Damayanti
Bank Sampah PELANGI, di Taman RW kompleks tempat aku tinggal, setisp 2 minggu sekali akan datang dan memilah2 sampah warga kompleks, menimbang dan warga mendapatkan uang dari sampah2 yang terjual untuk di daur ulang .....
***
Aku sudah mendengar tentang Bank Sampah, beberapa tahun lalu, ketika adikku memposting tentang ini dan dia dengan teman2 sekompleks di Jimbaran Bali, ikut memilah2 sampahnya, seharian dan ikut menimbang, mencatat dan ikit juga sosialisasi di sekitaran kompleks nya tersebut.
Bahkan, adikku pun bertanya, barang2 ibu almarhum banyak sekali, terutama ibu adalah seorang ibu produk jaman lalu, yang senang mengumpulkan benda2 bekas pakai, dengan alasan "sayang kalau xibuang". Seperti, botol2 parfum, botol2 bekas sampo atau sabuh cair, dan sebagainya.
Bahkan, ada sebagian "koleksi" ibu adalah barang dapir yang sidah rusak tapi cantik, ibu tetap simpan. Sehingga, rumah kami yang sudah berumur 50 tahun ini, menjadi "tempat sampah". Memang rapih, ibu meletakkan tidak sembarangan, bahkan dibelikan doos2 khusus, tetapi tetap saja barang2 itu tidak terpakai lagi ......
Sebaliknya, diluiar sana mentalitas masyarakat tentang pemanfaatan sampah masih sangat rendah. Mereka belum mempunyai pemikiran tentang pemanfaatan apalagi daur ulang. Buat mereka, sampah ya sampah dan sampah harus di bulang.
Untuk meeka sendiri, "ngapain ngurusin sampah, perut saja masih keroncongan" .....
Akhirnya, sampah2 itu memang hanya dibuang ke tempat sampah, bahkan langsung ke sungai atau selokan, yang akhirnya mengakibatkan banjir sampai selurh desa bahkan kota, "tenggelam".
Aku sendiri, memang tidak bepikir untuk memanfaatkan sampah juga daur ulangnya, karena kesibukanku sebagai pekerja. Tetapi, aku banyak memikirkan tentang "bagaimana membuangnya", karena tidak gampang membuang "sampah2" yang memang sebenarnya masih bisa dimanfaatkan.